zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Pemimpin Cewek, Terus Kenapa?


Minggu ini seorang wali kota termuda di dunia mampir ke Indonesia. Dia pemimpin dari salah satu kota di Tepi Barat, Palestina. Namanya Bashaer Othman. Umurnya masih belasan tahun. Butuh jari di kedua tangan gue buat ngitung selisih umurnya sama umur gue. Pastinya dia yang lebih muda, bukan gue. Konon dia datang ke Indonesia buat ngasih inspirasi remaja-remaja di Indonesia. Biar ga ada lagi remaja-remaja labil kayak gue. Jangan protes dengan status gue yang masih dibilang remaja belia.

Banyak media yang ngeliput kunjungannya. Tapi kayaknya ada yang mereka lupain. Jangan lupa kalau kalau dia seorang cewek. Harusnya ini juga jadi pelajaran buat kita biar lebih legowo dan membuka mata. Di Palestina aja ga dipermasalahin seorang cewek buat maju jadi pemimpin. Padahal dia hidup di negara Islam. Dan selama ini Islam dijadikan alasan sebagian orang Indonesia yang ga bisa nerima kalau seorang cewek jadi pemimpin.

Othman bisa jadi wali kota karena program pemerintah yang ingin ngeberdayain anak mudanya. Dia kepilih karena dia dinilai punya kapabilitas sebagai seorang pemimpin. Tanpa ngebedain jender. Sementara di Indonesia? ... (isi sendiri jawabannya).

Gue masih inget pemilu di salah satu kampus beberapa tahun lalu. Dua orang cewek maju sebagai sepasang kandidat calon yang bertarung di pemilu. Beberapa orang yang gue kenal ngelihat mereka punya kapabilitas bahkan dinilai sedikit memiliki kelebihan dibanding lawannya. Sayang, paradigma masyarakat kita belum bisa nerima cewek buat jadi seorang pemimpin.

Mundur lagi beberapa tahun ke belakang. Gue kecewa banget pas Gus Dur dipaksa turun secara inkonstitusional oleh DPR. Sekarang aturan maennya udah lebih baik lagi. Ga bakalan ada lagi  presiden di negara kita yang diturunkan secara inkonstitusional kayak Gus Dur. Tapi kata orang bijak juga selalu ada hikmah di balik suatu peristiwa. Kalau waktu itu Gus Dur ga mundur mungkin kita ga bakal pernah punya seorang presiden perempuan. Itu suatu kebanggan buat gue. Kalaupun lo ga bangga itu urusan lo. Gue ga ngurusin.

Haruskah terkurung dalam kotak-kotak jender, ras, agama, status sosial, atau apapun namanya yang masih jadi sekat diantara kita buat milih seorang pemimpin? Kalau itu bisa buat negara kita lebih maju kenapa ga? Indonesia punya banyak cewek yang punya kapabilitas buat jadi pemimpin. Deretan nama dari mulai Cut Nyak Dien sampai Sri Mulyani jadi buktinya. Ada yang protes gue nyebut nama Sri Mulyani?

Udahlah... Sebenernya udah bosen gue sotoy-sotoyan kayak gini. Tapi apa daya. Sifat gue yang tengil sampai ke ubun-ubun maksa gue buat nulis tulisan yang sotoy abis ini. Pasti banyak yang ngeritik. Gapapa. Berarti masih ada yang baca tulisan gue. Gitu aja kok repot!

____________________
Sumber gambar: Noticias Montreal.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

27 komentar

  1. Ada apa dengan Sri Mulyani???

    hehehe

    BalasHapus
  2. Indonesia sejak jaman dulu juga udah bejibun heroine-nya, tapi sayang sebagian besar kebudayaan kita masih terpaku sama budaya patriarki, jadi perempuan masih dinomorduakan. padahal udah gak keitung perempuan berprestasi di berbagai bidang, dari seni, science, sampe IT.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi, ada peluang ga buat ngerubah paradigma itu?

      Hapus
  3. menurut gue, sebenarnya seoarang pemimpin itu sama aja, entah itu cewek ataupun cowok, yg penting bisa mengatasi apa yg menjadi tanggung jawabnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. bagi yang masih meyakiki ajaran agama Islam,ada penjelasan dalam Alqur'an : : “Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain dan kerana mereka menafkahkan sebahagian harta mereka.” (Surah an-Nisa: Ayat 34)
      juga ada beberata hadist yang lain:
      Terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Saidina Abu Bakar as-Siddiq yang mengatakan:

      “Sungguh Allah SWT telah memberiku manfaat, dari kata-kata yang pernah kudengar dari Rasulullah SAW – pada saat perang Jamal (Unta), setelah semula hampir saja aku mengikuti tentera Jamal (dipimpin oleh Aisyah yang mengenderai unta) dan berperang di pihak mereka”.

      Kata beliau lagi: “Ketika sampai berita kepada Rasulullah SAW bahawa bangsa Parsi telah mengangkat puteri Kisro sebagai ratu, maka sabda Baginda Rasulullah SAW:

      “Tidak akan berjaya/beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada wanita (mengangkat wanita sebagai pemimpin).” (Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Imam at-Tirmizi, Imam an-Nasaie’)
      masih banyak kok hadis yang lainsebagai dasar mengapa umat Islam tidak memilih wanita sebagai pemimpin.

      Hapus
    2. satu aja ya tanggapannya, tentang hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari tadi. lagi males debat. :D

      Pertama, terlebih dahulu perlu dilakukan kritik terhadap Hadis, baik dari sisi sanad maupun sisi matan (takhrij al-hadits), karena Alquran sudah diyakini kebenarannya. Menurut Musthafa al-Siba’I, Hadis tersebut diucapkan Nabi ketika beliau mendengar informasi bahwa puteri raja Persia telah dinobatkan sebagai ratu menggantikan ayahnya. Padahal berdasarkan informasi historis ia tidak mempunyai kapabilitas untuk memimpin Persia, karena masih banyak orang lain yang lebih mampu dan memiliki kapabilitas untuk menjadi raja. Jadi, faktor kapabilitas yang melatari statement Rasulullah tentang larangan kepemimpinan perempuan.

      Ke dua, demi memperoleh pemahaman yang benar terhadap nash, maka pemahaman kontekstual historis terhadap asbab al-wurud suatu Hadis dan pemanfaatan kaidah nash yang berbunyi ‘al-ibrah bi khushush al-sabab la bi ‘umum al-lafzh (ungkapan itu berdasarkan kekhususan sebab bukan pada keumumamn lafad) sangat perlu dilakukan, setelah melihat latar belakang historis munculnya Hadis tersebut, bahwa putri raja yang tidak mempunyai kapabilitas kepemimpinan negara itulah yang menyebabkan negara tidak akan menuai keberhasilan dan kesuksesan, bukan karena persoalan jender, tetapi semata-mata karena ketiadaan kapabilitas kepemimpinan. Jadi, Hadis tersebut bisa dipahami dalam konteks pengangkatan putri raja Persia sebagai Ratu, oleh karenanya tidak bisa digeneralisasi kepada semua perempuan.

      Ke tiga, di samping itu ada lagi kaidah, ”Al-ibrah bi ‘umum al-lafz la bi khushush al-sabab.” (ungkapan itu berdasarkan keumuman lafad bukan pada kekhususan sebab). Dengan kaidah ini maka pemahaman kontekstual historis tidak diperlukan, tetapi hanya difokuskan kepada pemahaman teks Hadis tersebut. Dalam teks Hadis tersebut terdapat kalimat ”amruhum” yang dalam kaidah usul fikih kata mufrad yang dapat disandarkan pada ism al-ma’rifat, maka kalimat tersebut mengandung konotasi yang umum, maksudnya “semua urusan mereka”. Sehingga maksud Hadis tersebut adalah “suatu bangsa tak akan pernah memperoleh kesuksesan jika semua urusan bangsa itu diserahkan (sepenuhnya) kepada kebijakan perempuan sendiri (tanpa melibatkan kaum laki-laki)”.

      Hapus
  4. wuiiihhh bener2 hebat ya...pengen lah,,, tapi kalo itu kejadian di Indonesia, bakalan jadi polemik dulu...

    BalasHapus
  5. http://web.mit.edu/site/spotlight/3261/

    Roset membuktikan kepemimpinan perempuan mampu menjadi teladan yg laik bagi perempuan lain dlm karir, dsb.

    Nice posting, kawan! :)

    BalasHapus
  6. heheh
    gak kenpa2 bro, yang penting saat rumah tangga bukan cew aja yang jadi pemimpin heheh
    sip bro artikelnya...

    BalasHapus
  7. setuju sekali bang. kadang agama, suka di gunakan untuk mendogma kan sesuatu. faktanya di al-qur'an sendiri bukan mksd melarang pemimpin perempuan, siapa saja bisa jadi pemimpin asal memiliki kapabilitas.

    kadang orang2 suka ngartiin ayat al-qur'an secara tekstual aja, apa lagi orang indonesia. ga berdasarkan ruang dan waktu ya jadinya salah pengertian...

    BalasHapus
  8. Cantik, pinter (Pasti wali kota), solehah, hmmmm ini dia calon ibu buat anak2 gue kelak,hehe...
    thank's gan infonya...

    BalasHapus
  9. Sau lagi, Pasti Bu Mega lagi nyengir baca tulisan ini lalu berkata "Hidup Wong Cilik"

    BalasHapus
  10. dari kejadian diatas seharusnya kita malu, kenapa harus wanita yang menjadi pemimpin? apakah gak ada lagi pria yg bisa jadi pemimpin?

    wanita bisa jadi pemimpin, tapi jangan lupakan kewajibannya dirumah
    apakah kalian rela sebagai anak, melihat orang tuanya pergi keluar meninggalkan anda dirumah sendiri? kalau perempuan menjadi pemimpin semuanya....
    gimana nasib anak bangsa?

    coba kita cek disini
    http://keajaibansebuahkesuksesan.blogspot.com/2011/12/sukses-mendidik-anak.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. serahkan pada ibu bangsa. wkwkwk
      berarti lo ngebolehin dong dengan ada kata "asal jangan lupakan kewajiban di rumah" itu.

      Hapus
  11. “Tatkala ada berita sampai kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bahwa bangsa Persia mengangkat putri Kisro (gelar raja Persia dahulu) menjadi raja, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda, ”Tidak akan bahagia suatu kaum apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita”. ” (HR. Bukhari no. 4425)

    Kalau cuma Putri Kisro, lafaznya akan berbunyi "Tidak akan bahagia suatu kaum apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada PUTRI KISRO"

    Informasi historis apa ya? Informasi historis itu harusnya juga ada hadis lain donk, mana?




    Dari artikel Pemimpin Wanita dalam Tinjauan — Muslim.Or.Id by null

    BalasHapus
  12. Cowok aja lah. Lebih mengedepankan Rasio ketimbang Feeling.

    BalasHapus
  13. keren gan. tapi dari apa yang ane baca, patriarki itu buka masalah di Indonesia aja. socrates bilang, budak dan pria bangsawan adalah manusia yang mempunyai hak yg sama (seinget ane), plato bilang perempuan dan laki laki punya hak yang sama, sayangnya aristoteles bilang perempuan adalah laki laki yang belum lengkap, dan sayangnya lagi gan, ajaran yg lebih terkenal dan diterima masyarakat dunia adalah Bang Aristoteles. untuk urusan gender begini, ane kurang setuju ama bang Aris, tapi yg laen bolehlah wkwk ::)). anyway, just for ur information, bagus juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang ga ada yang bilang kalau itu cuma masalah orang Indonesia. :D

      Hapus