zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Apa Istimewanya Jadi Pejabat Negara


Hari ini aku pulang lebih cepat, bergegas menuju taman kota. Tidak ada janji yang ingin kupenuhi, sekadar ingin duduk-duduk sambil mebaca koran ditemani kawanan merpati yang selalu menggodaku untuk memberinya potongan-potongan roti. Di rubrik Politik dan Hukum, aku menemukan sebuah kolom berjudul "Apa Istimewanya Jadi Pejabat Negara?"

Kolom itu menceritakan Wakil Presiden Boediono yang lebih memilih pesawat komersial ketika menghadiri Forum Ekonomi Dunia Islam Ke-9 dan Open Government Partnership Annual Summit di London. Jumlah rombongan yang ikut pun lebih sedikit daripada jumlah rombongan dalam kunjungan kenegaraan pada umumnya. Dari sisi pengamanan, diakui Sekretaris Wapres, Mohamad Oemar, memang tidak bisa optimal karena Wakil Presiden berbaur dengan penumpang umum. Namun, sudah enam kali Wakil Presiden menggunakan pesawat komersial dalam kunjungan kenegaraannya dan semuanya baik-baik saja.

Dengan pesawat komersial, protokoler penyambutan di London pun tampak biasa-biasa saja. Wakil Presiden "hanya" dijemput fasilitas mobil VIP bandara. Bukan karena negara tidak mampu menyewa pesawat untuk digunakan sebagai pesawat kenegaraan. Wakil presiden mempunyai pertimbangan lain atas keputusannya ini.

Selama perjalanan, Wakil Presiden tidak duduk di bangku kelas utama, melainkan hanya duduk di bangku kelas bisnis. Padahal, dalam Peraturan Menteri Keuangan, disebutkan bahwa Wakil Presiden berhak untuk menggunakan kelas utama. Perbedaan harga tiketnya sebesar USD6.200,00 atau sekitar Rp80.000.000,00. Dan, jika dibandingkan dengan menggunakan pesawat kenegaraan, biayanya bisa sepuluh kali lipat dari pesawat komersial. Cukup ironis jika disandingkan dengan isu penyerapan anggaran yang sering mencuat di akhir tahun seperti sekarang.

Lantas, apa istimewanya jadi pejabat negara? Apakah deretan fasilitas mewah yang membuatnya istimewa? Mungkin iya, tapi mungkin juga tidak. Mendengar pertanyaan itu, saya teringat potongan lirik "Jogja Istimewa" dari Jogja Hip Hop Foundation, "Tanah lahirkan tahta, tahta untuk rakyat. Di mana rajanya bersemi di kalbu rakyat. Demikianlah singgasana bermartabat. Berdiri kokoh untuk mengayomi rakyat." Mungkin, saya hanya menerka-nerka, istimewanya jadi pejabat negara adalah ketika bisa bersemi di kalbu rakyat, ketika berdiri kokoh mengayomi rakyat.

Dari jauh aku melihat gumpalan awan hitam berlari ke arahku. Tidak berapa lama, berkubik-kubik air dalam genggamannya tumpah di atas kepalaku. Hujan itu basah. Aku pun kebasahan. Hujan itu dingin. Aku pun kedinginan. Basahnya hujan semakin membasahi linangan di pelupuk mata, saat aku mengingat semuanya. Tapi sedinginnya hujan, tidak akan mampu mendinginkan perasaanku, untuk negeri yang aku cintai. Tidak ada sebersit pun pikiran yang menyuruhku berlari dan berteduh di bawah kanopi halte taman kota. Aku hanya sedang ingin merasakan hujan. Sudah lama aku hanya kebasahan dan kedinginan saat hujan turun. Sudah lama aku tidak bisa merasakan sejumput aroma hujan, aroma yang selalu mengingatkanku akan cita-cita masa kecilku.

Hujan belum reda, tetesnya masih mengguyur jalanan ibu kota. Benar kata Seno Gumira Ajidarma, "Jalanan Jakarta berubah romantis saat malam tiba." Rintik hujan, membuatnya lebih romantis. Sampai di rumah, aku sempatkan untuk menyapa keponakan kecilku, meski hanya lewat gagang telepon. Tak berapa lama, di ujung telepon terdengar suara ibuku, menanyakan apakah aku sudah yakin dengan niatku kemarin lusa. Aku hanya menjawab, "Jika niatku memang baik untukku, semoga Allah merestuinya." Ditambah lagi, akhir-akhir ini banyak kejadian yang semakin membulatkan tekadku. Juga dukungan dari teman-teman dekatku. Terima kasih semuanya.

"Twenty years from now you will be more disappointed by the things you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover."
-Mark Twain 
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

5 komentar

  1. Semoga Allah SWT menunjukkan jalan yang terbaik Mat. Keep the spirit!

    BalasHapus
  2. pejabat negara adalah manusia yg istimewa, karena mendapat amanah untuk mensejahterakan rakyat. makanya jadilah pemimpin yg amanah. gitu bro. he he he

    BalasHapus