zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Nasib Tuyul di Era APBN Digital


Ketika disrupsi digital mulai ramai diperbincangkan, saya sempat beranggapan bahwa industri keuangan masih sangat jauh dari bara api disrupsi tersebut. Bahkan ketika saya membaca berita tentang beberapa bank yang mulai mengurangi karyawannya, anggapan saya masih belum goyah. Alasannya sederhana, digital di industri keuangan datang belakangan dibanding di industri media.

Senjakala media cetak sudah sering saya dengar. Senjakala perbankan konvensional, belum pernah saya mendengarnya. Sampai beberapa tahun mutakhir, jika dibandingkan dengan industri media, industri keuangan mendapat pengaruh perkembangan teknologi yang terbilang masih relatif lebih kecil. Baru belakangan ini, sekelompok perusahaan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menantang sistem keuangan tradisional yang telah lama bercokol.

Saya pun mulai merasakan paparan era digital dalam industri keuangan. Setidaknya dua kali saya membuat rekening tabungan di dua bank berbeda tanpa harus datang ke bank. Alasan saya mebuat kedua rekening ini simpel, tidak ada biaya administrasi bulanan serta ada fasilitas bebas transfer ke rekening manapun dan bebas tarik tunai di ATM manapun. Fasilitas yang tidak saya dapat dari perbankan konvensional.

Tadi pagi, Menteri Keuangan Sri Mulyani meluncurkan Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3). MPN G3 merupakan penyempurnaan dari MPN generasi sebelumnya, berupa pemutakhiran peladen dan basis data; peningkatan kapasitas menjadi 1.000 transaksi per detik; pembangunan satu portal untuk seluruh jenis penerimaan negara (single sign-on); pemindahan konfrimasi, koreksi, dan rekonsiliasi kas ke dalam MPN; serta penambahan kanal pembayaran baru berupa e-commerce, retailer, dan fintech.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Keuangan sempat menyinggung biaya yang dikenakan e-commerce, yakni Tokopedia dan Bukalapak, dalam rangka menerima setoran penerimaan negara lebih murah dibanding biaya yang dikenakan bank konvensional. Rendahnya biaya yang ditawarkan e-commerce tersebut akibat efisiensi penggunaan teknologi era digital, atau era disrupsi. Disrupsi yang memaksa bank mengurangi jumlah karyawannya. Industri perbankan diprediksi kehilangan 50 persen posisi kerja karyawan yang ada saat ini.


Selain karyawan bank, ada satu “profesi” lagi yang berpeluang besar untuk terdisrupsi di era digital, yaitu tuyul. Iya tuyul, si makhluk klenik pencuri uang. Dengan hadirnya Revolusi Industri 4.0, ketika APBN pun bisa digital, ketika transaksi penerimaan dan belanja negara tidak lagi menggunakan uang tunai, tuyul tidak akan lagi bisa mencuri uang. Sampai postingan ini ditulis, kemungkinan, belum ada tuyul yang memiliki kemampuan mencuri uang elektronik atau uang digital.

Saya bukan pengamat ekonomi, apalagi pengamat tuyul. Tabik.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar