zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Meraba Cita-cita


Malam minggu kemarin, selepas mengajar, di Rumba kami berdiskusi banyak hal tentang dunia pendidikan di Indonesia, mulai dari kualitas guru, anggaran pendidikan, sampai Kurikulum 2013. Beberapa kali kening saya mengernyit mendengar cerita-cerita di lapangan. Memang, di antara kami bertiga, saya satu-satunya yang tidak berprofesi di bidang pendidikan. Beberapa obrolan sangat konfidensial sehingga tidak bisa saya share di sini. Yang pasti, masih banyak PR yang harus kita selesaikan bersama. Pengkavlingan anggaran pendidikan sebesar 20% dari total APBN belum mampu menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.

Obrolan malam itu berlanjut hingga menyinggung tentang pola pendidikan di kampus kami masing-masing. Juga tentang bagaimana kami dulu memilih jurusan kuliah. Harus kita akui, pemiihan jurusan akan sangat berpengaruh terhadap masa depan kita. Akan tetapi, tidak jarang seorang calon mahasiswa menentukan pilihan jurusannya hanya berbekal informasi yang sangat minim.

Di tengah masyarakat, seolah sudah menjadi stereotipe bahwa tujuan seorang anak SD adalah untuk masuk ke SMP favorit. Begitu seterusnya hingga lulus SMA. Setelah SMA tujuannya adalah masuk ke jurusan favorit di kampus ternama. Namun sayangnya, pilihan tersebut sering kali lebih berdasarkan nilai prestisiusnya daripada kesesuannya dengan passion yang dimilikinya.

Berbeda dengan apa yang umumnya terjadi, salah satu SMA swasta ada yang menerapkan program internship (magang) bagi siswa kelas tiga. Program ini bertujujuan agar siswa lebih mengenal profesi yang dicita-citakannya. Misalnya ketika seorang siswa bercita-cita menjadi dokter, dia akan magang di rumah sakit agar dia mengetahui dengan pasti bagaimana pekerjaan seorang dokter. Program ini terbagi ke dalam dua periode, masing-masing selama tiga bulan. Jika siswa tadi tidak cocok dengan profesi dokter, dia bisa magang di tempat yang berbeda di periode ke dua, tiga bulan berikutnya.

Apa yang diprogramkan di SMA tadi patut dicontoh oleh sekolah-sekolah lainnya agar seorang siswa tidak salah menentukan jurusan. Walau bagaimanapun pilihan jurusan dan tempat kuliah akan berpengaruh banyak terhadap masa depannya. Jika proses penentuan pilihan tersebut hanya didasari dengan pengetahuan yang terbatas, dengan hanya meraba-raba, besar kemungkinan akan terjadi salah jurusan. Padahal, pengambilan keputusan ini dampaknya akan terasa seumur hidup.

Selain di SMA tadi, ada juga Kelas Inspirasi. Kelas Inspirasi adalah kegiatan yang mewadahi profesional dari berbagai bidang untuk ikut serta berkontribusi pada misi perbaikan pendidikan di Indonesia. Melalui program ini, para profesional pengajar dari berbagai latar belakang diharuskan untuk cuti sehari secara serentak untuk mengunjungi dan mengajar Sekolah Dasar, yaitu pada Hari Inspirasi.

Konsep Kelas Inspirasi bermula dari teman-teman Indonesia Mengajar dan beberapa teman profesional yang ingin berkontribusi pada pendidikan Indonesia. Harapannya adalah agar para siswa akan memiliki lebih banyak pilihan cita-cita serta menjadi lebih termotivasi untuk memiliki mimpi yang besar. Selain itu, dengan mendengar langsung dari profesional yang berkecimpung di bidang yang mereka cita-citakan, mereka akan lebih gampang merangkai cita-citanya tanpa harus meraba-raba. Tentu saja hal ini akan sangat berpengaruh ketika mereka lulus SMA dan mereka harus memilih jurusan kuliah.

Birkan anak-anak mengenal sebanyak-banyaknya pilihan profesi yang bisa mereka pilih. Biarkan mereka memilih jurusan kuliah yang sesuai dengan profesi yang dicita-citakannya. Dan biarkan mereka menentukan pilihan yang akan berpengaruh seumur hidupnya, tanpa intervensi apapun. Jangan biarkan mereka membeli kucing dalam karung.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar