zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Man Jodoh Wajodoh


Di bawah terik siang, Ucen dan Ucok menikmati hidangan makan siang di salah satu sudut ibu kota. Bukan lagi soal organisasi kampus atau tugas kuliah yang mereka diskusikan siang itu. Lagi pula, sejak kapan mereka pernah berdiskusi soal tugas kuliah? Apa yang menjadi topik mereka siang itu adalah soal karir, pendidikan, dan keluarga. Lebih tepatnya berkeluarga.

Sebagai manusia yang mulai menua, mungkin juga sudah, mau tidak mau mereka harus sudah mulai memikirkan untuk berkeluarga. Jangan menertawakan, ini sangat manusiawi. Pertanyaan besar yang membebani kepala mereka adalah, "Seberapa siapkah mereka untuk melangkah ke sana?" Dan, kemudian diikuti deretan panjang pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Juga tentang bagaimana memahami peran masing-masing. Misalnya apakah isteri ikut bekerja atau tidak. Mungkin kelihatannya sangat sepele. Tetapi pada kenyataannya sudah ada kasus yang merupakan dampak dari tidak terjawabnya beberapa pertanyaan yang kerap dianggap sepele.

Banyak pasangan ababil yang sudah mempunyai panggilan "Pipih dan Mimih" tetapi belum tentu siap untuk menjadi "Pipih dan Mimih" yang sebenarnya.

"Aku kan masih anak mama, masih pengen bersenang-senang, belum mau mikir sampai situ."

Padahal separuh keberhasilan sudah bisa tercapai dengan perencanaan yang baik. Dan, akan lebih baik jika perencanaan tersebut dipersiapkan lebih awal, agar hasilnya bisa lebih matang.

Sebenarnya Ucen dan Ucok berharap bisa melanjutkan pendidikannya dulu sebelum memutuskan untuk berkeluarga. Sayangnya masih jauh panggang dari api, apalagi Ucen. Masih sangat jauh baginya untuk bisa berkesempatan melanjutkan pendidikan. Jika rencana melanjutkan pendidikan tertunda, bisa-bisa rencana berkeluarga pun ikut tertunda. Pun dengan Ucok yang ingin pula agar calonnya dapat menyelesaikan pendidikan profesinya dulu. Dan, banyak-banyak lagi yang membuat mereka harus mempertimbangkan ini dan itu, yang sebenarnya belum pasti akan terjadi. Halah, apa iya serumit itu?

Belum lagi dengan satu kata yang juga sering dijadikan parameter, mapan. Padahal standar kemapanan juga berbeda-beda. Tergantung lingkungan dan gaya hidup. Dan, mapan tidak ditentukan dengan seberapa panjang deret digit penghasilan.

Teringat sebuah pepatah kuno, "Man joddoh wajodoh." Yang artinya ..., silakan terjemahkan sendiri.

Blog post ini ditulis oleh Ucen yang merupakan guest blogger di Fiscus Wannabe.

____________________
Sumber gambar: Flickr
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

2 komentar

  1. Setuju dengan statement "mapan"nya sob

    gak semua yang mapan loh.. Intinya niat :D *ya kali ya*

    Salam kenal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Niat apa nih? :P

      Yap, salam kenal juga. :D

      Hapus