zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Jadilah Jenderal!


Sebut saja ini versi lain dari KPK dan Polri. Bukan versus, karena ini bukan perseteruan.

Alkisah, sejumlah perwira polisi ditugaskan untuk membentuk KPK. Bukan karena Polri tidak becus memberantas korupsi. Bukan karena Polri gagal memberantas korupsi. KPK dibentuk karena tuntutan jaman. Karena modus korupsi kian hari kian canggih. Banyak motif yang merupakan hibridisasi antara motif-motif tertentu yang dibumbui tindakan-tindakan koruptif. Karena itu Kapolri menugaskan beberapa perwiranya untuk membentuk KPK.

Syahdan, setelah berpuluh tahun para perwira tersebut berhasil memerjuangkan UU KPK untuk disahkan DPR. Perwira-perwira tersebut pun dipekerjakan di KPK. KPK jelas membutuhkan mereka. Hari berganti hari, Kapolri berkehendak lain. Kapolri menarik beberapa orang penyidik yang dipekerjakan di KPK. Apa mau dikata? Para perwira tersebut hanya perwira biasa. Ketua KPK pun tidak mempunyai kuasa untuk menahan mereka.

"Jadilah jenderal!" Itulah salah satu pesan yang disampaikan seorang petinggi KPK saat melepas para perwira tersebut. Jenderal tidak hanya ada di kalangan TNI dan Polri. Di sipil juga ada direktur jenderal atau sekretaris jenderal.

Hari perpisahan pun tidak terelakkan lagi. Para petinggi KPK melepas perwira-perwira yang akan kembali ke kepolisian dengan pelukan hangat. Pelukan seorang ayah terhadap anaknya. Di hari itu pula, rekan-rekan mereka di KPK mengenakan pita hitam sebagai tanda bela sungkawa atas penarikan para perwira oleh Kapolri.

Ada perpisahan, ada pertemuan kembali. Sang perwira pun membulatkan tekad dalam dirinya untuk suatu saat bisa kembali mengabdi di KPK. Kelak, ketika sang perwira sudah menjadi jenderal. Semangat itulah yang ditanamkan dalam sanubarinya. Semangat yang dipelajari dari mentor-mentornya di KPK.

Sekian. Dari sebuah tenda pecel lele di pengkolan Pangkalan Asem, Jakarta Pusat.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

2 komentar

  1. ane mah maunya jdi presiden diktator hahah komen back y

    BalasHapus
  2. hahaha
    Unik banget, anekdot ditengah kisruh.
    Refleksi buat kita semua yang perhatian sama kondisi pejabat - pejabat kita.

    BalasHapus