zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Narablog Kaffah


Ada masa ketika blog belum begitu populer dan narablog kerap identik dengan geek, yang di antaranya dikonotasikan sebagai orang aneh yang melek teknologi komputasi. Blog memang erat kaitannya dengan komputer dan internet, yang pada masa itu baru segelintir orang saja yang berkesempatan untuk mengaksesnya Anehnya, di masa ketika membuat blog sudah semudah membuka bungkus permen, labelisasi seperti itu masih saja belum lekang.

Memang membuat blog sudah semudah membuka bungkus permen, tapi apakah menjadi narablog kaffah juga semudah itu?

Kaffah, secara bahasa berarti keseluruhan. Penelusuran etimologis tersebut memberikan sedikit gambaran mengenai makna dari narablog kaffah, yakni narablog yang tidak setengah-setengah atau menjadi narablog seutuhnya, bukan narablog-narablogan. Narablog kaffah karena itu adalah narablog yang mengamalkan secara utuh ajaran-ajaran syariat blogging. Narablog kaffah tidak berhenti pada batas membuat blog, tapi juga memuatnya dengan konten yang berkualitas, dan mengoptimalisasinya di laman mesin pencari.

Memuat konten yang berkualitas menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan optimalisasi di laman mesin mencari.  Karena saat ini, mesin pencari, khususnya Google, tidak lagi berfokus pada backlink saja, melainkan pada kualitas konten. Konten yang berkualitas karena itu adalah koentji agar bisa menempati halaman pertama pada laman mesin pencari. Ini sesuai dengan tujuan dari laman mesin pencari, yakni untuk mencari dan memberikan informasi dengan hasil yang relevan.

Narablog kaffah adalah juga narablog yang berinteraksi dengan narablog lain. Itu yang sering dilupakan seorang narablog, termasuk saya. Narablog sering kali lupa dengan jargon “content is king, conversation is queen”. Ratu yang sering dilupakan itu di antaranya adalah blogwalking. Kalau kata Inul Daratista, “ngeblog tanpa blogwalking bagai sayur tanpa garam, kurang enak, kurang sedap.” Kesibukan kerja, ceileh, sering kali saya jadikan kambing guling hitam yang membuat saya jarang blogwalking. Dan, saya akui, jarangnya blogwalking sangat berpengaruh terhadap intensitas interaksi yang terjadi di blog ini.

Tapi harus diingat bahwa narablog kaffah tidak berhenti pada ritual-ritual blogging saja, tapi sudah menjajaki substansi dari ritual-ritual tersebut. Sering saya melihat narablog yang rajin blogwalking tetapi meninggalkan komentar yang asal-asalan. Itu terjadi karena ritual blogging yang ia lakukan tidak sampai pada substansinya. Ia hanya berhenti pada ritual-ritual kosong tanpa makna. Bahkan lebih dari itu, narablog kaffah juga menjadikan blog sebagai sarana untuk perjuangan ideologi. Melalui blog, seorang narablog kaffah bisa menyebarkan gagasan dan ideologi dengan masif dan nisbi murah serta nisbi mudah. 

Ritual blogging, seperti membuat blog, memuatnya dengan konten yang berkualitas, mengoptimalisasinya di laman mesin pencari, dan melakukan blogwalking adalah hanyalah ritual, dan narablog kaffah tidak berhenti pada batas-batas itu. Semoga kita semua diberi hidayah oleh-Nya agar bisa menjadi narablog kaffah, bukan narablog-narablogan.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

3 komentar

  1. Semoga! Amin.

    Udah lama nggak main kemari, malah disambut postingan begini. Bukannya serius, aku malah ngakak sendiri. =))

    BalasHapus
  2. blogwalking memang sangat diperlukan untuk menambah kunjungan ke web kita, tulisan bagus kak. mudah-mudahan bisa menambah ilmu bagi saya yang masih newbie. kunjungin juga website saya www.learadinka.com

    BalasHapus