zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Investasi Gaya Nabi Nuh


Setiap bulan saya menerima beberapa surat, baik berupa konfirmasi maupun laporan akun, dari fund manager dan bank kustodian. Dari tumpukan surat-surat itu, lebih dari setengahnya belum saya keluarkan dari amplopnya, apalagi dibaca. Jika melihat nilai investasi saya yang masih sangat kecil, rasanya instrumen investasi saya terlalu banyak jenisnya. Memang katanya "Don't put all your eggs in one basket." Tapi sepertinya keranjang yang saya gunakan terlalu banyak padahal telur saya masih sangat sedikit.

Warren Buffett pernah bilang, "Saya tidak bisa menangani lima puluh atau tujuh puluh lima barang. Itu investasi gaya Nabi Nuh, Anda akhirnya hanya akan mendapatkan sebuah kebun binatang dengan cara itu. Saya lebih suka menaruh sejumlah uang yang berarti di sedikit barang." Sepertinya saya memang harus segera mengevaluasi portofolio. Apalagi akhir-akhir ini saya sudah jarang mengalokasikan sebagian dari gaji bulanan untuk berinvestasi.

Uang untuk berinvestasi tidak boleh uang sisa. Dalam arti bahwa untuk berinvestasi kita harus sengaja mengalokasikan sekian persen dari pendapatan bulanan kita. Saya sudah hampir melupakannya dalam beberapa bulang belakangan ini. Ketika saya sudah tidak bisa lagi membedakan kebutuhan dan keinginan, bisa-bisa sejak awal bulan gaji saya sudah terkudeta. Apalagi jika saya mendapatkan uang tunai, biasanya itu akan lebih cepat habis daripada uang yang didepositkan ke rekening tabungan.

Strategi autoinvest pun beberapa bulan ini sudah tidak mempan. Persoalannya adalah rekening tabungan yang saya pasang autoinvest bukan rekening tempat saya menerima gaji. Jadi ketika saya tidak mentransfer gaji saya ke rekening itu, autoinvest-nya tidak akan berjalan. Lagi-lagi soal ketidakkonsistenan dan ketidakbijakan dalam mengelola keuangan.

Satu lagi masalah yang timbul dari investasi gaya Nabi Nuh yang saya lakukan. Saya lupa mengalokasikan dana darurat atau kalaupun saya mengalokasikan, nilainya terlalu kecil sehingga menjadi kurang realistis ketika dana darurat itu benar-benar dibutuhkan. Imbasnya ketika saya membutuhkan dana darurat tersebut, sering kali saya harus meminjam uang ke saudara atau teman karena dana investasi saya tidak bisa dicairkan dalam sehari. Inilah pentingnya mengalokasikan dana darurat.

Yang tidak kalah penting dari dana darurat adalah mengalokasikan dana untuk pembayaran yang sudah pasti akan jatuh tempo bulan ini. Misalnya uang kosan atau kalau kita memiliki cicilan yang harus kita bayar bulan ini. Justru ini sangat penting dan harus menjadi prioritas utama. Untuknya untuk kebutuhan-kebutuhan yang sudah pasti seperti ini saya masih bisak konsisten untuk memprioritaskannya.

Sebenarnya investasi gaya Nabi Nuh yang saya praktikkan ini bukan tanpa sebab. Waktu itu saya sedang mulai belajar berinvestasi. Karena saya penasaran dengan berbagai macam instrumen yang ada, saya pun mencicipi banyak instrumen dengan nilai investasi yang tidak terlampau besar pada setiap instrumennya. Meski dampaknya cukup buruk, tapi saya juga mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Dengan mencicipi sendiri, saya bisa lebih tahu bagaimana cita rasa masing-masing instrumen daripada saya hanya mendengarnya dari orang lain.

Setelah selesai mencicipi dan saya tahu mana investasi yang cita rasanya sesuai dengan selera saya, mungkin sudah saatnya saya untuk mengerucutkan jumlah keranjang yang saya gunakan untuk menaruh telur-telur saya. Meski pengalaman adalah guru yang paling berharga, tapi saya tidak boleh malas untuk tetap belajar dari orang lain. Saya juga tidak mau mati konyol karena menjadi kelinci percobaan dari eksperimen yang sedang saya lakukan. Warren Buffett saja, sudah membaca semua buku investasi, setidaknya sekitar seratus buah buku, sebelum dia berumur 20 tahun. Umur saya sudah 24 tahun, tapi jumlah buku investasi yang saya baca masih sangat jauh dari yang dibaca Warren Buffet saat dia seusia saya.

Keep calm and invest wisely.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

2 komentar

  1. Jadi, urutan investasi yang menjanjikan yang mana aja nih bang di Indonesia? Ahaha.. Kasih bocoran dong ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semuanya menjanjikan. Tapi produk investasi yang paling menjanjikan adalah yang kita punya saat ini. :D

      Hapus