zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Kebut Satu Malam


Malam itu, Sangkuriang melakukan tapa. Agar dapat mempersunting Dayang Sumbi, dalam satu malam Sangkuriang harus membuat sebuah danau berikut dengan perahu untuk mengarunginya. Dengan kesaktiannya, Sangkuriang memanggil dan mengerahkan makhluk gaib untuk menyelesaikannya. Mereka pun menggali tanah dan menyusun batu-batu besar untuk membendung aliran Sungai Citarum. Kayu-kayu besar ditebang untuk dibuat perahu.

Di malam yang berbeda, dengan dibantu makhluk gaib pula, Bandung Bondowoso menyusun batu untuk menegakkan candi. Bersama dengan sumur, yang kemudian dinamakan dinamakan sumur Jalatunda, pembangunan candi itu adalah syarat yang diajukan Roro Jonggrang, putri dari Prabu Baka–yang baru saja dibunuhnya. Untuk dapat mempersuntingnya, Bandung Bondowoso harus menyelesaikan pembangunannya dalam satu malam.

Malam kemarin, dengan dibantu makhluk gaib saya, ayah, ibu, dan tantenya, Ajeng mempelajari materi-materi pelajaran IPA untuk persiapan mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk mata pelajaran IPA di tingkat Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Baru sore harinya Ajeng diberi tahu gurunya tentang keikutsertaannya dalam ajang tersebut. Hanya satu malam waktu yang tersisa untuk mempersiapkannya. Padahal, materi-materi yang dipersoalkan dalam OSN selalu berada pada tingkat yang lebih tinggi dari materi-materi yang biasa diajarkan di dalam kelas.

Kami pun menginap untuk ikut mendampingi Ajeng. Karena sudah banyak materi yang terlupakan, kami harus meminta bantuan mesin pencari untuk mengingat-ingat materi tentang cahaya, sistem syaraf makhluk hidup, prinsip energi, dan masih banyak lagi. Saya yang sudah lama menghindari kopi pun memberanikan diri minum kopi agar mata tetap terjaga. Baru lewat tengah malam kami menyudahi perjuangan malam itu. Itu juga karena ayahnya sudah menyuruh Ajeng untuk tidur.


Keesokannya kami malah pergi ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Uli tidak mau kalau harus menunggui kakaknya yang sedang ikut lomba. Setibanya di sana Uli langsung minta naik kuda. Mungkin Uli masih ngidam karena dulu kami pernah mengajak adik-adik sepupunya naik kuda di kawasan Candi Gedong Songo.


Setelah kuda, Uli juga minta naik sado. Malah Uli sempat minta naik sepeda air. Tapi kami tidak mengizinkannya. Belum lengkap rasanya mampir ke perkampungan betawi tanpa mencicipi kulinernya. Sebelum menyusuli Ajeng ke SDN Srengseng Sawah 07 Pagi, kami mencicipi dulu kerak telor ditemani kelapa muda. Di sini juga banyak dijajakan bir pletok, minuman khas betawi yang kisah historisnya erat berkait dengan sejarah perjuangan melawan penjajah.


Saat kami tiba di SDN Srengseng Sawah 07 Pagi, di sana sedang berlangsung pengumuman hasil lomba. Saya ikut berkaca-kaca melihat Ajeng mendapat peringkat dua dengan persiapan yang hanya satu malam. Ibunya sempat bingung ketika ditanya tentang persiapannya dan klab olimpiade di sekolah Ajeng. Apalagi itu adalah kali pertama sekolahnya mengikuti ajang ini.

Selanjutnya Ajeng akan ikut mewakili Kecamatan Jagakarsa untuk mengikuti OSN di tingkat Jakarta Selatan. Tentu, persiapannya harus lebih matang. Di Jakarta Selatan banyak sekolah-sekolah bagus. Sekolah-sekolah swastanya juga banyak yang ibarat dikasih bintang, sudah menjadi sekolah berbintang lima.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar