zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

What Time is It? It's Time to Change


"What time is it?"

"It's time to change."

Apakah Sri Mulyani, Agus Martowardojo, Darmin Nasution, dan Mahendra Siregar selalu berada di tempat yang sama? Jawabannya tentu saja tidak. Jadi apalagi alasan yang membuat kita takut untuk berubah?

Kita tidak selamanya belajar di SD. Suatu waktu kita harus pindah ke SMP. Kemudian lanjut ke SMA. Begitu seterusnya. Ketika bersekolah, target kita adalah lulus. Lulus untuk masuk ke sekolah yang lebih tinggi dan pada akhirnya target setelah lulus adalah untuk bekerja. Bahkan tidak sekadar bekerja, tapi berkarir. Lalu apa yang ingin kita capai?

Ada tiga hal yang ingin saya capai dalam berkarir: bisa meningkatkan kemampuan, mandiri secara finansial, dan bermanfaat untuk orang lain.

Bersyukur selama ini saya berada di tempat yang selalu mendorong saya untuk terus belajar hal-hal baru. Jika tahun lalu saya berkesempatan untuk belajar tentang industri keuangan, tahun ini saya berkesempatan untuk belajar tentang industri sumber daya alam khususnya industri pertambangan umum. Meski secara formal saya belum mendapatkan hak yang seharusnya diperoleh setiap warga negara.

Jika dilihat dari sisi finansial, jelas itu masih sangat jauh dari kata mandiri. Masa iya kita mau mengatakan sudah hidup mandiri sementara kita masih bergelayutan di bawah ketiak orang tua kita? Sebuah pukulan telak. Memang apresiasi lebih berharga dibanding penghargaan dalam bentuk finansial. Tapi setidaknya ketika kita sudah lepas dari ketergantungan finansial, kita sudah bisa menentukan jalan hidup kita sendiri.

Terakhir adalah kebermanfaatan bagi orang lain. Hampir setahun saya bekerja saya tidak tahu manfaat apa yang telah saya berikan bagi orang lain. Tapi sepertinya belu. Itu pulalah yang terus memicu saya untuk berubah. Ketika di media ramai membicarakan kekayaan alam kita yang terus dijajah negara asing sementara kita mempunyai kesempatan untuk turut serta melindunginya.

Harus saya akui selama Januari 2013 saya galau. Saya bingung, saya tidak tahu, harus memilih jalan hidup yang mana. Tapi setidaknya kegalauan menunjukkan kepedulian. Jika kita tidak peduli dengan masa depan kita, kita tidak akan galau, membiarkan saja mengalir seperti air yang kadang diombang-ambing oleh orang yang lebih berkuasa. Tapi tentu bukan itu yang kita harapkan. Apalagi ketika ketiga poin tadi belum bisa tercapai. Karena itu, kita harus menghilangkan phobia terhadap perubahan.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar