zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Komputasi Awan, Menjawab Tantangan Globalisasi


Apabila kita berbicara tentang Globalisasi 3.0, akan sangat erat kaitannya dengan ruang dan waktu. Dalam globalisasi yang disokong dengan lahirnya internet dan social media tersebut terdapat fenomena-fenomena yang belum terjadi pada gelombang gelobalisasi sebelumnya. Salah satu fenomena tersebut adalah termampatkannya ruang dan waktu. Secara otomatis, mobilitas menjadi tinggi. Yang turut terseret di dalamnya adalah perkembangan teknologi informasi.

Hari ini misalnya, ketika beberapa orang rekan kerja yang sedang menjadi pembicara dalam sebuah workshop meminta saya untuk mengirimkan beberapa file yang tertinggal di kantor. Beruntung karena file tersebut bukan merupakan file rahasia, jadi semua anggota tim mempunyai file tersebut. Bagaimana jika file yang tertinggal merupakan file rahasia dan hanya orang-orang tertentu yang memiliki akses terhadapnya? Kita perumit lagi persoalannya. Bagaimana jika kita sedang berada jauh dari kantor dan tidak mungkin untuk mengambil file tersebut, di luar negeri misalnya? Perkembangan teknologi informasi telah mampu menjawanb tantangan ini dengan menghadirkan komputasi awan (cloud computing).

Komputasi awan adalah gabungan antara pemanfaatan teknologi komputer (komputasi) dengan pengembangan berbasis internet (awan). Awan (cloud) adalah metafora dari internet. Sebagaimana awan yang sering digambarkan dengan diagram jaringan komputer, awan dalam komputasi awan juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya. Komputasi awan merupakan suatu moda komputasi di mana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya via internet tanpa harus memiliki pengetahuan tentangnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya.

Dalam era globalisasi seperti sekarang, hampir semua aplikasi mengarah pada komputasi awan. Mulai dari tempat penyimpanan dan berbagi file gratis seperti 4shared sampai kantor online (paperless office). Kita dapat menikmati kemudahan untuk mengakses data dan memodifikasinya di manapun dan kapanpun selama terhubung dengan internet. Kita juga tidak perlu dipusingkan dengan masalah kerusakan aplikasi maupun hardware pendukung karena sudah ditanggung oleh penyedia layanan.


Pada 24 April kemarin, Google telah meluncurkan Google Drive. Google Drive adalah layanan penyimpanan daring yang merupakan ekstensi dari Google Docs yang akan mengganti URL docs.google.com dengan drive.google.com. Google Drive memberikan layanan penyimpanan gratis sampai 5 GB yang dapat ditambahkan dengan syarat pembayaran tertentu. Google Drive juga terintegrasi dengan layanan Google lainnya seperti Gmail, G+, dan Google Search. Fitur yang harus kita digaris bawahi dalam Google Drive adalah API’s yang diperuntukkan bagi para developer. Hingga kini Google Drive telah terhubung dengan puluhan aplikasi pihak ke tiga. Dengan fitur unggulan yang sama seperti Dropbox, yaitu sinkronisasi data melalui folder khusus di dalam desktop atau lebih dikenal dengan Desktop Sync Clients.


Sebelum Google Drive, sudah banyak aplikasi yang dapat dipergukana secara gratis. Sebagai pengguna Ubuntu, salah satu yang cukup familiar dengan saya yaitu Ubuntu One. Ubuntu One adalah aplikasi penyimpanan dan layanan berbasis komputasi awan yang dioperasikan oleh Canonical Ltd..

Tentu saja setiap perkembangan teknologi akan selalu memiliki konsekuensi risiko yang melekat kepadanya. Begitu pula dengan komputasi awan.  Beberapa risiko yang harus kita kelola di antaranya adalah:
  • Service level. Cloud provider mungkin tidak akan konsisten dengan performance dari application atau transaksi. Hal ini mengharuskan kita untuk memahami service level yang kita dapatkan mengenai transaction response time, data protection, dan kecepatan data recovery.
  • Privacy. Ada kemungkinan orang lain dapat membuka file kita tanpa sepengetahuan atau approve dari kita. Oleh karena itu, jangan lupa untuk terlebih dahulu membaca privacy policy layanan komputasi awan yang akan kita gunakan.
  • Compliance. Kita harus memerhatikan regulasi dari bisnis yang kita miliki, dalam hal ini cloud service provider diharapkan dapat menyamakan level compliance untuk penyimpanan data di dalam komputasi awan.
  • Data ownership. Apakah data kita masih menjadi milik kita begitu data tersebut tersimpan di dalam komputasi awan?
  • Data Mobility. Apakah kita dapat melakukan share data di antara cloud service? Jika kita melakukan terminate cloud relationship bagaimana kita mendapatkan kembali data tersebut? Format apa yang akan digunakan dan dapatkah kita memastikan kopi dari data tersebut telah terhapus.

Pada akhirnya, sistem komputasi awan akan persis dengan apa yang dicita-citakan pendiri Google, Sergey Brin dan Larry Page, yakni mengorganisasikan informasi yang ada di dunia dan membuatnya siap saji secara universal. Sederhananya, dengan komputasi awan kita tidak perlu takut jika flash disk kita tertinggal.

Selamat makan siang.

___________________
Sumber gambar: Entech
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

3 komentar

  1. wah cloud computing XD banyak temen aku yang ngebahas ini PAnya :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ini sih hanya tulisan orang yang baru belajar. :D

      Hapus
    2. XD, tulisannya bagus sekali kok. Mas bakat nulisnya saya acungin jempol.

      Keep share yah... always bookmark nih.

      Hapus