zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Kumandang Adzan di Langit Old Topografi


Sedari dulu, matahari memiliki peran tersendiri di tengah peradaban umat manusia. Di Jawa misalnya, matahari dianggap sebagai suami bumi. Orang Jawa percaya bahwa matahari akan kawin dengan bumi pada musim barat dan membuahinya dengan curahan hujan, yang akan menumbuhkan pepohonan dan akar-akar tanaman. Karena itu, orang Jawa memberikan sesajian kepada matahari dan bumi agar bibit yang mereka taburkan ke bumi diberi benih oleh matahari yang kemudian dilahirkan berupa hasil panen yang melimpah.

Begitu pun di Old Topografi. Di sana matahari juga memiliki peran tersendiri. Bumi berevolusi mengitari matahari dan berotasi pada porosnya, menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam. Pergantian siang dan malam itulah yang menjadi penanda kapan permainan bola bundar di Old Topografi akan dimulai: saat matahari hampir tenggelam di ufuk barat, saat manusia-manusia pekerja kembali pulang ke peraduannya.

Tidak ada peluit. Tidak ada bunyi peluit panjang yang menjadi penanda awal dan akhir permainan. Tidak ada kebisingan peluit pendek yang memotong-motong irama permainan. Permainan mengalir bebas bak peluh yang mengucur deras. Para pemain keluar masuk dengan sendirinya, meski terkadang harus ada teriakan “Yang capek! Yang capek!” ketika ada pemain yang terlampau lama menunggu di tepian lapangan, karena tidak kunjung ada pergantian pemain.

Tidak ada wasit. Tidak ada kartu kuning dan kartu merah, karena tidak akan ada pemain yang menjenggung kepala lawannya. Semuanya bermain dengan penuh perasaan di atas lapangan berpelur semen itu, tidak peduli menang atau kalah.

Tidak ada injury time, apalagi gumaman “Maaf Tuhan, kami sedang bermain futsal.” Secara spontan, permainan diakhiri ketika matahari sudah tenggelam dan adzan maghrib berkumandang di langit Old Topografi. Tidak ada lagi yang berani menendang bola kendati kedua kubu sedang seru-serunya jual beli serangan.

Minggu depan adalah permainan yang lain dan kumandang adzan maghrib yang lain, yang menjadi penanda akhir permainan. Itu pun kalau tidak ada lakon menengok Persib di Si Jalak Harupat dan lakon-lakon lainnya.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar