zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Ucen Si Prajurit Hebat


Panglima perang yang hebat adalah panglima perang yang menghebatkan prajuritnya, bukan yang mengorbankan prajuritnya.

Alkisah, di sebuah negeri yang bernama Romawi hiduplah seorang anak manusia bernama Ucen. Ucen menghabiskan hari-hari masa kecilnya dengan bahagia sebagai anak gembala, cowboy junior sejati. Tanpa terkontaminasi lagu-lagu SMASH, Cherry Belle, atau apapun namanya.

Setiap sedang menggembala, Ucen kerap berjumpa dengan Ibnu Sina yang sedang dalam perjalan menuju kampung-kampung sekitar kampung tempat tinggal Ucen untuk mengobati warga yang sakit. Karena kedekatan dengan Ibnu Sina itulah Ucen bercita-cita menjadi seorang tabib.

Sayang beribu sayang, terjadilah pemberontakan di Kekaisaran Romawi yang dipimpin oleh seorang panglima perang bernama Adolf Hitler. Kudeta militer yang membuat kekaisaran Romawi jatuh ke tangan pemerintahan junta militer. Seluruh penduduk Romawi harus ikut wajib militer. Termasuk Ucen yang harus menjadi prajurit Romawi dan melupakan cita-citanya. Ucen tidak akan pernah bisa menggapai cita-citanya untuk menjadi seorang tabib.

Sebenarnya Romawi bukanlah negeri yang benar-benar merdeka. Romawi merupakan negara persemakmuran bekas jajahan Kerajaan Pajajaran. Itulah yang membuat Adolf Hitler berambisi untuk mencanangkan program wajib militer agar Romawi dapat benar-benar melepaskan diri dari cengkeraman Kerajaan Pajajaran.

Syahdan, terjadilah sebuah peperangan yang puncaknya terjadi pada Jumat terakhir tahun 21122012 kalender Suku Maya. Kemudian hari itu dikenal sebagai "The Black Friday". Di hari itu, Adolf Hitler dan Prabu Siliwangi bertarung satu lawan satu untuk mempertaruhkan kekuasaan, harga diri, dan ego masing-masing. 15 jam berlalu, pertempuran masih sengit. Keduanya memiliki kekuatan yang hampir setara hebatnya. Sampai kemudian Prabu Siliwangi dibisiki Trio Macan 2000 tentang kelemahan Adolf Hitler. Prabu Siliwangi tahu bahwa Adolf Hitler bisa sekuat itu karena didukung prajurit-prajurit tangguh seperti Ucen.

Ucen terjepit di antara keduanya. Tangannya ditarik ke kanan dan ke kiri. Akhirnya Adolf Hitler mengakui bahwa Prabu Siliwangi masih lebih tangguh darinya. Adolf Hitler akhirnya merelakan Ucen, prajuritnya, jatuh ke tangan Prabu Siliwangi. Ucen boleh merasa dikorbankan oleh panglima perangnya. Namun tetap saja keputusan Adolf Hitler yang mengorbankan prajuritnya itu tidak membuatnya memenangkan peperangan.

Kemudian Ucen dicuci otaknya dan dibaiat menjadi prajurit Pajajaran. Ucen belajar bagaimana strategi perang Kerajaan Pajajaran yang selama berabad-abad telah berhasil menaklukkan banyak kerajaan-kerajaan besar, termasuk Kekaisaran Romawi.

Kini Ucen sudah menjadi prajurit hebat. Luka-luka bekas hunusan pedang yang pernah mengoyak-ngoyak hatinya telah mengajarkannya untuk menjadi prajurit yang memiliki hati yang besar. Menjadi prajurit yang lebih hebat dari sebelumnya. Lebih hebat dari ketika Ucen masih menjadi prajurit Romawi.

Kini Ucen sedang melakukan perjalanan panjang dari Tatar Pasundan menuju Benua Biru. Sembari berharap bisa singgah sejenak di istana Adolf Hitler. Bukan untuk membalas dendam karena merasa telah dikorbankan. Melainkan untuk berterima kasih karena telah membuatnya menjadi prajurit yang hebat.

Sepertinya akan lebih baik jika Ucen melihat apa yang dilakukan Adolf Hitler kepadanya bukan "mengorbankan" tetapi "memberitahu" jalan yang benar untuk menjadi prajurit yang hebat.

Terima kasih Ibnu Sina. Terima kasih Adolf Hitler. Terima kasih Prabu Siliwangi. Tanpa kalian, Ucen tidak akan pernah belajar untuk menjadi prajurit hebat. Meski memang belum sehebat Wolfrine dengan “cakar” adamatiumnya atau Kopral Jono dengan bambu runcingnya.

***

Selamat ulang tahun, Kawan. Happy first anniversary. Wilujeng milangkala. Meski kita harus berpisah sebelum dapat merayakan ulang tahun pertama kita. Jadilah prajurit hebat, seperti Ucen, di korps kita masing-masing. (01032012-01032013)
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

3 komentar

  1. ucen disini mengarah sama siapa bang ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak ke siapa-siapa. Namanya juga fiksi. :D

      Hapus
  2. yaappss betul sekali sob , saya sependapat dengan Anda .
    jangan lupa mampir komen dan follow balik yah di http://threetec.blogspot.com

    BalasHapus