zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Jadi Investor Asing di Negeri Sendiri


Salah satu penyebab terseok-seoknya indek saham kita adalah investor asing yang sedang "jualan". Meski begitu, kita juga tidak bisa menyalahkan mereka. Sudah menjadi hak mereka sebagai investor untuk menarik dananya kapanpun. Salah satu alasan kenapa investor asing begitu berpengaruh adalah karena dominasi mereka dalam pasar modal Indonesia. Kita tahu bahwa sekitar 70% investor di pasar modal Indonesia adalah investor asing. Melihat hal ini, saya beranggapan bahwa dari sisi investasi kita belum berdaulat, dalam tanda kutip.

Ketika berbicara tentang industri pertambangan, orang-orang senang sekali mengeritik kenapa banyak investor asing yang "menguasai" pertambangan kita. Padahal seharusnya kita berkaca. Melihat investor di pasar modal saja, yang hanya sekitar 30%, seharusnya kita sadar. Kalau memang tidak mau didominasi oleh investor asing, lalu kenapa kita sendiri enggan untuk berinvestasi? Saat ini, penduduk kelas menengah di Indonesia ada sekitar 93 juta orang. Banyangkan jika satu orangnya berinvestasi Rp100.000,00 saja, totalnya sudah 9,3 triliun rupiah. Itu baru dengan Rp100.000,00 saja.

Di blog ini saya sering mengajak untuk berinvestasi, apa untungnya? Secara langsung tidak ada. Ketika misalnya ada yang terketuk hatinya untuk mulai berinvestasi setelah membaca tulisan saya di blog ini dan dia berhasil, saya tidak ikut menikmati hasil investasi yang di perolehnya. Tapi coba lihat the big picture-nya. Ketika semakin banyak orang Indonesia yang berinvestasi, pada akhirnya pasar modal kita akan bisa berdiri dengan kakinya sendiri. Dan, secara tidak langsung saya pun ikut diuntungkan dengan kondisi tersebut.

Kenapa saya bilang bahwa secara tidak langsung saya juga diuntungkan? Ilustrasinya seperti ini. Ada seorang investor asing, namanya Ucok. Ucok jauh-jauh datang dari Zimbabwe untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedang positif, taruhlah baru setahun berinvestasi uang Ucok sudah bertambah banyak. Kondisi tersebut membuat Ucok merasa puas dan memutuskan untuk membawa pulang semua uangnya. Secara sekilas apa yang dilakukan Ucok tidak merugikan kita. Tapi coba bayangkan bagaimana multiplier effect-nya jika misalnya Ucok bukan berasal dari Zimbabwe, tapi investor lokal dari Nganjuk? Uang yang dibawa Ucok pulang ke Nganjuk akan semakin memajukan pembangunan di daerahnya. Itu hanya satu Ucok. Bagaimana jika ada jutaan Ucok? Pertumbuhan ekonomi kita bisa lebih maju lagi daripada saat ini.

Dalam sehari, berapa uang yang dihabiskan untuk membeli rokok? Kalau cuma sehari mungkin nilainya tidak seberapa. Tapi coba hitung kalau seminggu, sebulan, bahkan setahun. Coba distop dulu merokoknya, lebih baik uangnya diinvestasikan. Banyak perokok yang suka beralasan jika mereka berhenti merokok, buruh pabrik rokok akan kehilangan pekerjaannya. Pernyataan itu akan terbantah apabila uang yang biasanya digunakan untuk membeli rokok itu diinvestasikan. Akan ada banyak lapangan pekerjaan yang tercipta. Cukup jelas bukan bagaimana multiplier effect-nya?

Tentu kita tidak mau terus-menerus menjadi investor asing di negeri sendiri. Yuk mulai berinvestasi!
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

1 komentar

  1. Betul gan, kalau masyarakat Indonesia sudah ada kesadaran pentingnya berinvestasi, paling tidak pasar modal negara kita nggak terlalu didominasi asing. Repot jika didominasi asing dan tiba2 menarik sahamnya dari Indonesia dalam jumlah besar, terjadi capital outflow.

    BalasHapus