zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Janji Pada Diri Sendiri


Tepat setahun yang lalu gambar ini diambil. Ketika seorang mahasiswa yang sedang menunggu wisuda dipalak segerombolan mahasiswa kelaparan. Secara eksplisit memang tidak ada yang berubah. Dia masih tetap kurus. Tetap cupu. Tapi secara implisit banyak sekali yang berubah dalam dirinya. Dia sudah bukan mahasiswa lagi. Dia pun sudah mulai meletakkan batu pertama kemandirian. Mandiri dalam definisi yang diyakininya. Ketika dia mulai melangkah dengan kakinya sendiri. Meski masih tertatih.

Ketika lampu kamarnya sudah dimatikan. Ketika hanya ada seberkas cahaya remang-remang dari lampu akuarium di pojok ruangan. Ketika dia terbaring sendirian. Ketika itulah dia tersadar bahwa sudah seharusnya dia tidak bergantung lagi kepada orang lain. Sudah seharusnya memikirkan ke mana kakinya akan melangkah. Belok kanan, belok kiri, atau lurus ke depan. Karena memutar balik ke belakang bukanlah pilihan. Sudah seharusnya dia punya rencana, minimal untuk setahun ke depan.

Terlihat di pojok kamarnya sebuah foto kecil di dalam bingkai berdebu. Foto tujuh tahun silam. Ketika dia berpamitan hendak merantau demi mengejar cita-citanya. Meski ketika itu dia baru lulus SMP. Tapi dia seorang yang sangat berambisi. Bisa jadi ambisinya kala itu lebih besar daripada ambisinya hari ini. Yang kadang hanya bisa pasrah pada ketidakpastian.

Kemarin, dia menelepon ibunya. Menanyakan tanggal pernikahan sahabat kecilnya. Ternyata tanggalnya diundur. Tapi sebelum menutup telepon, ibunya sempat melontarkan sebuah kalimat yang sangat lucu.

"Kamu kalau mau nikah juga gapapa, nanti habis kakakmu."

"Hahaha. Ga lah, masih lama. Aku masih mau kuliah lagi. Mau ngejar mimpi-mimpiku dulu."

Jawabannya mengingatkannya akan sebuah janji. Janji kepada dirinya sendiri, empat tahun lalu. Karena janji itu pula dia sangat menginginkan bisa bekerja di Jakarta. Suatu hal yang sangat mustahil kala itu. Karena dia bukanlah seorang mehasiswa yang berprestasi di bidang akademik. Padahal konon penempatan kerja di institusinya disesuaikan dengan prestasi akademik. Tapi nyatanya sekarang dia sudah bekerja di Jakarta. Satu-satunya kota di mana dia bisa menepati janjinya.

Sekarang ini dia memang belum bisa menepati janji itu. Janji yang tidak mudah untuk ditepati. Tapi dia selalu optimis untuk bisa menepatinya. Karena janji itulah yang sudah membuatnya bertahan di jalan yang tak pernah direncanakannya. Jalan yang dudah ditapakinya sejak empat tahun lalu.

Orang baik hati yang tak pernah berbuat baik.

Kalimat itu tertera dalam profil salah satu akun sosial medianya. Kata orang, ini hari ulang tahunnya. Tapi akun sosial medianya tak seramai tahun lalu. Ketika dia mengaktifkan pemberitahuan hari lahirnya. Itu sengaja dilakukannya. Baginya, pemberitahuan itu hanya akan memaksa orang-orang untuk sekadar basa-basi dengan memberi ucapan selamat. Yang kemudian memaksanya untuk ikut berbasa-basi mebalas ucapan-ucapan itu. Meski begitu, dia tetap ingin mengucapakan terima kasih kepada orang-orang yang hari ini masih mengingat hari lahirnya.

Baginya hari lahir bukan sesuatu yang harus dirayakan. Cukup direnungkan. Mengintrospeksi apa yang sudah terjadi setahun ke belakang. Kemudian merencanakan apa yang akan dilakukan selama setahun ke depan.

Hanya dua hal yang sangat dia harapkan akan terjadi dalam kurun waktu setahun ke depan. Pertama, dia bisa menepati janji yang pernah dibisikan ke dalam hatinya empat tahun lalu. Ke dua, dia bisa hidup mandiri. Hanya itu. Tak lebih.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

6 komentar

  1. Ayok kapan ini traktirannya? ahahahahahaha,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo! masalahnya, siapa yang mau traktir? haha

      Hapus
  2. Namanya janji memang mudah diucapkan tapi sulit di tepati, apalagi menyangkut cita-cita, kadang tidak sesuai yg diinginkan dari awal :))

    BalasHapus
  3. selamat ulang tahun bang telat (haha)
    aku suka sekali dengan ucapan tentang basa-basi buat ngucapin ultah dll. kebetulan pas ulang tahun juga aku deactive semua account bang, tooosssh

    BalasHapus