zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Bulan


Cahayanya selalu menyusupi sela-sela sempit jendela kamar. Menyejukkan, tak terlampau terang atau redup. Mungkin karena itulah banyak yang memujanya melalui bait-bait syahdu. Heningnya malam membuat ingatanku menyeruak. Melayang ke belakang. Dua bulan lalu di bawah bulan purnama. Saat kita mulai bergandengan tangan. Menyulam mimpi bersama.

Jarak antara kita terlampau jauh untuk bertemu setiap hari. Tapi bulan selalu berhasil mempertemukan kita. Aku di jendela kamarku dan kamu di balkon rumahmu. Dia selalu setia menjadi saksi perjumpaan kita.

Cahayanya selalu sama. Cahaya itu pula yang kulihat sebulan lalu. Saat kamu mengatakan "Ia hadir lagi untukku dan aku akan kembali bersamanya." Saat itu pula aku merasa bulan itu jatuh menimpaku. Tepat di atas ubun-ubun. Membuat hatiku luluh lantak.

Seharusnya ini adalah malam purnama. Di mana bulan mempertontonkan bentuknya yang paling molek. Namun malam ini langit tetap legam. Aku baru ingat. Sebulan lalu kuambil bulan itu dan kukubur di halaman belakang. Bersama kenangan kita.

Iseng belajar menulis flash fiction, dan masih sangat biasa. Cerita ini terinspirasi dari lagu Mocca - When The Moonlight Shines.

_____________________
Sumber gambar: Irish View.
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

7 komentar

  1. jyaaahhh,,, kakak bisa galau juga ternyata.. :-D

    BalasHapus
  2. Wow, kata-katanya keren. :)
    Kalimat favorit saya: Aku di jendela kamarku dan kamu di balkon rumahku. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah... ada penulis beneran hinggap di sini. :D

      Hapus
  3. Wow, kata-katanya keren. :)
    Kalimat favorit saya: Aku di jendela kamarku dan kamu di balkon rumahmu. :)

    BalasHapus
  4. nice flash fiction buat pemula :D
    btw, salam kancut!
    saya juga masih penulis pemula

    BalasHapus