zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Mobil Listrik Belum Ramah Lingkungan


Medio 2012, Dasep Ahmadi, seorang insinyur asal Depok, mulai mengembangkan mobil listrik. Mobil listriknya, Ahmadi 5.0, telah diuji coba langsung oleh Menteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan. Untuk tahap awal, Ahmadi 5.0 ditargetkan untuk menjadi mobil nasional dengan produksi lima ribu hingga sepuluh ribu unit. Belum sempat terealisasi, Jaksa Agung menjerat Ahmadi 5.0 ke dalam dugaan kasus korupsi yang juga melibatkan Dahlan Iskan.

Mobil listrik sempat populer pada akhir abad ke-19. Seiring dengan teknologi mesin pembakaran dalam yang semakin maju dan harga kendaraan berbahan bakar minyak yang semakin murah, popularitas mobil listrik pun mati suri. Popularitasnya kembali menanjak pada awal periode 1980-an, masa berakhirnya oil boom yang menyebabkan lonjakan harga minyak dunia.

Mobil listrik memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya adalah ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar fosil sebagai penggerak utamanya, sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca. Di Indonesia, karena penyediaan infrastruktur stasiun pengisian baterai masih terkendala, baterai mobil listrik masih diisi ulang di rumah, dengan listrik yang bersumber dari PLN. Keramahan mobil listrik terhadap lingkungan pun patut dipertanyakan.

Akhir tahun lalu, Jarman, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, memprediksi bahwa hingga sepuluh tahun ke depan batubara akan tetap menjadi pemasok utama bahan bakar pembangkit listrik di Asia Tenggara. Saat ini, sekitar 40% dari listrik yang dihasilkan di seluruh dunia masih berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Di Indonesia sendiri, penggunaan batubara menyumbang sekitar 50% dari bauran energi nasional untuk sub sektor kelistrikan. Pada 2020 angkanya diperkirakan akan meningkat hingga 63%.

Pembakaran batubara merupakan sumber terbesar emisi gas GHG (Green House Gas), yang memicu perubahan iklim. Batubara yang dibakar di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) memancarkan sejumlah polutan seperti NOx dan SO3, kontributor utama dalam pembentukan hujan asam dan polusi partikel halus (PM2.5). Masyarakat ilmiah dan medis telah mengungkap bahaya kesehatan akibat partikel halus dari emisi udara tersebut. PLTU Batubara juga memancarkan bahan kimia berbahaya dan mematikan seperti merkuri dan arsen. 

Partikel-partikel polutan yang sangat berbahaya tersebut, telah mengakibatkan kematian dini sekitar 6.500 jiwa per tahun di Indonesia, termasuk stroke (2.700), penyakit jantung iskemik (2.300), kanker paru-paru (300), penyakit paru obstruktif kronik (400), serta penyakit pernafasan dan kardiovaskular lainnya (800). Angka estimasi tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Harvard tentang dampak polusi udara PLTU Batubara di Indonesia terhadap kesehatan. 

Pengembangan mobil listrik bertujuan untuk untuk mengurangi konsumsi energi fosil, yang terbukti sangat tidak ramah lingkungan. Tujuan tersebut tidak akan tercapai jika pemerintah masih mengandalkan energi fosil sebagai pembangkit listrik kita. Maka, masih patut dipertanyakan apakah penggunaan mobil listrik sudah benar-benar ramah lingkungan atau belum. Karena tentu saja mobil listrik ini harus dilihat secara menyeluruh, termasuk sumber energi listriknya.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

2 komentar

  1. Pernah ada yg share video di fb, korsel membuat lajur khusus mobil listrik di jalan. Sambil jalan sambil di charge. Ga dijelasin sumber listriknya dr energi apa. Tapi kalo manfaatin tenaga surya boleh juga kali yaaa?

    BalasHapus