zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Gaudeamus


Alunan De Brevitate Vitae menggema. Mengisi sudut-sudut ballroom. Menghampiri rekahan senyum yang menghiasi wajah-wajah bahagia. Senyum yang larut dengan air mata dalam wadah euforia yang tidak akan terlupakan.

Di salah satu sudut ruangan tampak seorang gadis sedang menunggu dengan bimbang. Hatinya tidak meresonansi senyum bahagia orang-orang di sekelilingnya.

"Selamat menjadi wisudawan terbaik, Manda."

"Makasih, Evi. Selamat juga ya. Sukses selalu."

Terkadang senyumnya dipaksa keluar saat membalas ucapan selamat dari kawannya. Namun, hatinya tetap risau. Detak gelisah semakin kencang berdegup dalam dadanya.

"Aku yakin Marcel pasti datang, pasti." gadis itu meneguhkan hatinya.

***

Di luar ruangan, jauh dari keramaian, tampak seorang laki-laki dengan sebuket mawar merah terjepit dalam lingkar jemarinya. Sayang air mukanya tak semerona bunga dalam genggamannya. Hatinya merasa bimbang. Dia tidak yakin untuk meneruskan langkah kakinya, menerobos keramaian. Sampai kemudian laki-laki itu menyerah pada keraguan hatinya. Diambillah hanpdone dari saku celananya.

Selamat wisuda, Manda. Selamat memasuki gerbang kehidupan yang baru. Selamat mengejar mimpi-mimpi yang belum tercapai.

***

Tubuh mungilnya menerobos kerumunan. Mengitari ballroom, mencari sosok yang selalu bisa menenangkan hatinya.

"Hey..." seseorang menepuk pundaknya.

"Marcel!" senyum itu kini menghiasi paras anggunnya.

"Tara!! Happy graduation." seikat mawar tiba-tiba berada di hadapannya.

"Ah.... Makasih banyak, Sayang."

"Kok telat sih?"

"Maaf, tadi penerbangannya sempat tertunda. Saking paniknya, takut ga sempet dateng, aku lupa ngabarin kamu."

***

"Maaf aku tidak bisa menemuimu. Aku tahu, bukan aku yang sedang kamu tunggu." kalimat terakhir yang hanya berhembus dalam angannya.

Begitu pula pesan singkat yang diketiknya. Pesan itu hanya menjadi draft yang memenuhi memori hanphone-nya. Tidak pernah terkirim. Sama seperti sebuket mawar dalam genggamannya.

____________________
Sumber gambar: Flickr
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

5 komentar

  1. cerpennya kereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeennnn,puisi ane aja kalah. komen back yaw

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga kok, puisi-puisinya masih lebih keren. :D

      Hapus
  2. beuh, singkat tapi jelas bikin pembacanya sulit melupakannya!

    Btw, aku suka penggunaan kata resonansi di paragraf kedua.

    BalasHapus
  3. udah lama saya gak ngrasain yg kayak di cerita...
    aaaahhhh...

    BalasHapus