zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Budaya yang Mana?


Membaca tulisan Samandayu tentang Puteri Indonesia 2011 yang akan mengikuti Miss Universe 2012, saya pun ikut latah untuk menulis tentang ini. Meski begitu, saya akan mencoba melihatnya topik ini dari celah yang sedikit berbeda. Saya tidak terkejut ketika sepupu Samandayu mengira foto Puteri Indonesia yang dipamerkan dihadapannya adalah foto seorang bintang video dewasa. Jangankan untuk kompetisi level internasional, kompetisi serupa untuk level kabupaten/kota saja tidak jauh berbeda.

Oke, mari kita persempit ruang lingkup bahasannya. Terlalu luas dan terlalu awam jika saya berbicara tentang Miss Universe. Selain itu, juga untuk mempersempit kemungkinan orang-orang yang akan menghujat balik tulisan ini. Di Jawa Barat ada yang namanya pasanggiri/pemilihan Moka (Mojang Jajaka). Memang saya tidak pernah terlibat langsung apalagi menjadi kontestannya. Tapi setidaknya saya pernah diajak untuk menyusup di antara kalangan mereka. Memang saya menyesalinya. Tetapi setidaknya saya menjadi tahu dengan melihat dunia lain yang tidak pernah saya lihat sebelumnya.

Di kalangan Moka saja ada satu momen di mana mereka berpesta di pinggir kolam renang dengan hanya mengenakan pakaian renang. Hahaha. Entahlah, setelah berpikir beribu-ribu kali saya tidak pernah menemukan jawaban yang menunjukkan korelasi antara pesta kolam renang tersebut dengan budaya Indonesia, khususnya budaya Sunda. Bukankah pasanggiri Moka adalah untuk memilih pemuda-pemudi yang diharapkan dapat melestarikan dan memeromosikan budaya Sunda? Ah, jangan-jangan otak saya memang terlalu kuno untuk memikirkan hal-hal seperti ini. Siapa saya? Budayawan pun bukan.

Lagipula, sebagai masyarakat biasa, apa dampak paling signifikan yang kita rasakan dengan adanya Moka atau ajang sejenis lainnya? Bagi saya sih tidak ada. Mungkin hanya mereka, para kontestan dan pemenang yang merasakan dampaknya. Setidaknya mereka menjadi sedikit terkenal dan peluang karirnya yang lebih sedikit terbuka. Iya karir, karena lebih banyak pesertanya adalah orang-orang yang memang dari kecilnya bergelut di dunia modeling. Kenapa harus membawa-bawa nama kebudayaan jika hanya orang yang dianggap cantik dan tampan saja yang dapat mengikutinya? Apakah orang-orang yang tidak secantik dan setampan mereka tidak berhak untuk ikut mengenalkan kebudayaannya kepada suku/bangsa lain?

Apakah seorang Maria Selena dapat memberikan perubahan paradigma bangsa lain terhadap kebudayaan Indonesia ketika dia dapat dengan baik menjawab pertanyaan, "Apakah rahasia yang membuat Anda bisa menjadi Anda yang sekarang ini?" Jangankan sebuah perubahan besar, bahkan sampai dia lengser dari jabatannya sebagai Puteri Indonesia pun saya baru mengenal namanya. "Ah, itu sih lo aja yang kuper, Mat." Harusnya, ketika dia atau ajang ini memang berdampak sangat signifikan semua orang akan membicarakan namanya.

Jadi budaya yang mana yang selalu mereka agung-agungkan itu? Karena bahkan dari cara berpakaian pun saya tidak melihat ada jati diri bangsa Indonesia tercermin darinya. Karena bahkan di kalangan mereka pun bahkan lebih suka mengadopsi kebudayaan-kebudayaan luar. Tidak cukupkah pesta kolam renang dan pakaian yang sobek di setiap sudutnya itu menjadi argumen saya untuk men-judge demikian?

_____________________
Sumber gambar: Tempo
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

7 komentar

  1. sebagai mantan mojang, saya tidak merasa jenggot saya terbakar hahahaha... baru tahu kalo mojang jajaka ada adegan kolam renang juga! ckckck.. harusnya pesta kali ya mat, pake kebaya separo badan sambil nyuci baju di atas kali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantan mojang? Sejak kapan berubah? :P
      Saya juga tidak ingin menggeneralisasi. Mungkin di Majalengka dan beberapa daerah lain memang mempunyai kultur berbeda terkait penyelenggaraannya. Tapi itulah yang saya lihat di salah satu kabupaten paling timur di Jawa Barat, yang pasti bukan Ciamis.

      Hapus
    2. haha. menurutku kontes-kontesan seperti itu lebih banyak jadi ajang promosi jasa dan produk kecantikan aja deh, mulai dari pakaian rancangan desainer anu, kosmetik anu atau hair stylist dari salon anu. :p

      Hapus
    3. Curhat pernah jadi korban iklan ya, Mba? :P

      Hapus
  2. no komen lah bang budaya kita udh luntur n dirampas oleh budaya asing yg lbih mnarik dkarenakan kurangnya tokoh muda yg mnjadi panutan

    BalasHapus
  3. Ih kalo dipikir-pikir iya juga sih ya? Bener banget tuh SETUJU,, keren ambil topik postingannya :D

    BalasHapus