zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Dihakimi (Media) Massa


Lama tidak ngeblog, sepertinya saya telah mengecewakan para pembaca setia. Ah, ada atau tidak adanya pembaca setia yang penting pede. Buktinya, kamu masih setia membaca blog ini. Hahaha.

Oh iya, apa kabar Aceng Fikri sekarang? Kasihan, Bupati Garut ini harus babak belur dihakimi media massa. Iya dihakimi media massa. Buktinya, skandalnya dengan Fani Oktora baru muncul akhir-akhir ini, setelah terendus media massa yang kemudian beramai-ramai memuat berita tentangnya. Bahkan skandalnya sampai menjadi sorotan media massa luar negeri. Padahal skandal ini sudah terjadi beberapa bulan lalu.

Hingga akhirnya sekandal ini melebar. Tidak hanya dengan Fani Oktora, ketidakharmonisannya dengan Dicky Chandra, yang membuat mantal wakilnya tersebut mengundurkan diri, juga kembali mencuat ke permukaan. Tidak hanya itu, muncul juga skandalnya dengan calon pengganti Dicky Chandra yang konon sudah mengelurkan ratusan juta rupiah namun tidak jadi diangkat menjadi wakil bupati.


Masih ingat juga dengan Sutan Bhatoegana yang keceplosan dan dianggap menghina Gus Dur? Sontak saja, hal ini membuat para pengagum Gus Dur, khususnya kalangan NU gerah. Kalau kita perhatikan, media massa berperan penting dalam mengangkat isu ini. Lebih mengejutkan lagi ketika ternyata Partai Demokrat sampai harus mengelurkan rupiah yang tidak sedikit untuk meredam isu ini. WOW!

Gila, sadis, beringas, entah istilah apa yang pantas untuk menggambarkan ketegaan media massa di Indonesia. Tidak segan-segan meraka menghakimi para tokoh publik, tidak terkecuali para politikus, untuk meraup keuntungan dari berita yang dimuatnya. Mungkin inilah bentuk pengadilan jalanan "modern" yang tidak harus dengan tinju untuk menghakimi seseorang. Makanya, kalau tidak mau babak belur, jangan main-main dengan media massa di Indonesia.

____________________
Sumber gambar: Tempo | Tempo
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

11 komentar

  1. cadaaaaaaaaaasssss kalo gak mau dihakimi, jangan main-main.
    emang bener juga sih garut kan menjelang pilkada juga sekarang dan abah aceng ini sudah menyiapkan diri buat nyalonin diri lagi. nah tunggu saja nanti kelanjutannya begimana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, komentar langsung dari warga Garut. :D

      Hapus
  2. hukum rimba berlaku nie. komen back y

    BalasHapus
  3. asiiiik sekali Mas Ibas, model tulisanya makin dewasa udah kaya berita-berita online gitu, sip, kere

    kalo soal Aceng, saya hampir ikut menghakimi, postingan soal dia sudah mejeng di draf blog saya, tapi rada takut ngepostingnya, kebanyakan penghakiman. jadi pikir-pikir lagi ~ hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulisan dewasa? :O
      Beda juga jika dibandingkan dengan berita di media online, ini lebih pada opini pribadi. Kalau media online kan "harusnya" mengemukakan fakta.

      Hapus
  4. setuju banget. tapi gimana-pun media massa memang kebutuhan jaman demokrasi sih :-| lagipula media massa cerminan masyarakat kita kan, toh mereka biasanya mem-blow up isu yang 'dicintai' masyarakat. makanya agak susah juga kalau mau menyalahkan media. harusnya reaksi masyarakat juga lebih manusiawi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mungkin memang tanggapan kita juga kurang manusiawi. :-/

      Hapus
  5. namanya juga negara yang baru bebas dari pengengkangan informasi.
    Dulu dibungkam, sekarang bebas tapi balik menyerang demi suatu kepentingan.
    entah sampai kapan ini berakhir..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampai kita tersadar kalau sudah salah melangkah.

      Hapus
  6. dari pada dihukum rimba mending di hukum media massa, karena media massa sebagai kontrol sosial

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masalahnya, media massa sudah melebihi porsinya.

      Hapus