zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Malam Pergantian Tahun


Sebut saja namanya Jono. Tadi sore dia berpamitan kepada anak istrinya untuk pergi berjualan. Tidak seperti biasanya. Malam ini Jono tidak berjualan gorengan. Jono lebih memilih berjualan terompet. Berjualan terompet di malam pergantian tahun memang akan lebih menjanjikan jika dibandingkan dengan bejualan gorengan. Meski rintik hujan yang menetes dari langit hampir saja memupus harapan Jono dan para penjual terompet lainnya. Juga para pengais rejeki lainnya yang berharap akan mendapat rejeki lebih.

Di sudut lain ada juga orang-orang yang senggol-senggolan. Iya, senggol-senggolan antara orang yang ingin merayakan malam pergantian tahun dengan orang yang tidak ingin bahkan melarang untuk merayakannya. Wajar saja sebenarnya, kita hidup di tengah masyarakat yang majemuk. Perbedaan pendapat merupakan camilan sehari-hari. Senggol-senggolan boleh saja. Asal jangan sampai jotos-jotosan.

Saya sendiri? Ah, selama ini saya tidak atau belum pernah merayakannya. Tapi saya tidak keberatan untuk ikut merayakan apalagi jika ada band favorit saya di panggung. Tahun ini pun awalnya saya dan beberapa teman SMA akan datang ke Jakarta Night Festival. Namun saya mengurungkannya. Malas, becek, ga ada ojek.  Bisa dibilang saya cenderung moderat. Meski kadang sampai disebut komunis. Ah, itu kan cuma kata orang yang tidak sepaham dengan saya.

Lagi pula, bagi saya pergantian tahun dari 2012 ke 2013 tidak hanya momen untuk mengganti kalender lama. Pergantian tahun kali ini merupakan masa-masa yang teramat penting buat saya. Juga buat kita, aku dan kamu yang belum bisa disebut namanya. Hahaha. Ah, jangan terlalu dianggap serius.


Lagi pula apa salahnya ikut menikmati hiburan. Di TV juga jadi banyak film-film bagus. Apalagi ada Dewi Lestari dan Djenar Maesa Ayu yang setia bercerita untuk saya.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar