zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Malam Minggu Rumba Pulogebang


"Namaku Ridwan. Umurku empat tahun. Aku belum bisa membaca jadi aku belum boleh ikut masuk."

Seolah menirukan apa yang diberitahukan orang tuanya, anak itu menolak ketika diajak masuk ke Rumah Baca Pulogebang. Meski akhirnya kemudian Ridwan bersedia untuk di ajak masuk. Karena belum bisa membaca, dia sangat senang dan antusias ketika ada yang mau membacakan buku cerita untuknya.

Rumah Baca Pulogebang didirikan oleh Miss Evi, begitulah anak-anak memanggilnya. Saat ini Rumah Baca Pulogebang baru buka pada hari Sabtu saja. Memang sangat disayangkan jika hanya dibuka empat kali seminggu mengingat biaya operasionalnya. Hanya saja belum ada volunteer yang bisa standby setiap hari.

Saya pertama kali bertemu dengan Miss Evi ketika kami sekelompok dalam Kemas-kemas Sains di Festival Gerakan Indonesia Mengajar. Kemudian Ida yang juga sekelompok mengajak saya untuk menjadi volunteer di Rumah Baca Pulogebang. Di hari pertama, saya ikut mengajar anak-anak kelas 4 sampai dengan kelas 7. Sejujurnya saya sangat grogi ketika harus mengajar anak-anak. Berbeda dengan Ida yang memang sudah terbiasa berhadapan dengan anak-anak. Selain kami berdua, juga ada Devi yang turut menjadi volunteer.

Rumah Baca Pulogebang merupakan rumah baca ke dua yang didirikan Miss Evi. Sebelumnya, sejak tahun 2005, Miss Evi sudah merintis rumah baca di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan. Setelah tiga tahun berjalan, karena beberapa alasan, salah satunya karena jarak yang cukup jauh dari rumahnya di Pulogebang, rumah baca di Pondok Labu terpaksa ditutup.

Selain terpaksa harus menutup rumah baca, ada hal lain yang hampir membuat Miss Evi patah arang. Waktu itu buku-buku koleksi rumah baca dijual ke tukang loak oleh penjaga rumah baca sebelum Miss Evi sempat memindahkannya ke Pondok labu. Padahal koleksinya sudah sangat banyak.

Namun, hal itu tidak membuatnya kapok. Sejak 20 Oktober 2012, genap setahun yang lalu, Miss Evi mulai mengumpulkan kembali buku untuk mendirikan sebuah rumah baca di kawasan Pulogebang, dekat rumahnya. Kini rumah baca di belakang Terminal Pulogebang.Selain menyediakan buku bacaan, Miss Evi yang juga merupakan guru di High/Scope Indonesia ini juga mengajarkan Bahasa Inggris setiap hari sabtu sore. Kelas bahasa Inggris berlangsung dari pukul 16.30 sampai dengan solat maghrib. Setelah itu anak-anak bisa membaca buku sampai pukul 19.00. Dan mulai hari selasa minggu ini, sepulang kerja Devi akan mengajar matematika. Jadi ke depannya rumah baca akan buka dua kali seminggu.

Ketika saya bertanya tentang motivasinya mendirikan rumah baca, Miss Evi menuturkan bahwa semuanya berawal dari hobi membacanya. "Orang tua saya PNS. Waktu itu Bapak tidak bisa membelikan banyak buku untuk saya. Pada akhirnya saya sering menumpang membaca buku di rumah tetangga. Tidak semua teman yang saya kunjungi menyukai kebiasaan saya ini. Pernah saya dituduh mengambil buku teman saya. Pernah juga saya dituduh saya menumpang membaca buku agar bisa ikut mendapatkan makanan. Karena itulah saya bertekad suatu hari nanti tidak akan ada lagi anak yang kesulitan untuk memperoleh buku.

Seringkali, apa yang memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu sangat erat kaitannya dengan kisah masa lalunya. Begitu pula dengan sebuah janji saya kepada diri sendiri. Janji untuk membalas budi atas apa yang saya dapatkan dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2011. Dan semoga Rumah Baca Pulogebang ini adalah jalan agar saya mampu menepati janji itu.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar