Tepat di samping kantor Walikota Jakarta Pusat terdapat sebuah kompleks bekas pemakaman yang sudah sangat tua. Komplek ini dikenal sebagai Taman Prasasti atau Museum Taman Prasasti. Taman Prasasti merupakan lahan bekas pemakaman orang Belanda bernama Kebon Jahe Kober. Dibangun pada tahun 1795, pemakaman ini disiapkan untuk menggantikan pemakaman lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, sekarang Museum Wayang, yang sudah penuh. Kalau kamu membaca buku-buku tentang Soe Hok Gie, kamu tidak akan asing dengan nama Kebon Jahe Kober karena disinilah Soe Hok Gie dimakamkan.
Pada masanya, pemakaman ini adalah pemakaman khusus untuk pejabat dan hartawan Belanda. Pada tahun-tahun terakhir Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur Jakarta, yaitu tahun 1975 sampai dengan 1977, dalam rangka perluasan kota makam-makam tersebut dibongkar dan jasadnya dipindahkan ke pemakaman Menteng Pulo. Sebagian kerangka dipindahkan keluarganya ke Belanda, dan ada pula yang diperabukan. Seperti jasad Soe Hok Gie yang diperabukan di perabuan Jelambar. Kemudian abunya ditaburkan di Mandalawangi, Pangrango, sebuah tempat yang sangat ia kagumi dalam sajaknya "Mandalawangi-Pangrango". Meski begitu, nisan-nisan yang ada masih tetap dipertahankan dan ditata ulang.
Pada masa itu, nisan menunjukkan identitas orang yang dimakamkan di bawahnya. Seperti nisan berbentuk buku pada makam Direktur Stovia, Dr. H.F. Roll. Dialah yang mendukung Sutomo agar bisa tetap bersekolah meskipun ada berbagai tekanan dari Pemerintah Belanda untuk menghentikan gerakan Boedi Oetomo yang digagasnya. Pun dengan nisan pada makam Dirk Anthonius. Dirk Anthonius adalah seorang pejabat Belanda yang berjasa memajukan pertanian di Pasuruan. Identitas tersebut bisa dilihat pada nisan makamnya berupa ukiran hasil pertanian dan alat-alat pertanian.
Beberapa makam berukirkan simbol seperti ular yang melingkar dan menggigit ekornya sendiri atau tengkorak dan tulang berbentuk tanda silang yang konon merupakan simbol organisasi rahasia Freemanson. Bahkan ada sebuah nisan tanpa berukirkan jasad yang dimakamkam di bawahnya disebut-sebut sebagai makam bohir Freemason.
Saat ini, jika kita berkunjung ke Taman Prasasti, terlihat sejumlah pekerja sedang melakukan pekerjaan renovasi. Beberapa nisan diletakkan di pinggir komlpeks pemakaman selama proses renovasi. Tampak beberapa nisan disusun dan dikelompokkan. Juga tampak beberapa arca baru yang masih tertutup kantong plastik. Semoga saja renovasi ini berhasil menarik minat pengunjung dan tetap mempertahankan aroma sebuah pemakaman kuno yang muncul dari Taman Prasasti.
"Nobody can see the trouble I see, nobody knows my sorrow." begitulah kalimat yang tertulis pada nisan Soe Hok Gie. Sebuah kalimat yang dikutip dari buku catatan hariannya.
liput yang di bogor juga mat :)
BalasHapusDi Bogor ada kuburan kompeni juga?
BalasHapus