zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Revolusi Ojek


Orang Sunda mengenal ojek sebagai ojég, akronim dari ongkos ngajégang. Yandi Kermit turut mempopulerkannya dalam lagunya: Ojég. Ngajégang adalah posisi kaki yang terbuka lebar, entah itu ketika berdiri, duduk, maupun berbaring. Yap! Mengangkang. Mungkin istilah ini muncul karena penumpang ojek duduk mengangkang. Memang ada pula yang duduk menyamping. Tetapi fitrahnya motor memang didesain agar penumpang duduk mengangkang.

Bagi sebagian orang, menjadi tukang ojek bukanlah pilihan, melankan takdir. Ibarat mengendarai motor, agar kehidupannya tetap seimbang, mereka harus tetap menjalani hari-hari dengan mengantar orang-orang yang menggunakan jasanya. Baginya, panas terik adalah teman setia dan hujan badai adalah selimut yang melindungi dari sepinya malam.

Kemarin, saya pulang sebelum waktunya karena akan mengantar anak berobat ke rumah sakit. Seperti hari-hari sebelumnya, saya naik ojek dari samping Hotel Borobudur menuju Stasiun Juanda. Ada satu tukang ojek di sana, sebut saja namanya Mang Gareng. Mang Gareng adalah bagian dari tukang ojek pangkalan yang ikut terseret arus revolusi ojek dan menjadi ojek Gojek.

Mang Gareng termasuk senior di Pangkalan Ojek Hotel Borobudur. Tampaknya penilaian saya sangat dipengaruhi motor yang digunakannnya untuk ngojek, yang memang sudah sangat senior dibandingkan motor-motor milik tuang ojek lainnya. Tetapi kemarin, saya lihat Mang Gareng sudah berganti motor. Motor bebek tuanya sudah berganti motor matic keluaran paling anyar. “Yang kemarin baru narik Gojek empat bulan udah ga kuat.” jawabnya saat saya singgung soal motor berplat Z barunya.

Secara serampangan, saya pun menyimpulkan bahwa dalam kondisi cēterīs pāribus, tingkat kesejahteraan ojek pangkalan yang berevolusi menjadi ojek Gojek cenderung meningkat. Mang Gareng buktinya. Baru empat bulan sudah bisa ganti motor. Katanya sih, penghasilan ojek Gojek per bulannya bisa mencapai lebh dari lima juta rupiah. Maka tidak mengherankan jika ribuan orang, tidak terkecuali yang sudah bertitel akademis, berbondong-bondong mendaftar Gojek.

Bagi saya, Pangkalan Ojek Hotel Borobudur adalah satu contoh di mana ojek pangkalan bisa berdampingan dengan ojek Gojek. Pun dengan di tempat lain yang tidak bisa saya sebutkan semuanya. Bahwa ada ojek pangkalan yang kerap berkonflik dengan ojek Gojek, itu adalah bumbu-bumbu dari revolusi ojek, sebagai mana juga adanya konflik pada masa revolusi industri. Begitulah hukum alam berlaku. Nietzsche pun pernah berpetuah, “The snake which cannot cast its skin has to die. As well the minds which are prevented from changing their opinions; they cease to be mind.

Ojég
Ongkos ngajégang
Lamun ngojég ulah parebut penumpang

Ojég
Ongkos ngajégang
Lamun ngojég tong bari mikiran hutang

Komo deui lamun narik bau ao
Nya dijamin penumpang nyebut nu gélo
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

2 komentar

  1. lama ngga bw ke sini, pangling saya~
    After all, ojek emang lagi jad hot thread se-Indonesia ya.

    BalasHapus