zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Misi Konspirasi Kemakmuran


Berbeda dengan kelas-kelas sebelumnya, kelas Akademi Berbagi minggu ini dimulai dengan presentasi dari tim-tim finalis Danone Young Social Entrepreneur (DYSE) 2013. Mereka adalah Bima Sakti (Unpad), Ganapati (ITB), Soul’Darity (STIE Prasmul), dan Majapahit (Unpar). Dari kelima finalis hanya Drupadi (UGM) yang tidak hadir.

Mendapat kesempatan pertama, Soul’Darity yang mendirikan Ciliwung Enterprise mempresentasikan bisnisnya yang bergerak di bidang health and hygiene di Kali Ciliwung. Soul’Darity mengumpulkan sisa perlengkapan mandi berupa sabun, sampo, dan pasta gigi dari hotel. Perlengkapan mandi tersebut kemudian dikemas ulang dan dijual ke masyarakat di bantaran Ciliwung dengan harga yang sangat murah. Bahkan jika warga tidak mempunyai uang, mereka bersedia menerima botol plastik sebagai barternya. 

Uang dari penjualan perlengkapan mandi dan botol tadi dikumpulkan untuk merenovasi MCK. Karena ternyata selama ini pengelolaan MCK di sana tidak jelas. Uang Rp1.000,00 yang mereka bayarkan setiap menggunakan MCK tidak jelas digunakan untuk apa sehingga MCK menjadi terbengkalai. Pada akhirnya, MCK menjadi kotor dan tidak terawat sehingga warga lebih memilih untuk mandi di kali yang tentu saja airnya sangat kotor.

Berikutnya adalah presentasi tentang BerryDay oleh Ganapati. Ganapati merangkul ibu rumah tangga di Desa Ciwidey, Bandung. Target mereka adalah perempuan. Jika bekerja sebagai buruh tani perempuan, mereka hanya dihargai Rp12.000,00 per hari karena tenaganya tidak sekuat buruh tani laki-laki. Kebetulan, Pemda Jabar mencanangkan program One Product One Village (OPOV). Dalam program OPOV, setiap desa tidak boleh menghasilkan produk yang sama. Karena di Ciwidey ini sangat banyak kebun stroberi, mereka memilih produk yang menggunakan bahan dasar stroberi.

Produk hasil olahannya adalah kerupuk, sugar ball, dan yoghurt. Pasar mereka adalah kantin sekolah, warung, dan tempat oleh-oleh. Dilihat dari harga, ada harga paket rekreasi dan harga jajanan anak-anak. Sengaja mereka menghadirkan jajanan sehat untuk anak-anak. Dalam sociopreneur, social-nya ada di depan dan enterpreneur-nya dibelakang sehingga mereka lebih mengedepankan aspek sosial seperti menyediakan jajanan untuk anak-anak tadi.

Yang paling menarik adalah bisnis yang dilakukan oleh Bima Sakti. Bukan karena mereka menjadi jawara di ajang DYSE 2013. Tapi karena ketika ikut dalam pembahasan RPP PNBP Kemenkum dan HAM, di kepala saya sempat terbersit untuk membuat suatu usaha yang bekerja sama dengan warga binaan. Sayangnya itu baru sekadar wacana yang belum terealisasi. 

Bima Sakti merancang bisnis mushroom nuggets franchise dengan tenaga kerja warga binaan Lapas Sukamiskin. Kebetulan di ruang bawah tanah Lapas Sukamiskin terdapat rumah jamur. Proyek yang dinamai Second Chance ini bertujuan agar ketika sudah bebas nanti para warga binaan di Lapas Sukamiskin bisa memiliki skill untuk menjadi seorang enterpreneur.

Presentasi terakhir adalah dari Majapahit dengan Majalele-nya. Produk hasil olahannya berupa abon, kerupuk, dan dorokdok. Yang unik dari kelompok ini adalah semua anggotanya merupakan mahasiswa teknik. Jadi mereka benar-benar harus belajar banyak tentang bisnis sebelum dan ketika mengikuti DYSE 2013.


Guru kelas Akber minggu ini adalah Goris Mustaqim. Goris mengawali kelasnya dengan mempertontonkan video pidato Muhammad Yunus untuk ajang Indonesian Young Changemakers Summit (IYCS) 2012. Berikut videonya.



Menurut Goris, saat ini Indonesia sedang membutuhkan banyak sociopreneur. Diramalkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia akan mencapai generasi Y. Generasi yang sama seperti Amerika Serikat pada era Steve Jobs dan Bill Gates masih muda. Generasi di mana banyak anak muda yang menolak wajib militer untuk perang Vietnam. Tapi justru di masa itulah tumbuh industri yang melahirkan jutawan-jutawan Amerika Serikat saat ini. Diprediksikan Indonesia pun akan mencapai era itu pada tahun 2030. Untuk itulah kita harus bersiap diri.

Sebelum kita membahasa lebih jauh tentang sociopreneur dan social enterprise, kita bahas dulu terminologinya. Jadi social enterprise adalah…


Saat ini Indonesia sedang memiliki banyak masalah. Banyak sekali. Tapi, bagi seorang sociopreneur, masalah–masalah yang ada justru menjadi peluang. Bagi sociopreneur masalah ibarat bahan bakar yang akan terus menjalankan mesin bisnisnya. Menurutnya, salah satu penyebab banyaknya masalah itu adalah karena kaum intelektual tidak sempat kembali ke masyarakat.

Memang secara makroekonomi Indonesia mendapat nilai yang sangat bagus. Meski sekarang sedang diterpa krisik. Tapi dari rasio gini yang cukup tinggi sudah bisa terlihat ketimpangan antara si miskin dan si kaya. Hanya ada sekitar 2% penduduk Indonesia yang benar-benar menikmati hasil pembangunan. Itulah yang membuat hati seorang Goris Mustaqim merasa terpanggil untuk menjadi seorang sociopreneur.

Dalam dunia usaha, persaingan merupakan sesuatu yang tidak terelakkan. Termasuk bagi sebuah social enterprise. Untuk itu, aga bisa tetap eksis sebuah social enterprise harus mempunyai model bisnis. Tetapi, sebuah social enterprise memiliki sebuah nilai tambah dalam persaingannya, yaitu pemberdayaan masyarakat.

Beberapa jam yang sangat singkat tentu saja masih sangat kurang untuk mendalami sociopreneur. Akan tetapi, semoga saja kelas Akber kali ini menjadi penyulut keingintahuan kita untuk menggali lebih dalam lagi mengenai sociopreneur ini. Ada pesan terakhir dari Goris dalam presentasinya di kelas Akber kali ini, “Be the change you wish to see in the world."

Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar