zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Ekspedisi Curug Tujuh


Minggu ini, saya menghabiskan liburan bersama The Odong-odong, teman-teman kuliah yang berasal dari Ciamis dan Banjar. Kali ini tujuan kelabing (keliaran bingung) kami adalah Curug Tujuh. Curug Tujuh merupakan tujuh curug (air terjun) yang ada di Gunung Sawal, Ciamis.

Sayangnya yang bisa ikut hanya tiga orang, saya, Farid, dan Risma. Alasannya beragam. Ada yang sudah memulai hidup barunya di luar kota, ada juga yang sedang berjuang memperoleh izin calon mertua.


Udara sejuk Priangan Timur dengan sawah yang menghampar sepanjang kaki gunung mengantarkan motor yang kami tunggangi sampai di pintu gerbang Curug Tujuh. Di antara kami bertiga hanya saya yang baru pertama kali mampir ke sini. Tahun lalu, dengan personel yang lengkap, mereka pernah mengajak saya ke Curug Tujuh. Sayangnya waktu itu saya harus ke Bali untuk mengikuti field visit lomba blog.

Hanya butuh sekitar lima belas menit dari gerbang masuk untuk kami sampai di Curug 1. Di Curug 1 masih cukup ramai pengunjung. Karena aksesnya yang masih mudah. Kami pun membulatkan tekad untuk mengunjungi enam curug lainnya. Awalnya saya kira ketujuh curug di sini berada dalam satu aliran sungai. Ternyata tidak, dan ternyata tidak mudah untuk menjangkau semua curug-curug di sini. Curug 5 misalnya, jalanannya sudah tertutup. Kami gagal menemukan curug 5.

The Odong-odong

Pertapa yang Tidak Tahan Dingin

Gaya Anjing Kencing


Meski Gunung Sawal tidak tergolong gunung yang cukup tinggi tapi jalur yang dilalui tidak kalah menantang. Apalagi dengan jalur yang licin di musim hujan. Sampai beberapa kali kami harus terjatuh.


Hujan pun turun sewaktu kami di Curug 6 dan hendak melanjutkan ke Curug 7. Meski tidak dengan peralatan yang sangat lengkap, setidaknya kami masih membawa jas hujan/ponco. Di bawah rintik kami melanjutkan pendakian.

Sudah cukup jauh kami berjalan, Curug 7 tidak kunjung kami temukan. Saat kami menemukan mata air, Farid memutuskan untuk mengecek jalur yang akan kami lalui. Saya dan Risma pun menunggu di dekat mata air tersebut. Lama menunggu, Farid tidak muncul-muncul. Kami mulai cemas. Dipanggil-panggil tidak ada yang menyahut. Suara air terjun dan aliran sungai lebih kencang daripada teriakan kami. Risma mulai khawatir, tangannya sudah gemetaran. Katanya teringat "Modus Anomali". Akhirnya kami memutuskan untuk menyusul Farid. Malang, jalan yang kami lalui berujung pada lorong semak-semak yang sudah lama tidak dilalui. Saat kami kembali ke mata air, tidak berapa lama Farid datang. Memang jalannya seperti yang sudah lama tidak dilalaui dan tidak ada tanda-tanda Curug 7.

Dengan keterbatasan pealatan yang kami bawa dan hari yang sudah sorre, kami memutuskan untuk kembali. Singgah sejenak di Curug 6 untuk sekadar mengisi perut sebelum kembali ke kaki gunung. Hanya Curug 1, Curug 3, Curug 4, dan Curug 6 yang berhasil kami temukan. Ah, semoga lain kali kami dapat kembali dan bisa mengunjungi ketujuh curugnya.


Daripada bocah petualang lebih mirip bocah hilang. Yap, sekian saja petualangan kami kali ini. Sampai jumpa lagi pada kisah-kisah petualangan berikutnya. Rencananya sih kalau rapelan gaji sudah turun.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

4 komentar

  1. wuiiiih,,.. keren. itu di Ciamis ya?
    jadi pegen berpetualang kesana, ikut dong ikuuut kalo kesna lagi mas ibas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, di Ciamis. Ayo mampir saja, dari Bandung dekat kok. :D

      Hapus
  2. Curug Tujuh na dipopulerkeun disingkat obyek wisata CR7

    BalasHapus