zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Hujan Euy


Akan selalu ada cerita tentang kita dan hujan. Buktinya, banyak sekali lagu, puisi, atau cerita yang terinspirasi oleh hujan. Jangan-jangan kamu juga mempunyai cerita yang tidak akan terlupakan tentang hujan. Mungkin hujan pernah menahan kamu di rumah seseorang? Tuh kan mesem-mesem, artinya iya.

Dari tadi siang samapai detik ini, hujan terus menghiasi langit Jakarta. Meski hanya rintik-rintik, seolah masih ada keraguan. Seperti biasanya, di hari libur saya selalu terbangun karena perut yang lapar. Begitu pula tadi siang. Namun aral melintang, ketika hendak menuruni tangga, tampak air menggenang di lantai bawah. Iya, katanya itu yang disebut banjir. Hingga kemudian saya mengurungkan niat untuk membeli makanan dan harus bertarung melawan cacing yang terus menendang-nendang dari dalam perut.

Ketika air sudah seikit surut, saya pun keluar. Tetapi, ternyata tidak selamanya banjir membuat kesedihan. Masih ada tawa di antara anak-anak tetangga yang bermain air di ruang tamu saat orang tuanya sibuk menguras air dari dalam rumahnya.

Mengutuki pemerintah pun bukan cara terbaik untuk mengatasi banjir. Karena jangan-jangan kita ikut mempunyai andil dalam menyebabkan terjadinya banjir. Masih ingat tadi siang, kemarin, atau lusa ketika membuang sampah sembarangan. "Ah, itu kan cuma sebuah bungkus permen." Coba bayangkan jika semua orang berpikir seperti itu? Di salah satu media, saya pernah membaca bahwa ternyata sampah domestik rumah tangga itu menduduki peringkat pertama penyebab pencemaran lingkungan. Jangan-jangan sama halnya dengan sampah yang menjadi penyebab banjir. Memang sih di trotoar jalan pun cukup susah untuk mencari tong sampah. Tapi tidak ada salahnya kita menggenggam sampah itu sampai menemukan tempat sampah, di halte Trans Jakarta misalnya. Di sana pasti ada tong sampah. Tidak perlu jijik, itu kan sampah bekas kita sendiri.

Ternyata meski di Jakarta dan mungkin di beberapa daerah lainnya air sangat melimpah, bahkan menjadi bencana karena perilaku manusianya, di belahan bumi lainnya termasuk di kaki Gunung Merapi, banyak saudara kita yang justru sedang kekuarangan air bersih.

Intinya, hujan yang dianugerahkan Tuhan untuk kita akan menjadi berkah atau musibah tergantung bagaimana kita memperlakukan alam ini. Allahumma shoyyiban naafi’an.

____________________
Sumber gambar: Blogspot
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

7 komentar

  1. i love rain. selama ngga banjir aja nih di rumah. wkwkwk..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, masa rumah baru sudah kebanjiran. :P

      Hapus
  2. iya sih bener jg. ane smpet live in d desa terpencil yg susah air hrus ngambil air trus gk da wc nya pula zzzzzzz komen back yaw

    BalasHapus
  3. Allahumma shoyyibannafi'an ,
    aku suka hujan, bau dan suaranya kadang menentramkan :)

    BalasHapus
  4. Kadang seneng sama ujan, kalo minum teh anget atau sejenisnya berasa banget :D

    gak senengnya, sama suaranya yang berisik dan bikin koneksi modem jadi lambat.. hoho

    tapi gue tetep bersyuku kok :)

    BalasHapus
  5. buat saya sih hujan itu romantis,ajaib pokoknya!haha

    BalasHapus