zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Oposisi Tak Bernyali


DPR studi banding lagi, studi banding yang seringkali disebut-sebut sebagai pelesiran anggota DPR. Negara yang menjadi tujuan studi banding dalam rangka penyusunan RUU Keinsinyuran ini adalah Jerman dan Inggris. Silakan baca saja di media massa apa itu RUU Keinsinyuran dan kenapa harus Jerman dan Inggris yang menjadi negara tujuannya. Kali ini saya sedang berprasangka baik terhadap DPR, karena itu saya tidak akan ikut-ikut mengeritiknya. Saya yakin mereka tidak akan melenceng dari agenda studi banding dengan hanya berjalan-jalan di destinasi wisata negara tujuan.

Sore ini, di salah satu stasiun TV ada dialog terkait studi banding DPR ini. Sang presenter mencoba men-challenge Ketua Badan Legislasi DPR dengan mempertanyakan kenapa DPR tidak memerioritaskan RUU lain yang dianggap penting seperti RUU Perumahan Nasional yang jika kita berkunjung ke laman DPR juga merupakan RUU yang ada dalam daftar Prolegnas 2012. Namun, meski tetap ngotot, pada akhirnya sang presenter harus terpental juga. Karena memang RUU Perumahan Nasional sudah lebih maju daripada RUU Keinsinyuran yang baru memasuki babak awal penyusunan naskah RUU. RUU Perumahan Nasional kini sudah sampai di tangan presiden. Dengan melihat latar belakang RUU Keinsinyuran ini saya cukup yakin bahwa RUU ini memang penting bagi profesi insinyur di Indonesia agar pada tahun 2015, saat liberalisasi profesi insinyur, insinyur Indonesia mampu bersaing di pasar global.

Ada yang berbeda dalam studi banding DPR kali ini yakni tidak ikut sertanya FPDIP, sebuah fraksi yang berasal dari sebuah partai yang menyebut dirinya sebagai partai oposisi. Namun sangat saya sesalkan ketika salah seorang anggota FPDIP menyebutkan bahwa alasan mereka tidak ikut adalah karena saat ini studi banding DPR merupakan isu yang sangat sensitif. Menurutnya, sebaik apapun tujuan studi banding tersebut, sekeras apapun DPR menjelaskan kepada publik, publik tidak akan percaya dan hanya akan memandangnya sebagai ajang pelesiran anggota DPR. Hahaha. Lagi-lagi hanya untuk menjilat aspirasi publik. Tentunya kita semua tahu bahwa yang paling bisa memutar balikan opini publik saat ini adalah media massa. Disaat DPR harus membuktikan bahwa studi banding tersebut memang diperlukan dalam rangka menyusun RUU Keinsinyuran, sebuah fraksi dari partai oposisi justru menyerah sebelum bertanding karena "TAKUT" ikut dicap jelek oleh publik.

Maka, saya tidak setuju jika ada yang menyebut bahwa presiden, DPR, atau koruptor adalah orang-orang yang paling berkuasa di negeri ini. Karena jelas, yang paling berkuasa di negeri ini adalah media massa. Karena itu, sudah dapat kita lihat dari sekarang, siapa-siapa yang akan maju dalam Pemilu 2014 sudah mulai mengendalikan media massa agar dapat dengan mudah mereka merebut hati rakyat.


Saya jadi teringat isu yang menyebar di kalangan sopir taksi yang menyebutkan bahwa jutek-jutekan antar Megawati dan SBY hanyalah sandiwara politik. Karena toh hubungan Taufiq Kiemas dengan SBY tetap baik-baik saja. Entahlah, yang jelas kita tidak boleh meremehkan sopir taksi. Bisa jadi pergaulan mereka lebih luas daripada kita. Karena kerap kali yang menjadi penumpangnya adalah para pejabat dan elit-elit politik.

Sudah ah, saya mau ngumpet dulu. Takut diseruduk banteng-banteng bermoncong putih.

___________________
Sumber gambar: Tempo | Tempo
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar