zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Ibu Inspirasi Penebar Inklusi Energi

#15HariCeritaEnergi

Di hari ke dua #15HariCeritaEnergi, saya pernah cerita kalau jaringan listrik PLN baru masuk ke kampung saya pada pertengahan dekade 1990-an. Artinya, saya masih mengalami masa-masa penggunaan lampu minyak tanah. Ternyata hingga saat ini di belahan bumi lain masih ada sekitar 1,3 miliar orang yang menggunakan lampu minyak tanah yang redup, kotor, dan berisiko bagi kesehatan.

***

Saya punya kawan, Fitri Mayang Sari, eksistensinya tidak lagi patut dipertanyakan. Durhaka rasanya kalau saya masih juga mempertanyakannya. Saya sampai curiga, jangan-jangan ia menguasai Kage Bunshin no Jutsu, teknik kloningan tubuh andalan Naruto. Pasalnya ia teramat eksis. Selalu ada saja kegiatan yang diikutinya. Seolah ia tidak pernah berkenalan dengan rasa lelah. Sila tengok instagram-nya kalau belum percaya dengan ucapan saya.

Baru-baru ini ia terpilih menjadi satu dari tiga relawan program #IDWomen4Energy dan berjumpa langsung dengan Ibu Inspirasi Indonesia Timur dari Kefamenanu dan Atambua, Nusa Tenggara Timur. Ibu Inspirasi alias Wonder Women merupakan pahlawan di tempat mereka tinggal. Ibu Inspirasi menjadikan teknologi tepat guna tersedia bagi teman, kerabat, dan tetangga mereka di wilayah tempat tinggal yang akses listrik dan bahan bakarnya masih sangat tidak terjangkau.

Pada saat yang bersamaan, Ibu Inspirasi juga memungkinkan para perempuan untuk mendapatkan penghasilan lebih lewat penjualan lampu tenaga surya, saringan air, dan kompor ramah lingkungan di komunitas mereka. Teknologi-teknologi ini mampu merubah hidup masyarakat karena mampu menghemat waktu dan uang, meningkatkan kesehatan dan keselamatan, mengurangi kerusakan lingkungan, serta membuka kesempatan wirausaha baru.


Ibu Inspirasi adalah satu inisiatif dari Kopernik. Kopernik diambil dari nama Nicolaus Copernicus, tokoh yang berhasil mengubah cara pandang orang terhadap dunia. Seperti Copernicus, Kopernik memiliki cita-cita untuk menjadi katalisator perubahan. Kopernik merupakan yayasan sosial yang melakukan distribusi teknologi dengan memadukan pendekatan filantropis dan bisnis yang seimbang.

Donasi yang tergalang digunakan untuk membiayai pengiriman teknologi ke masyarakat pelosok yang harus dibayarkan di muka. Ketika produk sudah terjual, Kopernik melakukan investasi ulang untuk mendistribusikan lebih banyak teknologi. Sedari tahun 2011, Kopernik telah melibatkan perempuan Indonesia untuk menjadikan teknologi energi bersih tersedia di wilayah terpencil. 

Para perempuan ini mendapatkan teknologi-teknologi melalui sistem konsinyasi dan mendapatkan komisi dari tiap penjualan, meningkatkan pendapatan mereka untuk membantu keluarga dan diri mereka sendiri. Teknologi-teknologi ini mampu merubah hidup masyarakat karena mampu menghemat waktu dan uang keluarga, meningkatkan kesehatan dan keselamatan, mengurangi kerusakan lingkungan, dan membuka kesempatan wirausaha baru.

Sejak tahun 2011, melaui lebih dari 400 Ibu Inspirasi atau wirausahawati mikro-sosial, Kopernik telah menjual sebanyak hampir 16.000 teknologi energi bersih. Kopernik mengklaim teknologi ini telah mengurangi emisi CO2 sebanyak lebih dari 5.000 ton. Teknologi ini mampu merubah hidup masyarakat karena mampu menghemat waktu dan uang keluarga, meningkatkan kesehatan dan keselamatan, mengurangi kerusakan lingkungan, dan membuka kesempatan wirausaha baru.

Salah satu teknologi tepat guna yang diperkenalkan yakni lampu tenaga surya d.light S20. Lampu d.light S20 menggunakan LED dengan tingkat efisiensi tinggi sehingga dapat memberikan penerangan selama delapan jam dalam kondisi baterai terisi penuh. Lampu ini dapat memberikan penerangan dalam rentang 360 derajat pada berbagai jenis tempat. Dengan menggunakan teknologi ini, kegiatan belajar, bekerja, atau memasak menjadi lebih mudah. Lampu ini dirancang untuk mengganti lampu kerosin pada rumah tangga di daerah yang belum terjangkau aliran listrik.

Akhir tahun 2015 Kopernik menerima kabar luar biasa, program inisiatif Ibu Inspirasikami memenangkan kompetisi IIX-N-Peace Innovation Challenge di Kantor Pusat PBB, New York, Amerika Serikat. Kompetisi antarorganisasi ini bertujuan untuk mempercepat rencana pencapaian perdamaian dengan mendukung Impact Enterprises yang bekerja untuk memberdayakan perempuan, melibatkan anak-anak muda, dan mengkatalisasi inovasi dan teknologi.

Pemerintah pun sejatinya telah banyak menaruh perhatian pada penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). Baru-baru ini Presiden Jokowi menetapkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2017 tentang Penyediaan LTSHE bagi Masyarakat yang Belum Mendapatkan Akses Listrik. LTSHE merupakan perangkat pencahayaan berupa lampu terintegrasi dengan baterai yang energinya bersumber dari pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik. Prinsip kerja LTSHE adalah energi dari matahari yang ditangkap oleh panel surya dan diubah menjadi energi listrik lalu disimpan di dalam baterai.

LTSHE merupakan terobosan program untuk menerangi desa-desa yang masih gelap gulita, yang jumlahnya mencapai lebih dari 2.500 desa di seluruh Indonesia. Paket program LTSHE antara lain mencakup panel surya kapasitas 20 Watt peak, 4 lampu Light Emitting Diode (LED), baterai, biaya pemasangan, dan layanan purna jual selama tiga tahun. Sesuai dengan amanat Perpres Nomor 47 Tahun 2017, penyediaan LTSHE dilakukan oleh pemerintah dengan menggunakan dana APBN, dan dibagikan secara gratis sebanyak satu kali untuk setiap penerima.

Tahun 2017, pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp332,8 miliar APBN untuk program penyediaan LTHSE. Ditargetkan sebanyak 95.729 paket LTSHE akan diserahkan kepada enam provinsi tertimur Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Mengutip ucapan Dirjen EBTKE Rida Mulyana, pada tahun 2018, Kementerian ESDM juga telah mengusulkan dana sekitar Rp1 triliun untuk pelaksanaan pembagian LTSHE di 15 provinsi.

Pembagian LTSHE ini merupakan program lanjutan dari Super Ekstra Hemat Energi (SEHEN) yang dimulai tahun 2012. LTSHE ini pertama kali diperkenalkan kepada Presiden Republik Indonesia oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan pada bulan Februari lalu, bertepatan dengan acara puncak peringatan Hari Pers Nasional.

***

Beberapa waktu yang lalu sempat viral foto citra satelit malam hari yang dipublikasikan NASA. Foto itu mengungkap peta penyebaran penduduk Indonesia dan ketimpangan kemakmuran, terutama di wilayah timur. Menurut foto tersebut, Jawa adalah yang paling cemerlang disinari lampu perkotaan dan desa. Sebaliknya, Indonesia bagian timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi, juga sebagian besar Sumatera masih diselimuti kegelapan.

Saya sangat berharap apa-apa yang dilakukan, baik oleh Kopernik melalui Ibu Inspirasi maupun oleh pemerintah, dalam hal pengadaan LTHSE bisa perlahan mengurangi ketimpangan inklusi energi di seluruh pelosoh nusantara.

___________
Sumber foto: Kopernik.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar