Dua sejoli tampak sedang bersiap untuk sesi pemotretan prewedding. Di sudut lainnya beberapa orang terlihat sedang asyik nongkrong. Suasana kafe yang satu ini memang berbeda dengan kafe pada umumnya. Suasana yang tenang dan santai membuat kita merasa berada di rumah sendiri. Ditambah konsep retro yang semakin membuat kita betah berlama-lama di sana.
Meja dan kursi kayu bergaya klasik ditata dengan rapih. Dinding ruangan dihias dengan perabotan-perabotan jadul seperti teko, rantang, ceret, dan toples. Di dinding tempat cuci tangan ada juga kolase dari berbagai kaleng biskuit. Yang tidak kalah menarik perhatian saya adalah pancuran untuk mengambil wudhu yang terbuat dari gembor yang juga sangat unik.
Di bilangan Kemang memang menjamur kafe dan restoran, tapi karena suasananya yang tenang dan santai, saya dan isteri memilih kafe ini sebagai tempat “rahasia” kami. Biasanya setiap bulan kami mampir ke sana. Karena kemarin sempat disibukkan dengan persiapan pernikahan, lama kami tidak ke sana. Selain kali pertama kami ke sana setelah menikah,kali ini juga bertepatan dengan hari ulang tahun saya. Dan, ini adalah ulang tahun saya dengan status yang sudah tidak single lagi.
Apapun makanannya saya selalu memesan minum Ramuan Eyang. Saya sudah terlanjur kepincut dahsyatnya Ramuan Eyang ini. Konon minuman yang disajikan dengan mug yang juga unik ini bisa membuat suara kita menjadi lebih merdu. Ternyata sang pemilik kafe juga seorang penulis dan penyanyi. Mungkin dia mendesain kafe seperti ini sebagai tempat untuk mencari inspirasi. Selain Ramuan Eyang, ada juga Berry Prima, Duda Kaya, Janda Kembang, Benci Tapi Rindu, dan masih banyak lagi minuman unik lainnya. Makannya pun tak kalah unik seperti menu Nasi Goreng Jumat Kliwon dan Nasi Goreng Rabu Pahing.
Jadi, kapan kita ke sana lagi?