Semasa SD kita selalu didongengi kisah-kisah manis tentang negeri kita. Karena dongeng-dongeng itu kita jadi tahu kalau Indonesia adalah negeri yang kaya raya, negeri yang gemah ripah loh jinawi. Kita kaya akan sumber energi. Segala maca sumber energi dimiliki oleh Indonesia. Dari mulai minyak bumi sampai sumber energi alternatif seperti panas bumi, nuklir, tenaga matahari yang bersinar sepanjang tahun, angin, dan bio energi. Bahkan saat kita adalah salah satu negara pemasok minyak bumi dunia. Tapi anehnya kita tetap saja menjadi negara miskin. Kalau kita perhatikan negara-negara Timut Tengah yang mayoritas adalah penghasil minyak, mereka adalah negara-negara yang makmur.
Kita ambil satu contoh daerah penghasil minyak di Indonesia. Bagaimana Kalimantan Timur sebagai salah satu provinsi yang kaya akan sumber barang tambang termasuk minyak bumi adalah provinsi yang tergolong miskin. Ironis memang, kaya akan sumber alam tapi rakyatnya banyak yang berada di bawah garis imajiner kemiskinan. Hal ini dinilai oleh Pemda setempat sebagai akibat dari ketidakadilan Pemerintah Pusat dalam pembagian atas eksploitasi dan eksplorasi kekayaan alamnya. Bagaimana tidak, di Kalimantan Timur yang terkenal sebagai provinsi penghasil minyak itu masih ada daerah yang sudah 30 tahun belum dialiri listrik. Padahal tiang-tiang listrik sudah lama menjulang di antara rumah-rumah sederhana milik warga.
Karena itu pula, kemarin Pemda Kaltim mengajukan uji materi ke MK atas UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.Setidaknya ada tujuh belas povinsi yang berdiri di belakang Kaltim untung mendukung usaha pencarian keadilan ini. Menurutnya, Pemerintah Pusat dalam hal ini Jakarta yang lebih merasakan dampak pembangunannya. Sementara Pemda daerah eksplorasi pertambangan harus menaggung lebih banyak beban seperti kerusakan alam.
Apalagi Pemda Kaltim harus mengurusi pembanguna daerah yang luasnya hampir sama dengan luas Pulau Jawa. Kecemburuan terhadap Pemerintah Pusat juga diperkuat dengan kecemburuan terhadap daerah-daerah yang mendapatkan otonomi khusus dengan pembagian keuntungan yang lebih besar. Apalagi beberapa pihak menilai Otsus ini hanya sebagai "uang jajan lebih" untuk meredakan gejolak di daerah daerah konflik yang terdapat gerakan separatis. Sebut saja Provinsi Papua Timur, Papua Barat, dan Aceh.
Kembali lagi ke masalah minyak bumi. Gue jadi ingat ucapan Kabid P2Humas Kanwil DJP Jakarta Pusat, Samon Jaya. Sewaktu lulus kuliah dari Teknik Geologi ITB beliau mendapat cukup banyak tawaran dari perusahaan-perusahaan pertambangan. Tapi beliau masih bingung antara menerima tawaran itu atau tidak. Sekitar dua atau tiga orang dosennya menyarankan untuk mengambil tawaran tersebut. Tapi ada seorang dosen yang menyarankan untuk menjadi PNS saja. “Buat apa semasa mahasiswa kamu menjadi aktivis yang yang membela rakyat kecil sementara lulus kuliah malah menjadi antek asing menguras kekayaan kita.” Kurang lebih seperti itulah saran yang disebutkan oleh dosennya sampai beliau lebih memilih untuk menjadi PNS. Mungkin benar juga apa yang disebut oleh dosen itu.
Minyak bumi adalah salah satu sumber energi yang tidak terbaharukan. Karena itu sumber energi ini akan terus berkurang dan suatu saat pasti akan habis. Buktinya sekarang Indonesia sudah menjadi negara pengimpor minyak, bukan pengekspor lagi. Mau tidak mau pemerintah pun harus ikut menaikan harga BBM. Karena kita sudah membeli BBM dari luar negeri yang harganya terus naik. Adapun solusi atas kenaikan BBM ini gue yakin pihak-pihak yang berwenang sudah lebih tahu solusi apa yang paling tepat. Masalahnya adalah apakah mereka berani untuk mengambil keputusan tersebut. Karena lagi-lagi isu yang sensitif seperti ini tidak akan lepas dari politisasi. Apalagi DPR mempunyai tangan sakti untuk menentukan keputusan terkait masalah ini. Sekian, ini bukan karya tulis ilmiah jadi tidak akan ada simpulan dan sarannya.
beneran itu 30tahun blm ada listrik juga?? Ckck 2012 makin banyak timbul pertanyaan sebenernya kita yang bodoh apa terlalu baik??
BalasHapus@...Uzay Gingsull...: iya, katanya sampe udah 30 tahun.
Hapusnah, kalau itu mari kita tanya sama diri sendiri sebagai orang Indonesia (juga).
Ini ironis ataukah dilematis? Huwwaaaaaah, Indonesia Indonesia Indonesia (¬_¬")
BalasHapus@Nur Muchamad: emang apa bedanya? kayaknya sama aja, sama-sama berakhiran -nis. :3
Hapushuuufffttt...makin mahal aja ongkos angkot klo BBM jd naek =,,=
BalasHapusmakin tinggi hrga BBM,makin byk rakyat melarat, makin byk jg nyang korupsion =,,=
@Ca Ya: ah ga ngaruh, gue kan pake flexi ga pake BB. :P
Hapuskarena kaya minyak, makanya banyak yang ingin kebagian duit dari minyak, sayang mereka tidak bisa mengolahnya, bisanya menjual
BalasHapus@Admin: makanya semua orang pengen jadi tukang minyak ya? -___-"
Hapusmiskin di negara yang kaya -___- nice post bang
BalasHapus@Zihny Ester: maicih eaaa. :3
Hapussecara keseluruhan kita kaya tapi perorangan masih banyak yang miskin makanya kesenjangannya cukup jauh. :|