zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Strategi Market Timing Reksa Dana


Kemarin, saya berkesempatan untuk mengikuti sharing tentang perencanaan keuangan, meski saya datang terlambat karena harus pulang kantor agak terlambat kemudian terjebak macet. Alasan klasik.

Ada satu pertanyaan yang selama ini cukup membingungkan saya. Kita tahu bahwa reksa dana merupakan instrumen investasi jangka panjang. Bahkan menurut hasil kajian salah seorang Wakil Manajer Investasi, jangka waktu ideal untuk berinvestasi reksa dana adalah 15 tahun. Akan tetapi, bolehkah kita memanfaatkan fluktuasi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana untuk mengoptimalkan kinerja reksa dana? Beruntung kemarin saya mendapatkan sedikit pencerahan.

Strategi untuk memanfaatkan kinerja reksa dana dengan memanfaatkan fluktuasi NAB bisa juga disebut sebagai strategi market timing. Dalam berinvestasi, strategi merupakan kunci utama keberhasilan dari suatu investasi. Memang ketika kita berinvestasi di reksa dana kita sudah memberikan kuasa penuh kepada Manajer Investasi (MI) untuk mengelola investasi kita. Namun, bukan berarti kita tidak punya kesempatan untuk ikut meningkatkan kinerja reksa dana kita. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah dengan mengimplementasikan strategi market timing.

Dalam implementasinya, market timing berarti masuk pada saat pasar akan naik dan keluar pada saat pasar akan turun. Memang di pasar modal dikenal adanya siklus tahunan. Seperti adanya istilah "buy in January" dan "sell in May and go away" atau adanya siklus tiga tahunan dan siklus lima tahunan. Akan tetapi, tentu saja tidak ada jaminan apakah setiap tahun siklusnya akan sama. Tahun ini saja siklus tahunan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai acuan.

Untuk itu, ketika memutuskan untuk mengimplementasikan strategi market timing ini kita harus mempunyai keberanian. Ingat, berani berbeda dengan nekad. Berani artinya kita memiliki kemampuan yang cukup untuk menganalisa trend, support resisten, pengendalian emosi, dan kedisiplinan sehingga kita berani untuk mengimplementasikannya. Pun, tentu saja harus tahu bagaimana risiko yang harus kita hadapi. Teorema high risk high return masih berlaku di sini. Dengan strategi ini kemingkinan untungnya bisa lebih besar daripada hanya menggunakan strategi Equity Saving Plan (ESP) atau lump sump.

Yang tidak kalah penting untuk dipersiapkan sebelum mengimplementasikan strategi market timing adalah dengan merapikan portofolio reksa dana kita. Saran saya, kita harus mempunya tiga kelompok reksa dana: core portfolio, growth portfolio, dan fixed income-short duration.atau

Sebelumnya, harus dipahami bahwa secara garis besar, berdasarkan portofolio efeknya reksadana dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah reksa dana dengan portofolio efek yang bersifat umum. Maksudnya portofolio efeknya tidak memiliki kecenderungan ke suatu sektor industri. Yang ke dua adalah reksa dana yang portofolio efeknya bersifat sektoral. Misalnya consumer goods related, infrastructur related, atau finacial related.

Untuk core portfolio saya menggunakan reksa dana campuran syariah dan reksadana saham syariah. Sebenarnya saya lebih suka reksa dana campuran dibandingkan dengan reksa dana saham karena sifatnya yang cenderung lebih moderat dibandingkat dengan reksa dana saham. Apalagi yang syariah, karena tentu saja yang syariah lebih moderat lagi dalam hal risiko maupun keuntungan yang mungkin akan kita dapat. Tapi itu karena profil risiko saya cenderung moderat mengarah ke agresif.

Sementara itu, untuk growth portfolio kita bisa menggunakan reksa dana saham dengan portofolio efek yang bersifat sektoral. Kenapa saya pilih yang sekotoral? Karena growth portfolio ini yang akan menjadi kunci dalam mengimplementasikan strategi market timing. Karena sektoral, yang hanya dikunci pada kecenderungan terhadap sektor tertentu, jelas fluktuasinya akan cenderung lebih agresif dibandingkan dengan raksa dana yang portofolio efeknya bersifat umum.

Terakhir, fixed income-short duration berfungsi sebagai tempat penampungan ketika kita memutuskan untuk keluar pada saat pasar akan turun. Dalam hal ini kita bisa menggunakan reksa dana pasar uang. Jelas ini akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan apabila kita hanya menyimpan uang dalam rekening tabungan saat memutuskan untuk sementara keluar dari reksa dana saham. Meski tentu saja reksa dana ini juga tetap berisiko karena portofolio efeknya bisa berisikan obligasi korporat.

Melalui blog post ini, saya hanya ingin sedikit sharing tentang gaya saya sebagai seorang yang sedang belajar berinvetasi reksa dana. Silakan kalau ingin ikut mencobanya. Bahkan akan lebih baik apabila strateginya disempurnakan lagi. Akan tetapi, saya tidak bertanggung jawab apabila ada yang ikut mengimplementasikannya kemudian mengalami kegagalan. Harus tetap diingat bahwa tidak ada yang pasti dalam berinvestasi. Kecuali investasi bodong, karena sudah pasti bodong. Terakhir, ada sebuah kutipan dari Om Warren Buffett tentang aturan dalam berinvestasi, "Rule No.1: Never lose money. Rule No.2: Never forget rule No.1."
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar