Beberapa bulan lalu, seorang teman yang sedang mengikuti talkshow yang membicarakan gepeng (gelandangan dan pengemis) ngetwit tentang penghasilan gepeng. Konon penghasilan perbulannya jutaan rupiah. Angkanya mengalahkan para pekerja kantoran. Kemarin malam, karena masih belum bisa tidur, saya iseng mengonta-ganti channel TV. Saya pun tersesat di sebuah stasiun TV. Kebetulan di stasiun TV tersebut sedang membahas penghasilan gepeng di kota-kota besar. Konon, gepeng di salah satu kota besar menolak ditawari pekerjaan jika gajinya kurang dari lima juta rupiah, kurang dari penghasilannya selama sebulan sebagai gepeng.
Ada sebuah kalimat klasik, "Memang uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang." Saya setuju dengan kalimat itu. Mau tidak mau kita membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Agama saya pun menganjurkan untuk menjadi orang kaya. Baru saja umat Islam merayakan Lebaran Haji. Untuk bisa menunaikan ibadah haji tentu saja membutuhkan uang, dan jumlahnya tidaklah sedikit.
Untuk bisa bertahan hidup kita membutuhkan uang. Tapi, apakah rela jika hidup yang hanya sekali ini hanya sekadar hidup, tanpa inspirasi dan aspirasi? Saya sangat bersyukur ketika saya bertemu dengan orang-orang yang hidupnya dipenuhi dengan inspirasi dan aspirasi. Saya pernah bertemu dengan seorang dosen di salah satu perguruan tinggi negeri ternama. Tapi kemudian beliau memilih untuk hengkang dan mengikuti aspirasinya. Padahal di kampus itu beliau bukan hanya dosen biasa, tapi juga ketua program studi. Jika dilihat dari sisi finansial, saya yakin penghasilannya sudah lebih dari cukup. Tapi bukan hanya uang yang dicarinya.
Pun ketika seorang teman bercerita dia pernah dua kali bekerja kantoran dengan penghasilan yang lumayan tapi dia hanya mampu bertahan seminggu di kantornya yang pertama dan sehari di kantornya yang ke dua. Pada akhirnya dia memutuskan untuk mengajar anak-anak usia pra sekolah. Aspirasinyalah yang dia ikuti. Beberapa orang teman saya yang lain juga yang sangat menginspirasi saya.
Ada sebagian orang yang dalam hidupnya lebih mengutamakan untuk mengumpulkan uang yang banyak, hidup hanya sekadar hidup. Mungkin contoh gampangnya adalah gepeng. Tapi ada juga sebagian orang lainnya yang dalam hidupnya dihabiskan untuk melangkah dan menyumbangkan kebaikannya pada kehidupan, hidup bukan sekadar hidup. Dan sebagai anak manusia yang masih mencari jati diri, saya masih belum benar-benar tahu untuk apa hidup saya yang hanya sekali ini akan saya habiskan, untuk hidup sekadar hidup ataukah lebih dari itu? Semoga saya bisa segera menemukan jati diri itu, tanpa harus membuat sayembara.