Namaku Suminten. Di Jakarta aku dipanggil Intan. Mungkin ini alasan orang berbondong menyerbu ibu kota. Karena Jakarta bagai surga dunia bagiku. Di sini aku mendapatkan semuanya. Rumah gedong, mobil mentereng, perhiasan gemerlap, dan semua yang tak pernah kudapatkan di kampung halamanku.
Beruntung aku tak menuruti saran ibu, dulu. Kalau iya, mungkin aku hanya menjadi buruh tani. Sama seperti ibu. Lihatlah aku sekarang. Semuanya bisa kudapatkan hanya dengan menjentikan jemari.
Sumiku pengusaha kaya. Dia pengusaha properti, pengusaha perkebunan, juga jadi anggota dewan yang sangat dihormati. Setiap hari segepok uang belanja dia tinggalkan untukku.
Memang perkawinan kami hanya sampai kokokan ayam. Selalu begitu setiap harinya. Sebagian dari uang belanja yang dia tinggalkan di bawah bantal pun kupakai untuk membeli harga diri lagi. Agar tetap ada suami yang mau menafkahiku.
Aaarrrrggggggghhhhhhhhhh!!! Maaf imajinasinya masih kurang liar. D:
Sumber gambar: Blogspot.
penggunaan kata-katanya halus bener, nggak vulgar walau masih main aman, hehe :D
BalasHapuskan yang nulis masih anak-anak. :3
Hapuskalo bang uus anak-anak, saya balita kitu? :p
Hapusmaksudnya apa ya? *pura-pura ga ngerti*
Hapussaya kasih rate 5/5 atau 10/10..
BalasHapusluar biasa!
penilaiannya ga objektif kayaknya. :P
Hapus