zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Bahagia Itu Sekarang


Di dinding terpajang sebuah foto. Di foto itu terlihat seorang anak bungsu yang masih kecil diapit kedua orang tuanya. Matanya berkaca-kaca. Cengeng? Mungkin. Si Bungsu hanya merasa belum siap. Belum siap untuk keluar dari zona nyaman. Di usia yang semuda itu dia merasa masih harus berada di bawah ketiak orang tuanya. Sayang, tiada yang bisa melawan kehendak-Nya. Hari itu Si Bungsu harus pergi merantau, jauh dari orang tua.

Kini, Si Bungsu menatap masa masa lalunya dengan penuh rasa syukur. Beruntung sudah diajarkan arti hidup lebih dini. Bahkan mungkin sedikit terlambat. Si Bungsu sadar, Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik. Terbaik bahkan.

Ada hal lain yang sangat berharga yang didapatkan Si Bungsu di perantauannya. Ternyata sebuah keluarga tidak harus selalu tinggal serumah. Tidak ada batasan tempat tinggal untuk sebuah keluarga. Apalagi sebuah keluarga besar. Di manapun, keluarga adalah keluarga.

Bung Hatta pun mangajarkan bahwa cinta saja tidak cukup. Kita harus memperkaya diri dengan ilmu. Kita tidak akan mendapatkan ilmu yang banyak jika hanya berdiam di rumah. Tidak pernah merantau. Mungkin itu yang ingin Dia tunjukkan.

Di perantauan, Si Bungsu menemukan rumah ke duanya. Lengkap dengan anggota keluarga yang tinggal di rumah itu. Tentu saja dia tidak melupakan keluarga pertamanya. Déjà vu. Di rumah keduanya Si Bungsu kembali "dipaksa" pergi merantau. Si Bungsu harus pergi di saat dia merasa masih harus berada di bawah bimbingan bapak-bapak, ibu-ibu, dan kakak-kakaknya. Hati kecilnya berkata, "Mungkin Tuhan ingin kembali mengajarkan sesuatu yang berharga kepadaku." Meski terkadang pikirannya yang masih kekanak-kanakan berkata lain, "Tuhan tidak adil!"

Memang susah untuk membayangkan rasa manis ketika kita meminum kopi yang sangat pahit. Meskipun dalam RECTOVERSO ketika ditanya oleh Saras, "Ih, pahit! Kok bisa sih minum kopi ga manis gini?" Bram menjawab, "Soalnya kalau kita minum yang pahit, kita jadi inget kalau di luar sana ada yang manis."

Terima kasih untuk coklatnya. Lebih dari itu. Terima kasih telah menganggap Si Bungsu sebagai bagian dari keluarga besar. Terima kasih untuk bimbingannya. Terima kasih juga untuk semua Bapak, Ibu, dan Kakak. Meski tidak tinggal serumah, keluarga adalah keluarga. Tidak ada yang namanya mantan keluarga. Bahagia itu sekarang, saat kita mempunyai keluarga.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

3 komentar