zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Romantisme Terowongan Kereta Tertua


Pernah menonton sekuel pertama film Perahu Kertas? Dalam film tersebut ada satu scene di mana Kugy dan Keenan ke luar dari kereta. Memang, seringkali kereta Argo Parahyangan harus berhenti. Mungkin karena jalurnya harus bergantian dengan kereta dari arah Bogor. Romantis bukan, pemandangannya?


Akhir pekan kemarin, kebetulan saya kembali menempuh perjalanan Jakarta-Bandung menggunakan kereta api. Awalnya  saya kecewa karena mendapat tempat duduk di sebelah kiri paling depan. Sudah pemandangannya tidak sebagus pemandangan di sebelah kanan, dekat toilet pula. Iya, menurut saya pemandangan dari kursi paling kanan lebih indah daripada kursi paling kiri. Karena ketika duduk di kursi paling kanan kita akan lebih sering menghadap ke arah kaki bukit. Sementara di sebelah kiri, kita akan lebih sering melihat tebing yang jaraknya cukup dekat dengan jendela. Itu kalau kita berangkat dari Jakarta menuju Bandung. Pun tentu saja sebaliknya. Beruntung kemarin ada rombongan keluarga yang ingin duduk berdekatan sehingga mereka meminta saya untuk bertukar kursi. Walhasil saya bisa duduk di kursi paling kanan dan kembali menikmati keindahan bumi Parahyangan.

Jalur kereta Jakarta-Bandung membelah pegunungan dari mulai Karawang, Purwakarta, hingga Cianjur. Urutannya benar tidak? Karena itu, kita akan sering melihat indahnya pegunungan termasuk hamparan sawah berterasering laiknya subak yang ada di Bali. Juga seringkali kita serasa menaiki kereta yang terbang di atas awan, ketika melihat ke bawah hanya jurang, sungai, atau hamparan sawah. Banyak sekali jembatan yang akan kita lewati. Saya tidak tahu berapa jumlahnya, saking banyaknya.


Selain keindahan-keindahan yang sudah saya ceritakan tadi, ada terowongan yang akan kita lewati.  Baik dari arah Jakarta maupun Bogor kita akan melewati satu terowongan yang berbeda. Terowongan Saksaat jika kita dari arah Jakarta dan Terowongan Lampegan jika kita dari arah Bogor. Konon, Terowongan Lampegan merupakan terowongan tertua di Indonesia. Terowongan sepanjang 686 meter ini terletak di Cianjur. Tidak jauh dari terowongan ini ada sebuah stasiun yang diberi nama Stasiun Lampegan.

Ada dua versi yang pernah saya dengar terkait asal-muasal nama terowongan ini. Versi pertama menyebutkan bahwa Lampegan berasal dari ucapan orang Belanda ketika kereta mau memasuki terowongan, "Lam a gan (nyalakan lampu)". Versi ke dua, seperti yang pernah diceritakan guru SMP saya, nama terowongan ini berasal dari ucapan berbahasa Indonesia, "Lampu pegang". Saya tidak tahu mana yang benar. Bisa jadi keduanya benar. Yang pasti, keduanya diucapkan ulang oleh mulut orang Sunda menjadi "Lampegan", lebih simpel. Hingga kemudian ucapan itu dijadikan nama terowongan.

Saya tidak akan berpanjang lebar lagi. Kalau kamu sering bolak-balik Jakarta-Bandung atau Bogor-Bandung tetapi belum pernah menggunakan moda kereta api, saya sarankan untuk mencobanya. Ada banyak pemandangan yang dapat kita lihat jika kita menggunakan kereta api, yang tidak dapat kita lihat jika menggunakan mobil atau pesawat. Karena selain pemandangan yang sangat menakjubkan, kita juga dapat melihat dari dekat kehidupan perkampungan-perkapungan di sepanjang pinggir rel. Bagaimana, tertarik untuk pergi ke Bandung dengan kereta api? Tulisan ini bukan untuk promosi PT KAI (persero) loh. Hihihi.

Terima kasih untuk Duta Seni Budaya, salah seorang pembaca Fiscus Wannabe yang telah mengoreksi tulisan ini.

___________________
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

3 komentar

  1. wah sip ini gan hehehe boleh kapan2 berkunjung heheh

    BalasHapus
  2. Bukannya terowongan lampegan ada di jalur bogor - bandung, sedangkan argo parahyangan lewat jalur jakarta - cikampek - bandung dan terowongan yang dilewati namanya saksaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, salah ya? :O
      Terima kasih infonya, nanti saya revisi. :)

      Hapus