zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Optimalisasi Humas Pemerintah Melalui Media Sosial


Ada yang berpendapat bahwa saat ini media sosial merupakan tempat favorit manusia untuk membuang-buang waktunya. Saya termasuk orang yang berseberangan dengan pendapat tersebut. Menurut saya, pendapat seperti itu hanya terlontar dari orang-orang yang menggunakan media sosial sebagai wadah untuk mencurahkan kegalauan hatinya. Karena jelas, masih sangat banyak fungsi media sosial yang lebih bermanfaat bagi kehidupan kita, termasuk karir, dari hanya sekadar wadah curhat.

Di media sosial, banyak orang-orang hebat yang dapat kita timba ilmunya. Bahkan seringkali, berawal dari media sosial, kita bisa bertemu langsung untuk berguru kepada mereka. Selain itu, beberapa contoh suksesnya penggunaan media sosial sebagai alat untuk menggulingkan rezim penguasa atau untuk kampanye politik menjadikan media sosial tidak boleh lagi dipandang sebelah mata. Dengan bebagai kelebihannya, dengan penetrasinya yang sangat cepat, media sosial dapat pula digunakan sebagai media penyambung lidah pemerintah.

“Pejabat Humas Pemerintah harus bisa menyampaikan kebijakan dan program pemerintah dengan jelas dan sederhana sehingga mudah dipahami masyarakat. Ia bukan sekadar harus bisa menyampaikan sebuah kebijakan atau program, melainkan latar belakang mengapa tindakan itu diambil, apa tujuannya, dan apa pentingnya bagi masyarakat. Hanya dengan cara seperti ini masyarakat bisa memahami, menerima, mendukung, dan berperanserta dalam kebijakan dan program yang dijalankan.” demikian ungkap Presiden SBY dalam salah satu pidatonya. Pidato tersebut memaparkan dengan gamblang betapa pentingnya masyarakat untuk mengetahui suatu kebijakan atau program yang dicanangkan oleh pemerintah.

Saat ini, porsi sorotan media massa meningkat demikian pesatnya. Tidak hanya menyangkut peristiwa, tapi juga masalah, interconnected issues, yang diangkat dengan melibatkan ruang lingkup tugas dan misi berbagai institusi pemerintah. Pada akhirnya, yang terjadi adalah bukan lagi krisis informasi melainkan kebanjiran informasi. Banjirnya informasi media massa tentang peristiwa-peristiwa seperti bencana alam, kekerasan akibat perang, terorisme, konflik bersenjata, maupun tragedi kemanusiaan, berikut upaya-upaya untuk menyelesaikannya, telah menimbulkan keprihatinan kolektif dan kesadaran baru atas aspek perlindungan warga. Komunikasi publik bagi pemerintah adalah sebuah keharusan yang tidak dapat ditawar.

Hasil survei yang dilakukan oleh Edelman Trust Barometer pada tahun ini yang menyebutkan bahwa bahwa tingkat kepercayaan masyarakat kepada media di Indonesia merupakan yang tertinggi dari 25 negara responden. Peranan media massa sebagai watchdog oleh 80% responden Indonesia menjadikan kepercayaan terhadap media menduduki posisi tertinggi di antara 25 negara lainnya. Memang di samping mengandalkan media humas yang dimilikinya, pemerintah pun turut mengandalkan media massa, baik cetak maupun elektronik. Namun ibarat pisau bermata dua, di satu sisi kita harus bangga melihat hasil survei tersebut, namun di sisi lain kita harus ingat bahwa tentu saja masih terdapat banyak kelemahan dari media massa di Indonesia. Salah satunya adalah media massa yang masih menganut aliran jurnalisme negatif. Jelas ini kurang menguntungkan bagi kita semua, termasuk bagi pemerintah.

Satu hal yang mendorong timbulnya kepercayaan yang amat tinggi terhadap liputan media massa diyakini karena ekspose media terhadap beragam aktivitas pemerintah berlangsung sangat intens. Di sisi lain, tampak lemahnya komunikasi publik pemerintah. Tidak semata berkait dengan penyelesaian perkaranya, namun terkait dengan antara lain lambatnya penyajian fakta-fakta terkait kepada media massa maupun publik.

Dinamika perkembangan informasi berlangsung amat cepat, dengan sederet persoalan pada level publik dan level koordinasi birokrasi berikut komunikasinya kepada publik. Berita berupa real-time images, gabungan multimedia, bisa mengompres kecepatan pemerintah untuk merespon sebuah kejadian dengan kebijakan-kebijakannya. Residu persoalan yang muncul di masyarakat tidak boleh dibiarkan berlarut-larut tanpa ruang komunikasi publik. Masyarakat mengharapkan informasi atas persoalan yang menimpanya agar dapat ditangani secara cepat dengan solusi yang tepat. Kecepatan langkah penyelesaian, diikuti komunikasi publik yang memadai, dapat mengurangi mispersepsi dan miskalkulasi. 

Saat itulah media sosial mendapat tempat yang cukup istimewa, saat pemerintah dituntut untuk mampu menampilkan paradigma baru, manajemen sharing informasi yang kuat, agar pemerintah tidak selalu terkesan terlambat dan lemah dalam komunikasi publik. Karena media sosial, Twitter misalnya, jelas terbukti lebih cepat dalam menyampaikan informasi dibandingkan dengan media daring sekalipun. Dengan memanfaatkan media sosial, pemerintah dapat menyaingi intensitas media massa untuk menyediakan informasi yang dapat dipercaya publik.


Saya mempunyai sebuah contoh institusi pemerintah yang telah mengoptimalisasi penyebaran informasi melalui banyak media sosial. Institusi tersebut adalah Perpustakaan Kementerian Keuangan. Perpustakaan Kementerian Keuangan telah menggunakan banyak media sosial, di antaranya Twitter, Facebook, G+Blogspot, Kompasiana, bahkan Kaskus, untuk lebih dekat dengan publik dalam menyediakan dan menyebarkan informasi secara intens tentang program-program  perpustakaan.

Jelas terlihat bahwa pemanfaatan media sosial dapat menjadi salah satu alternatif bagi humas pemerintah untuk mengoptimalisasi fungsinya dalam menyampaikan informasi yang lebih cepat  dalam bersaing dengan media massa. Selain itu, media sosial dapat lebih masuk ke ranah privasi publik yang akan membuat informasi yang disampaikan terasa lebih privat.

____________________
Sumber gambar: The Guardian | G+
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

4 komentar

  1. efek dri kebebabasan pers sejak era reformasi,smoga saja tidak kebablasan ehhehe kome back y

    BalasHapus
  2. transparansi...harus itu, biar semua tahu. Rakyat lho sudah pada melek internet...

    BalasHapus
  3. Sepakat, pelayan publik di media sosial juga efektif sepertinya :D
    izin follow ya bang :D

    BalasHapus