zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Menelanjangi Eksotisme Green Canyon


Tahun lalu, saya dan teman-teman kampus mengadakan traveling ke Ciamis, Jawa Barat. Memang Ciamis adalah kampung halaman saya. Tapi masih banyak eksotisme alam Ciamis yang belum pernah saya jamah. Berbekal 270 ribu rupiah per orang, kami berangkat ke Ciamis dengan tiga destinasi: Green Canyon, pantai Batu Karas, dan pantai Pangandaran. Meski dengan harga mahasiswa, kami mendapat pengalaman yang sangat istimewa. Masih tidak percaya?


Berangkat dari Jakarta pukul 20.00, kami sampai di pintu masuk Green Canyon pukul 6.00. Green Canyon terletak di daerah Cijulang, Ciamis. Sekitar 30 KM ke selatan Pangandaran. Kami sarapan dulu di warung sekitar pintu masuk Green Canyon. Di sana juga menjual berbagai macam souvenir.

Penduduk sekitar menyebutnya Cukang Taneuh, artinya jembatan tanah. Karena di atas Green Canyon terdapat sebuah jembatan tanah dengan lebar 3 meter dan panjang 40 meter. Warna airnya yang kehijauan membuat tempat ini kemudian diberi nama Green Canyon. Sayangnya, waktu kami ke sana airnya agak kecoklatan karena masih musim hujan.


Green Canyon merupakan aliran sungai Cijulang yang melintasi gua yang penuh stalaktit dan stalakmit yang sangat memesona. Green Canyon diapit oleh dua bukit yang disekelilingnya terdapat bebatuan dan rimbun pepohonan. Ditambah beberapa satwa liar yang masih hidup di sekitarnya. Seperti biawak yang saat kami lewat tampak sedang asyik berjemur. Semuanya seolah menantang kita untuk menjelajahinya.


Perjalanan menuju lokasi Green Canyon dapat ditempuh dengan menyusurinya dari hulu atau dengan menggunakan perahu sampai dermaga. Dua cara ini sama-sama mendukung untuk body rafting. Kami memilih untuk menggunakan perahu kemudian berenang melawan arus menuju ke hulu. Tentunya ini sangat menantang. Meskipun tidak bisa renang kita masih bisa menyusuri Green Canyon dengan menggunakan pelampung. Bahkan anak-anak pun bisa ikut berpetualang di Green Canyon.

Selain berenang, untuk menuju hulu kadang kita harus merayap di dinding batu, serasa mengikuti petualangan Indiana Jones. Kita akan menemukan bebatuan di tengah sungai yang mirip dengan reruntuhan atap gua. Kita juga akan melewati stalaktit dan akar pohon yang terus meneteskan air seperti air hujan. Perjalanan kami berakhir di sebuah kolam kecil yang teretak di dinding batu. Kolam yang disebut Kolam Putri ini mempunyai mitos yaitu mencuci muka di sini bisa membuat awet muda. Tapi kita harus memanjat dinding batu untuk sampai ke kolam. Cahaya matahari yang menembus di sela-sela bebatuan dan rindang pepohonan serta dibiaskan tetesan air semakin menambah eksotisme Green Canyon.


Selanjutnya kita berenang mengikuti arus menuju tempat semula. Terdapat beberapa jeram yang cukup memicu adrenalin. Sebelum sampai ke dermaga kita akan ditantang untuk melompat dari sebuah batu setinggi 5 meter. Cukup menguji nyali apalagi untuk yang tidak bisa renang. Tapi semua orang dapat melompat dengan aman meski hanya menggunakan pelampung.


Puas bermesraan dengan pesona Green Canyon, kami berangkat menuju destinasi selanjutnya, Batu Karas. Perjalanan dari Green Canyon menuju Batu Karas ditempuh dalam waktu yang relatif singkat. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan yang masih asri.

Batu Karas menawarkan dua alternatif, berenang atau berselancar. Pantai ini memiliki dua jenis gelombang. Gelombang yang tenang dan yang cukup liar. Karena selain pantainya yang relatif datar, Batu Karas juga memiliki teluk kecil yang menghadap samudera Indonesia, sehingga peselancar tidak perlu mendayung terlalu jauh ke titik awal gelombang. Selain itu, Batu Karas juga menawarkan berbagai alternatif permainan seperti jet ski dan banana boat.


Menjelang malam kami menuju Pangandaran. Pangandaran menawarkan lebih banyak alternatif penginapan. Tidak seperti Green Canyon yang tidak terdapat penginapan. Untuk menghemat, maklum kantong mahasiswa, kami menyewa sebuah penginapan yang ada dapurnya. Jadi kami bisa memasak untuk beberapa kali makan.


Malamnya kami mengadakan acara barbeque. Apabila ingin menyantap makanan yang sudah siap saji, saya sarankan untuk mengunjungi pasar ikan. Beberapa kali ke Pangandaran saya sempat mampir ke sana. Di sana terdapat beberapa rumah makan yang menyiapkan sea food segar, langsung dari laut. Selain untuk berhemat, acara barbeque ini juga bisa merekatkan rasa kebersamaan. Kami bersama-sama menyiaapkan, memasak, menghidangkan, dan menyaptapnya.


Ada kejadian yang tak kami duga. Saat acara barbeque di samping penginapan, kami didatangi sekelompok rusa liar. Memang di pangandaran ini juga terdapat sebuah cagar alam yang di dalamnya hidup beberapa satwa liar, termasuk rusa.


Esoknya kami berangkat menuju Pasir Putih. Sebenarnya kita juga bisa berenang di Pangandaran tetapi pantainya cukup ramai apalagi hari libur. Untuk menuju ke sana ada dua alternatif. Bisa jalan kaki melewati cagar alam atau menggunakan perahu. Apabila menggunakan perahu sebaiknya kita menawar dulu. Tarifnya bisa sampai 10 ribu per orang. Termasuk ketika membeli souvenir, sebaiknya kita menawarnya terlebih dulu.


Dalam perjalanan kita kembali disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Mulai dari pemandangan bawah laut yang sangat cantik. Sampai gua burung walet tempat ribuan burung walet membuat sarang. Sayang, ketika Pangandaran terkena tsunami gua ini sempat terendam air sehingga banyak burung walet yang mati. Di satu spot kita juga akan melihat Batu Kodok. Sebongkah batu di bawah laut yang bentuknya mirip kodok. Di tebing pantai kita akan melihat sebuah batu yang mirip orang yang sedang duduk bersila sambil mengangkat tangan layaknya sedang berdoa menghadap laut. Anehnya semakin kita mendekat, batu ini akan menghilang. Di Pasir Putih kita juga bisa snorkeling. Di sana banyak yang menyewakan peralatan snorkeling.


Pulang dari Pasir Putih, sebagian dari kami memutuskan untuk lewat Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Selain ada rusa liar seperti rusa yang semalam menghampiri kami, ada juga beberapa satwa liar lainnya seperti banteng, babi hutan, monyet, serta landak dan kelelawar yang hidup di Gua Parat, salah satu gua di cagar alam. Di cagar alam terdapat banyak gua. Ada Gua Jepang, Gue Parat, Gua Panggung, dan masih banyak gua lainnya.

Karena keunikannya, Gua Parat pernah dijadikan lokasi syuting film "Mak Lampir" dan beberapa film lainnya. Hampir mendekati ujung gua, kita akan menemukan batu berbentuk kelamin pria dan wanita serta batu yang mirip paha ayam. Selain itu, ada juga batu kendang dan batu goong. Saat dipukul batu kendang mengeluarkan bunyi seperti kendang dan batu goong akan mengeluarkan bunyi goong. Sangat unik bukan?


Di Pangandaran kita bisa berkeliling dengan sepeda, ATV, delman, atau kuda. Pangandaran juga sangat menarik bagi yang hobi memancing. Uniknya lagi, hanya di pantai Pangandaran kita bisa melihat sunset dan sunrise di tempat yang sama. Karena Pangandaran berbentuk Pananjung. Jadi tunngu apa lagi untuk segera berkunjung dan menikmati segala eksotismenya?

____________________
Sumber Gambar:
- Dokumentasi pribadi anak-anak fiscaL.

Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

3 komentar