zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Seragam Baru Bernuansa KIH


Menjadi menteri bukanlah pekerjaan remeh-temeh. Tidak sedikit perkara yang harus diurusi oleh seorang menteri. Menteri bekerja dengan birokrasi yang maha rumit dan berhadapan dengan tuntutan presiden rakyat. Selain itu, menteri juga harus mengurusi puluhan ribu pegawainya. Pun dengan Menteri Keuangan yang turut mengurusi perkara pakaian seragam pegawainya.

Ketika PNS lain mengenakan pakaian seragam lengkap dengan emblem di lengan kanan dan kiri, di Kementerian Keuangan hanya pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mengenakan seragam seperti itu. Apalagi status pegawai Kementerian Keuangan sudah lama keluar dari keanggotaan KORPRI. Otomatis, ketika diadakan upacara bendera di lingkungan Kementerian Keuangan tidak akan tampak pegawai yang mengenakan batik KORPRI. Pegawainya hanya mengenakan kemeja putih dengan bawahan hitam.

Perubahan pun terjadi pada masa kepemimpinan Agus Martowardojo. Kala itu sang menteri mulai mengatur perkara pakaian seragam. Biru langit dipilih sebagai warna atasan yang dipadukan dengan biru tua sebagai warna bawahannya. Seragamnya polos, tidak beremblem. Tidak enaknya mengenakan seragam yang tanpa atribut apapun adalah dikira pegawai magang ketika usai pulang kator harus belanja ke toko swalayan.

Terkait filosofi seragam ini, dosen saya pernah bilang, biru adalah warna pelayanan. Tapi ada juga yang bilang kalau warna ini dipilih karena sebelumnya Agus Martowardojo menjadi petinggi Bank Mandiri. Seperti kita tahu, bank mandiri menggunakan seragam biru langit. Ihwal warna biru ini isteri saya juga pernah menanyakannya. “Kenapa ga hijau aja? Auranya keberuntungan, pertumbuhan, kesuburan, dan optimisme cocok buat Kemenkeu.” katanya.

Beberapa merk terkenal menggunakan warna tertentu untuk mempromosikan produk mereka kepada pelanggan agar membangkitkan emosi atau tindakan tertentu. Bahkan, ada ilmu komunikasi visual yang menggunakan warna untuk terapi warna atau yang disebut colourology. Metode ini sudah dipraktikkan oleh banyak kebudayaan kuno seperti Mesir dan Cina. Tidak hanya itu saja, desainer pun memilih warna pakaian yang akan menimbulkan kesan perasaan tertentu. Satu contoh psikologi warna dalam kehidupan sehari-hari adalah satpam yang memakai warna biru tua menyampaikan pesan berwibawa dan berkuasa.

Jumat sore, ketika hendak pulang di lift ada yang berujar, “Berarti Senin pakai kemeja putih dong?” Ketika lift terbuka konsentrasi sudah terfoku untuk mengejar kereta dan melupakan kemenja putih yang disinggung orang di lift tadi. Hingga kemarin malam isteri saya menanyakan soal keponakannya yang mengenakan kemeja putih pada hari Senin padahal dia satu korps dengan saya. Saya pun teringat kejadian di lift itu dan mengonfirmasi kepada seorang teman.

Ternyata memang ada Peraturan Menteri Keuangan baru yang dikeluarkan untuk mengatur perkara pakaian pakaian seragam ini. Teman saya juga belum pernah melihat peraturan itu dengat mata kepalanya sendiri. Malah katanya pejabat dan pegawai yang langsung melayani stakeholders harus memakai dasi bernuansa merah. Nuansa merah ini sudah mulai terasa pada saat peringatan Hari Oeang akhir Oktober kemarin.

Tapi kenapa harus kemeja putih dan dasi bernuansa merah? Padahal warna korporasi Kementerian Keuangan adalah biru, buka merah. Warna korporasi ini misalnya bisa dilihat di laman resmi Kementerian Keuangan. Apa pemilihan warna ini karena presiden kita–yang berasal dari partai merah–kerap mengenakan kemeja putih yang kemudian dipakai juga oleh koalisinya, KIH? Entahlah. Karena kurang tersosialisasikan, tentu saja pagi tadi masih tampak pegawai yang salah kostum. Sampai-sampai ada yang menceletuk “KMP ya? Kok ga pakai kemeja putih?”
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

2 komentar