zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Masih Percaya Media Massa


Masih ingat dengan momen penggerebekan rumah di Temanggung oleh Densus 88 yang disiarkan langsung di TV? Masih ingat penggerebekan itu santer disiarkan dan diberitakan di stasiun TV mana? Tentu kita semua tahu siapa direktur pemberitaan di stasiun TV tersebut. Sosok yang pernah memimpin Liputan 6 SCTV hingga berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV menjadi program berita terkemuka di negeri ini. Sosok yang kini tidak hanya berada di belakang layar, tapi juga muncul di depan layar dalam sebuah reality show berupa lawakan para lawyer.

Sampai sekarang saya selalu merasa tidak habis pikir dengan sebuah tulisan dari seorang teman. Saya tidak bisa menyimpulkan apakah tulisannya benar atau salah. Logikanya seperti ini, masa iya sebuah penggerebekan teroris oleh sebuah pasukan elit bisa disiarkan langsung di TV? Setidaknya butuh waktu yang tidak sebertar untuk menyiarkan secara langsung suatu kejadian. Kecuali, penggerebekan tersebut sudah bocor ke awak media, dalam hal ini yang dimaksudnya adalah direktur pemberitaan yang disinggung di atas.

Jangan terlalu diambil pusing. Kali ini saya sedang tidak ingin menilai apakah argumen teman saya itu benar atau salah. Maksud saya adalah agar kita tidak serta-merta menelan bulat-bulat berita yang disampaikan oleh media massa. Ada banyak alasan untuk itu.

Saat ini, dengan kehadiran internet, penetrasi berita sudah sangat cepat. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik, kita selalu disuguhkan sebuah berita baru. Minimal, kita membaca judul berita yang lewat di timeline twitter bersama tautannya. Sayangnya, dalam arus penyebaran berita, jurnalis tidak berdiri sendiri. Dia ditopang sebuh instrumen yang bernama perusahaan media. Perusahaan media memiliki kepentingan yang beragam, tentu saja terkait erat dengan bisnisnya. Sebagai sebuah perusahaan, perusahaan media merupakan bagian dari sebuah industri, di mana kepentingan pemilik modal berpotensi untuk menawan idealisme seorang jurnalis. Hal ini sempat saya tanyakan dalam sebuah seminar yang kemudian diamini oleh seorang redaktur plaksana yang kala itu hadir sebagai narasumber.

Apalagi kita tahu sejumlah partai telah menguasai beberapa perusahaan media. Ada Media Group (Metro TV, Media Indonesia, dll) yang dimiliki Surya Paloh, pencetus Partai NasDem. Ada Viva Group (TV One, ANTV, dan VIVA.co.id) yang dikuasai keluarga Bakrie, di mana Aburizal Bakrie merupakan Ketua Umum Partai Golkar. Ada pula MNC Group (RCTI, MNC TV, Global TV, Sindo, dll) di mana Hary Tanoesoedibjo, CEO MNC Group, yang baru saja mengundurkan diri sebagai Ketua Dewan Pakar Partai NasDem. Bahkan bukan tidak mungkin jika banyak perusahaan media lainnya yang berafiliasi dengan partai politik.

Bisnis dan politik. Media massa adalah entitas ekonomi. Dalam bentuknya sebagai perusahaan komersial, perusahaan media sama halnya seperti perusahaan-perusahaan lain, bertujuan untuk meraup keuntungan. Media massa juga lahir dari rahim politik. Dibesarkan oleh proses politik dan hidup dalam ruang politik.

Masih percaya media massa?


____________________
Sumber gambar: WordPress
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

6 komentar

  1. aku sih dari dulu ga pernah percaya media massa, makanya sejak sma aku pingin banget jadi wartawan. haha...

    BalasHapus
  2. jadi ragu bang, apalagi sekarang stasiun tv udah banyak dimiliki para politikus. gak objektif

    BalasHapus
  3. dalam politik tak ada yang kekal... yang ada hanya kepentinganlah yang abadi...

    BalasHapus
  4. jadi makin malas nonton tv. dulu sinetron yang-entahlah-bagaimana-menyebutnya merajalela. terus ada acara bincang-bincang berkedok penghinaan pada penonton. sekarang acara berita pun sudah ngga suci lagi -_____-

    BalasHapus