zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Retorika Banjir di TPU Tanah Kusir


Jam sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB, tapi TPU Tanah Kusir masih saja ramai oleh peziarah. Beberapa jam lagi kalender Hijriah akan berganti bulan. Bisa dipastikan itulah alasan TPU masih ramai. Sebagian dari mereka tampak menjinjing kantong keresek berisi bunga. Sebagian lainnya hanya membawa buku yasin. Kami termasuk di antaranya.

Sudah dari jauh hari kami merencanakan ziarah ke makam Mbah Kakung, tapi baru terlaksana di detik-detik terakhir menjelang Ramadhan.

“Ciri-ciri makamnya gimana?” tanya saya yang memang baru pertama kali masuk ke TPU Tanah Kusir.

“Yang kayak gitu tapi yang ada tempat duduknya.” menunjuk salah satu makam.

“Di sini ada ribuan yang kayak gitu.”

Kami bertanya ke pengurus makam, tapi tetap tidak ada yang tahu. Pengurus makam tadi malah menanyakan nama pengurus makam Mbah kakung. Setelah menelepon ke rumah dan mendapatkan namanya pengurus makam tadi membantu menghubungi Pak Yoso, pengurus makam Mbah Kakung.

Tidak lama Pak Yoso, datang. Setelah ditunjukkan Pak Yoso ternyata makam Mbah Kakung sudah terendam banjir. Miris, karena tahun lalu ketika keluarga berencana memindahkan makamnya, ada selebaran dari pemerintah yang yang intinya menyarankan agar tidak dulu memindahkan makam karena pemerintah berencana menyelenggarakan proyek pengurukan di lokasi yang tergenang banjir. Namun, kenyataannya sampai saat ini proyek tersebut belum juga terealisasi.

Di atas genangan banjir tampak taburan bungan peziarah. Tidak jauh dari situ, di tepian genangan banjir, dua orang cucu membaca Surat Yasin sambil menahan sedih melihan makam kakeknya.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar