"Kapan nikah, Ram?"
"Haha" Rama hanya tertawa.
"Wah, kayaknya cepet nyusul nih." tidak terhitung berapa kali orang yang hadir dalam resepsi pernikahan kakaknya melontarkan pertanyaan-pertanyaan serupa.
"Aku ingin hidup berdikari dulu, melanjutkan kuliah, dan memapankan diri, setelah itu baru memikirkan untuk menikah sebelum memburu beasiswa ke luar negeri." bisiknya dalam hati.
Setiap kali pertanyaan-pertanyaan itu diakumulasi di daun telinganya, menggetarkan membran timpani, lalu diteruskan sampai sel-sel rambutnya ikut bergetar dan menyentuh membran tektorial yang menghasilkan impuls untuk dikirim ke korteks, saat itu pula terbersit senyuman dalam angannya, senyum Manda. Senyum yang pertama kali direkamnya di sebuah sudut di Kota Kembang.
Memang di media sosial pun Rama dan Manda jarang bertegur sapa. Tetapi rutin Rama singgah di blog Manda. Meski sering kali Rama hanya menjadi silent reader. Apalagi setelah Manda wisuda, Rama tidak ingin mengganggu Manda yang sedang sibuk mengejar mimpi-mimpinya, juga mengejar cintanya. Meski begitu, Rama tetap menyimpan rapat-rapat senyuman itu.
Syahdan, suatu pagi Rama menuliskan secarik cerita tentang cita dan cintanya. Cita dan cinta yang selalu terjaga dalam hatinya. Sembari memandangi secarik kenangan yang terpajang di atas meja kerjanya. Kenangan yang menyimpan goresan-goresan tangan Manda di hari pertama dan terakhir mereka berjumpa. Hari di mana untuk pertama dan terakhir kalinya Rama mengucapkan kata "cinta" di depan Manda. Sebuah kata yang membuat wajah Manda sontak memerah dan membuat Rama terlihat kikuk di depan ayah Manda.
Bagi Rama, mencintai Manda adalah belajar mencintai dengan tulus. Mencintai tanpa mengejar egoisme untuk saling memiliki. Mencintai tanpa dikejar rasa takut untuk kehilangan. Mencintai untuk mencintai, bukan untuk dicintai. Cinta yang selalu menyulut semangatnya untuk mengerjar semua citanya.
____________________
Sumber gambar: Darby O'Gill's.
Kapan Nikah?? :D
BalasHapusHaha.
Hapusini kaya cerita diri sendiri :P
BalasHapusDiri siapa, Ziz? Labelnya saja kan fiksi. :P
Hapusfiksi-nya kayak kode ke seseorang. hahahahha
BalasHapusAh masa? -____-
Hapusaselole, pantesan lu pendiem bro..baru tau gw...wkwwkkwk
BalasHapusApanya yang baru tahu, Mas Dro?
Hapusceilee hahaha curhat ini mah :p
BalasHapusBukan, Feb! -___-
Hapusbagus
BalasHapuscerita bersambung to? *baru ngikutin :P
Bukan, hanya sebuah flash fiction. :D
HapusMenggantung, tapi cukup menyentuh. Nice posting bro. Salam kenal :)
BalasHapusSalam kenal juga. :D
Hapuscah ilah.. cerita sendiri yang ngakunya fiksi. kata-katanya pake hati banget posting ini bang! hahaha
BalasHapusErrr, bukan ya! -_-"
Hapus