Di kota megapolitan seperti Jakarta, tidak sulit untuk menemukan musisi jalanan atau yang lebih sering kita sebut sebagai pengamen. Tidak perlu dicari, dengan sendirinya pengamen-pengamen itu akan menghampiri kita. Ada yang menawarkan suara emas. Ada yang menawarkan suara pas-pasan. Ada pula yang hanya meminta belas kasihan. Bahkan tidak jarang yang memaksa untuk diberi sekadar uang recehan.
Tidak hanya di bis kota, orang yang sedang menunggu bis pun kerap didatangi pengamen. Seperti yang saya lihat sore tadi. Biasanya kalau tidak diberi uang mereka akan menaikan volume suaranya.
Tapi tidak semua pengamen di Jakarta bersikap menggangu orang lain. Seperti yang saya bilang di awal, ada juga pengamen yang memang menawarkan suara emasnya. Misalnya pengamen yang saya temui di lorong yang menghubungkan Kota Tua, Stasiun Kota, dan halte Trans Jakarta. Di sana pengamennya profesional, seperti pengamen-pengamen di luar negeri. Memang saya belum pernah ke luar negeri. Itu juga menurut cerita orang-orang. Pengamen itu membuka kotak biolanya sebagai tempat menaruh uang. Orang-orang juga banyak yang duduk di dekat mereka. Ada pula yang sekadar berhenti sejenak untuk menikmati musik yang mereka suguhkan. Makanya tidak heran ada yang sampai memberi selembar uang pecahan 50 ribu untuk mereka.
Tidak hanya di kota tua. Di Plaza Atrium pun saya pernah menemui pengamen profesional seperti itu. Saya tidak tahu alat musik apa yang dimainkannya. Sejenis rangkaian bambu yang ditiup. Bukan seruling.
Mungkin masih banyak lagi pengamen-pengamen profesional lainnya yang tersebar di seluruh sudut ibu kota. Di taman seperti Taman Suropati katanya juga banyak pengamen yang menyajikan musik yang aduhai.
Pengamen-pengamen di bis kota juga tidak semuanya menyebalkan. Ada juga pengamen bis kota yang keren-keren. Saya sendiri cenderung lebih objektif untuk memberi uang kepada pengamen. Bahkan ada LSM yang mengajak kita untuk tidak memberi uang. Meski hanya recehan. Mungkin akan lebih baik jika koin-koin itu kita masukan dalam celengan Coin A Chance! misalnya.
Semuanya tergantung kepada kita. Karena kadang kita harus memberi kita untuk orang yang sedang kelaparan. Bukan kail atau alat pancing.