zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Samudranya Kaya Raya


Pagi ini, sama seperti pagi-pagi kemarin, dari Stasiun Gondangdia saya menumpang Kopaja menuju kantor. Sampai di Gambir, ratusan polisi berjaga di depan kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dari arah Pejambon tampak barisan demonstran mulai memenuhi Medan Merdeka Timur. Di depan Halte Stasiun Gambir, laju Kopaja yang saya tumpangi mulai tersendat. Saya pun memutuskan untuk berjalan kaki.

Di depan Kementerian Agama saya masuk ke dalam barisan demonstran dan berpisah di depan Hotel Borobudur. Saya sempat berbincang dengan seorang lelaki paruh baya. Darinya dan ikat kepala yang mereka kenakan, saya tahu mereka adalah nelayan-nelayan dari Jawa Tengah. Sepertinya ini yang sempat diceritakan teman dari KKP, nelayan Pantura memprotes kebijakan yang baru diteken Menteri Susi dalam Permen Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015.

Permen tersebut berisi tentang pelarangan penggunaan alat penangkapan ikan dan udang pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia. Meski begitu, Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) pukat hela dan pukat tarik yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Permen ini masih tetap berlaku sampai dengan habis masa berlakunya.

Saya paham apa yang ingin disuarakan para nelayan. Tapi saya juga percaya bahwa kebijakan yang baru diteken Menteri Susi bukan untuk menyengsarakan para nelayan. Memang, konservasi sumber daya alam selalu berbanding terbalik dengan nilai pemanfaatan keekonomiannya. Tidak terkecuali penerimaan negara dari sektor kelautan dan perikanan yang ikut mengalami penurunan karena kebijakan baru ini.

Sebuah perubahan selalu membutuhkan pengorbanan, terlepas dari besar atau kecilnya pengorbanan tersebut. Pengorbanan orang-orang Jakarta yang harus terlambat sampai di kantor dan gajinya dipotong karena ada demonstrasi mungkin tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pengorbanan para nelayan.

Sebagaimana termaktub dalam American Dictionary, konservasi adalah menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama. Karena itu, kita harus meyakini bahwa konservasi yang kita lakukan hari ini adalah untuk mengalokasikan sumber daya alam perikanan agar anak, cucu, dan cicit kita kelak masih ikut merasakan samudranya yang kaya raya. 
Di sini negeri kami. Tempat padi terhampar. Samudranya kaya raya. Tanah kami subur tuan.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar