“Kulihat di suatu tempat. Yang pernah kita lewati. Kini ku kan melangkah pasti. Esok kita pasti bawa harapan. Pasti bawa harapan..”
Tentunya kita masih ingat ketika tahun 2008 Institut Pertanian Bogor (IPB) mengumumkan hasil penelitian yang cukup mencengangkan khususnya bagi orang tua yang meberikan susu formula kepada anaknya. Dalam hasil penelitiannya, IPB menemukan bakteri berbahaya, Enterobacter Sakazakii (ES), pada beberapa sampel susu formula yang mereka teliti. Hasilnya pun tidak tanggung-tanggung, hampir 80% dari sampel tersebut positif mengandung bakteri yang berbahaya tersebut. Apabila
susu formula yang terkontaminasi bakteri ES tersebut dikonsumsi oleh bayi yang berumur kurang dari 1 tahun maka bayi tersebut bisa menderita berbagai penyakit mulai dari radang usus, liver, sampai dengan radang selaput otak.
Fakta tersebut menjadi lampu kuning bagi kita dalam memilih
susu yang sehat untuk dikonsumsi. Tak hanya bagi konsumen
susu formula. Tapi bagi konsumen semua jenis produk
susu, baik berupa
susu kental manis,
susu cair, maupun
susu bubuk. Karena bukan tidak mungkin bakteri berbahaya juga terkandung dalam
susu selain
susu formula. Apalagi dalam memilih
susu untuk dikonsumsi anak pada masa tumbuh kembangnya. Dokter spesial anak terkemuka di Jawa Timur, dr. Ahmad Suryawan, Sp.A(K) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan tumbuh kembang yang optimal anak harus diberikan stimulasi yang tepat, kasih sayang sejak dini, dan nutrisi yang baik terutama selama masa periode pertumbuhan emas dimana sel otaknya sedang berkembang dengan cepat. Bahkan, bagi umat Muslim,
susu yang sehat saja tidak cukup. Selain sehat,
susu tersebut juga harus terjamin kehalalannya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa
susu memiliki banyak manfaat. Sejak kecil kita diajari untuk makan dengan pola 4 sehat 5 sempurna, di mana
susu menjadi penyempurnanya. Akan tetapi, akan menjadi tidak sempurna apabila
susu yang kita konsumsi adalah
susu yang tidak sehat. Salah satu indikator yang memengaruhi suatu produk
susu sehingga dapat dikategorikan sehat atau tidak adalah proses pengolahan dan pengepakannya.
Secara umum, produk
susu dibagi menjadi 2 jenis:
susu segar dan
susu olahan. Saat ini sudah jarang sekali orang yang mengonsumsi
susu murni atau
susu segar karena dinilai sudah tidak praktis. Karena itu, banyak yang beralih untuk mengonsumsi
susu olahan yang sudah lebih praktis dalam mengonsumsinya.
Berdasarkan bentuk produknya, susu olahan dapat dibedakan menjadi
susu bubuk,
susu kental manis, dan
susu cair. Pengolahan
susu cair dapat dilakukan melalui 3 proses: pasteurisasi, sterilisasi, dan UHT (ultra high temperature). UHT bisa dikatakan sebagai inovasi dari teknik pengolahan
susu yang paling modern. UHT merupakan teknik pengolahan
susu dengan memanaskan
susu pada suhu tinggi, 135-145 derajat celcius, dalam waktu yang singkat, 2-5 detik. Hal ini bertujuan untuk membunuh seluruh bakteri jahat dengan tetap mencegah kerusakan nilai gizi
susu serta untuk mendapatkan warna, aroma, dan rasa yang relatif tidak berubah. Daya simpannya juga sangat panjang. Apabila disimpan pada suhu kamar dan tidak dimasukkan ke dalam lemari pendingin,
susu UHT dapat bertahan sampai 6-10 bulan tanpa memerlukan bahan pengawet. Di Indonesia, Frisian Flag adalah produsen pertama yang memproduksi
susu UHT, yaitu pada tahun 1991.
Di samping proses pengolahannya, medium yang digunakan dalam pengepakan produk
susu olahan juga sangat berpengaruh terhadap sehat tidaknya suatu produk
susu olahan. Salah satu medium yang digunakan dalam pengepakan
susu olahan adalah kantong, plastik, dan kertas yang menggunakan lapisan aluminium foil. Lapisan alumunium ini dapat menjaga kualitas
susu karena dapat memblokir cahaya, uap, dan udara. Selain itu, ada juga medium botol plastik yang bahannya ringan dan kuat, tidak bereaksi terhadap produk, tidak berkarat, tahan panas, dan mudah diberi label.
Seperti yang saya paparkan sebelumnya. Selain sehat, bagi umat Muslim susu yang dikonsumsi haruslah merupakan susu yang halal. Susu yang beredar di pasaran tidak semuanya halal. Cara termudah untuk memastikan halal atau tidaknya suatu produk susu adalah dengan memeriksa ada tidaknya label halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam kemasan produk susu tersebut.
Wakil Direktur LPPOM MUI Bidang Auditing, Ir. Muti Arintawati, M.Si memaparkan bahwa dalam susu olahan terdapat beberapa hal yang harus dicermati titik kritis keharamannya. Di antaranya adalah bahan yang diperoleh dari proses pembuatan keju dimana melibatkan penggunaan enzim rennet, enzim yang didapat dari lambung anak sapi, juga bahan-bahan tambahan lain pada
susu yang harus pula dicermati adalah penggunaan vitamin, mineral, asam amino, dan flavor. Jika bahan-bahan tersebut berasal dari sapi atau hewan lain yang tidak disembelih menurut syariah Islam maka produk
susu yang dihasilkan dapat tercampur bahan yang haram sehingga statusnya juga menjadi haram.
Selain itu, juga harus dilihat jenis hewannya. Karena beberapa vitamin bersifat kurang stabil dalam proses pengolahan sehingga perlu dilapisi. Bahan pelapisnya dapat berupa gelatin ataupun bahan yang berasal tumbuhan seperti gum arab. Jika bahan pelapis tersebut berasal dari gelatin maka perlu diperjelas juga asal gelatinnya, dari sapi atau babi. Mineral juga dapat menjadi titik kritis. Ada mineral yang diperoleh dari bahan-bahan hewan, seperti kalsium dari tulang binatang, bisa halal, bisa juga haram. Demikian juga dengan asam amino bisa berasal dari hewan, tumbuhan, ataupun produk mikrobial.
Berdasarkan apa yang sudah saya paparkan dari awal, untuk menjadikan semboyan 4 sehat 5 sempurna menjadi benar-benar sempurna kita harus memilih produk
susu yang sempurna pula. Sempurna dalam artian selain sehat juga harus dipastikan bahwa produk
susu yang akan kita konsumsi adalah
susu yang halal.
____________________
Referensi gambar dan tulisan:
Blog Dokter: Susu Formula Itu Kini Bermasalah.
Wah,,susu memang menyehatkan sob..
BalasHapus@Gopar: makanya ayo minum susu. :D
Hapussampe skrg pun,ane msi demen num susu FRISIAN FLAG :))
BalasHapusmerk laen jg c hihi...
sukses kontesnya ya :D
nyoba gak ya?
@Ca Ya: apalagi kalau gratisan, lebih suka lagi tuh. :P
Hapusiya, ayo dong ikutan juga. :D
Mari kita tambah populasi sapi perah! #eh
BalasHapus@Asop: wah mau jadi peternak sapi perah, sop? :D
HapusMakasih sob sudah diingetin :)
BalasHapusdari dulu pengen banget rasanya ngerasain susu langsung dari sapinya. tapi gak pernah kesampean -_-
BalasHapus@HÄ…mzÄ…h: ngempeng dari sapi betinanya langsung gitu? :O
Hapus