zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Bidadari Lembah Lahambay


"Yang mau ikut nonton, ayo! Nominasinya Bidadari-bidadari Surga dan Life of Pi." ajak Mela ke teman kantornya.

"Hayu atuh, berangkaat!" Risa menanggapi pertama.

“Entar sore, Ris!"

“Ya iyalah entar sore. Dasar Hello Kitty berhati security" begitu Risa memanggil Mela.

"Mau nonton film apa? Pi juga lumayan sih. Tapi aku tetep pengen BBS. Hihi."

"5cm. aja yuuuk!" Risa menambah nominasi.

"Urang nonton Mba Yati masak aja dah." Mba Yati adalah penjaga kos mereka. Kosan yang bapak kosnya juga bos mereka di kantor.

"Jadi.. jadi.. enggak.. enggak... jangan jadi yang enggak-enggak." Joni menimpali Indro yang melenceng dari topik.

"Betul!!! Jadi nonton apa, Jon? Aku sih terserah. Kata bosmu, Life of Pi bagus. Aku udah baca BBS sih, jadi kalau nonton itu juga ga apa-apa."

"H2C ah! Hayu-hayu cicing."

Alhasil, hanya Joni, Risa, dan Mela yang jadi nonton.

***

Setelah pekerjaan Risa selesai, mereka berangkat. Sampai bioskop sudah jam 19.20. Telat! Tiket 5cm. sudah ludes terjual. Pilihannya tinggal menunggu yang jam 21.00 atau pindah tempat lain. Risa sempat mengajak untuk ke Taman Ismail Marzuki. Tapi sepertinya akan sama saja. Akhirnya tiket BBS lah yang mereka beli, meski harus menunggu dua jam lagi. Tanggung juga soalnya, kepalang berangkat. Lagi pula Risa yang katanya sedang pusing dengan pekerjaannya, ngebet nonton, apapun filmnya.

***


"Kalau di novelnya, ceritanya nanti ..."

"Ga usah diceritain, entar ga seru." ujar Joni, memotong Mela yang asyik bercerita saat film dimulai.

"Ih, ga ada usaha banget sih. Kenapa rambutnya ga direbonding? Kenapa ga perawatan kulit, biar putih? Kenapa ga suntik vitamin C? Bla.. bla.. bla..." Risa ikut berkomentar. Mungkin kesal karena Dalimunte selalu gagal mencari jodoh untuk kakaknya, Laisa.


"Ganteng banget!!" kali ini Risa sampai berteriak saat Dharma muncul. Sontak, semua penonton menoleh ke arah mereka.


Memang tidak mudah untuk membuat film yang diadopsi dari sebuah novel. Akan selalu ada cerita yang terpaksa harus dipotong atau diimprofisasi. Seperti Penampilan Laisa yang tidak sesempurna bayangan pembaca novel. Meski begitu, Nirina Zubir sangat keren memerankan Laisa.

Pun dengan kincir air yang dibangun Dalimunte. "Dalam versi novel, Dalimunte membangun kincir lima tingkat agar bisa menarik air hingga ke atas cadas. Namun, setelah konsultasi ke ahli sipil, ternyata mustahil melakukannya. Maka, dalam versi film, kincir airnya tetap satu, tapi Dalimunte merubahnya menjadi tenaga listrik. Kemudian listrik itu jadi sumber tenaga pompa air, mendorong air hingga ke cadas atas. Maka, kampung mereka yang sering kekeringan, jauh dari mata air, sekaligus memperoleh air dan listrik." tutur sang penulis novel, Darwis Tere Liye.

Meski banyak adegan yang membuat penonton tertawa lepas, pada akhirnya film ini berhasil menghipnotis semua penonton untuk meneteskan air matanya. Tidak terkecuali Joni, Risa, dan Mela. Ah iya, Joni hanya berkaca-kaca, tidak sampai menangis. Hahaha.

"Laisa mengajarkan mencintai untuk mencintai, bukan untuk dicintai. Ah, cinta memang rumit. Tapi jangan-jangan cinta tidak serumit itu, persepsi kita tentangnya saja yang membuatnya demikian rumit. Tapi dua hal yang mutlak dalam mencintai, kesetiaan dan pengorbanan." Joni berusaha mengambil makna dari film ini. Meski berlaga bijak, sejatinya dia galau. Ah, bijak dan galau itu kan beda-beda tipis.

____________________
Sumber gambar: Facebook
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

13 komentar

  1. aaaaaa love the novel very much! filmnya udah liris? mungkinkah lebih kece dr novelnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sudah. Belum pernah baca, jadi tidak bisa membandingkan. Tapi filmnya digarap dengan apik. Tidak menyesal sudah menontonnya.

      Hapus
  2. kirain bikin cerpen trnyata novel toh dan film *ndeso* komen back y

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anggap saja cerpen yang ditulis dari kisah nyata. :D

      Hapus
  3. wewww.. udah nonton aja ini, bang mamad.
    Aku udah baca novelnya, jadi penasaran dengan filmya. :D
    bagus ya filmnya?

    BalasHapus
  4. tuh kan beneran nangis....dasar si mamaddd....novelnya menurutq lebih bagus (yak iyalah)...tapi nirina mainin perannya benar2 menjiwai (keren)..

    BalasHapus
  5. klu aq yg milih bagus,,,klu mamad yg milih,,,ngantuk...lain kali gw yg milih filmnya.

    BalasHapus
  6. Aku sdah bAcA novel.y...
    Film.y udh di toNtoN...

    Film.y bgus..
    Tp memang lbh BGus lg n0vel.y...
    Kalau di perhatikan, memang susah ya membuat film yg diadaptasi dri sbuah n0vel,...

    Tp film.y tetep kren k0k..,
    tp n0vel.y lbh bsa membuat menangs lg loh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Membaca novelnya menghabiskan berapa banyak tisu? :D

      Hapus
  7. aku malah ga tau ada novelnya dan malah baru tau juga kalau ada filmnya hehehehhe......

    BalasHapus