zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Jagoan


Allah memiliki seratus kasih sayang. Satu kasih sayang diturunkan ke dunia untuk dinikmati seluruh makhluk-Nya, termasuk manusia. Sembilan puluh sembilan lagi disimpan di akhirat dan hanya orang-orang terpilih yang bisa menikmatinya. Sembilan puluh sembilan kasih sayang inilah yang disebut rahim Allah.

Kata rahim sudah sangat akrab di telinga kita. Setiap perempuan pasti memilikinya. Dan, memang hanya perempuan yang memilikinya. Di dalam rahim para ibu Allah menitipkan sebuah amanah terindah bagi umat manusia. Mungkin, rahim yang hanya diberikan kepada orang-orang terpilih sama seperti rahim yang hanya diberikan kepada perempuan.

Usai menikah, setiap orang ingin merasakan pengalaman hidup baru yang menakjubkan. Tidak sedikit yang berharap untuk sesegera mungkin dikaruniai bayi mungil yang akan meramaikan hari-harinya. Ketika diberi kesempatan untuk bisa hamil, sungguh itu wajib kita syukuri. Karena dengan itu kita bisa mengerti arti cinta, kasih sayang, perjuangan, dan pengorbanan.

Masa sembilan bulan sepuluh hari, bisa kurang atau lebih, harus lebih dahulu dilalui. Pelbagai cara dilakukan untuk menjaganya di dalam kandungan. Setiap orang tua, calon Ibu dan Ayah, Calon Mama dan Papa, calon Ambu dan Abah, akan terus menjaganya agar dia yang belum pernah dilihatnya dapat terlahir dengan selamat.

Pun dengan kita. Dua minggu lalu, dokter menyarankan agar kamu menjalani tes darah karena setelah di-USG hasilnya masih kosong, masih belum ada perkembangan. Aku tahu kamu cemas karenanya. Aku juga.

Kemarin, hasil tesnya baru diambil. Di halaman dua bagian bawah tampak beberapa bintang. Beberapa skor menunjukkan angka yang melebihi normal. Karenanya kamu semakin cemas menunggu giliran masuk ke ruang dokter. Aku juga.

Masuk ke ruang dokter kamu tampak gugup. Aku juga. Apalagi ketika dr. Krisna bilang “Ini saat yang menentukan.” Aku tahu kemungkinan terburuknya Jagoan harus digugurkan. Sebelum di-USG dokter sempat menjelaskan kalau virus itu sudah lama memapar kamu, sekarang virusnya sudah tidak ada.

Saat terbaring di tempat tidur periksa mulutmu tak henti mengucap doa. Kamu tampak sangat tegang. Aku juga tegang. Suasanya seketika berubah saat terdengar bunyi detak jantungnya, “Ukruk.. ukruk.. ukrukkk…” Layar USG sudah tidak kosong. Jagoan sudah mau menunjukkan dirinya. Ku lihat lengkung senyum yang menggurat di raut majahmu. Dan, seketika itu juga haru bahagia menggenang di pelupuk mataku. Aku bahagia tapi aku malu jika dokter dan suster melihat, segera aku menyekanya.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar