zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Polisi Setengah Dewa

“Masalah moral masalah akhlak, biar kami cari sendiri, urus saja moralmu urus saja akhlakmu, peraturan yang sehat yang kami mau.” Iwan Fals


Mendengar lagu Iwan Fals, “Manusia Setengah Dewa”, saya jadi teringat beberapa peristiwa yang terjadi bulan ini. Setidaknya terjadi empat peristiwa yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), baik itu terkait kebebasan beraspirasi maupun kebebasan beribadah. 

  1. Di Yogyakarta terjadi penghentian sementara pembangunan sebuah gua yang akan dijadikan tempat ibadah dan ziarah umat Katolik setelah sekelompok ormas yang bernama Forum Masyarakat Sampang menyatroni lokasi itu dan menolak pembangunan dengan alasan belum mengantongi izin.
  2. Pembubaran dan penganiayaan peserta diskusi dalam rangka book touring Irshad Manji di Jakarta, Solo, dan Yogyakarta oleh FPI dan MMI dengan alasan yang sangat absurd: belum mengantongi izin dan dianggap melakukan penyebaran lesbianisme. Terkait masalah perizinan, menurut UU Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka Umum, dalam hal pelaksanaan diskusi sepeti yang diadakan di Salihara tidak ada istilah permintaan izin, tapi pemberitahuan. Pemberitahuan tersebut ditujukan kepada Polisi sebagai informasi agar Polisi melindungi hak menyatakan pendapat itu. Jadi seharusnya tidak ada istilah Polisi memberi atau menolak izin.
  3. Perusakan panggung acara Waisak oleh Gerakan Pemuda Ka'bah (GPK) di Temanggung. Tanpa ada maksud yang jelas mereka merusak panggung dan mengancam warga di sekitar lokasi dengan menggunakan celurit.
  4. Konser Lady Gaga ditolak oleh negara atas “perintah” kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama: Majelis Ulama Indonesia (MUI), Fraksi PPP dan PKS DPR, Front Umat Islam (FUI), Front Pembela Islam (FPI), Gerakan Umat Anti Maksiat (Gumam), Wahdah Islamiah, dan Lembaga Adat Besar RI. Polisi tunduk kepada perintah kelompok-kelompok tersebut dengan alasan mebahayakan moral bangsa karena penampilannya yang seksi dan menuduh Lady Gaga sebagai anggota Illuminaty. Padahal apabila alasannya adalah karena penampilannya yang seksi, Katy Perry, yang pernah dinobatkan sebagai wanita terseksi di dunia pernah mengadakan konser di Indonesia. Selain itu, bahkan Beyonce juga pernah mangadakan konser di Indonesia. Padahal bahkan nama anaknya besama Jay Z saja sudah mendapat tudingan miring dengan menuduh Blue Ivy sebagai singkatan dari Born Living Under Evil Illuminati`s Very Youngest. Saya bukanlah penggemar Lady Gaga dan kalaupun konsernya benar-benar gagal itu tidak berpengaruh terhadap hidup saya. Namun sangat disayangkan ketika alasannnya adalah karena Polisi takut terhadap ancaman-ancaman kelompok tertentu bukan karena alasan hukum. Padahal kita hidup di negara hukum.

Peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi akan terlihat semakin kontras mengingat tahun kemarin Indonesia kembali menjadi salah satu anggota Dewan HAM PBB (UN Human Rights Council) setelah absen selama satu periode. Dengan berulang kali menjadi anggota Dewan HAM PBB, sudah semestinya pemerintah semakin serius menjalankan segala rekomendasi penting dari mekanisme HAM internasional dan bukan menjadikannya hanya sekadar lip service kepada komunitas internasional. “Saya khawatir, apresiasi ini hanya akan menambah tebal bedak Pemerintah Indonesia. Jadi ini hanya pencitraan saja. Hanya untuk membangun pembenaran kalau Indonesia diterima di Komunitas Internasional. Dan anehnya, di saat bersamaan Pemerintah Indonesia mendapat surat dari Komisioner HAM PBB, di Jenewa yang meresahkan soal kondisi kekerasan terhadap Ahmadiyah, dan kelompok minoritas lainnya seperti Gereja Yasmin juga,” tegas Haris Azhar, Koordinator KontraS, tahun lalu.


Pihak yang melanggar maupun yang dilanggar sama-sama mengagungkan kebebasan, hanya saja dengan cara yang berbeda. Hampir dalam semua kasus yang saya sebutkan sebelumnya, pembubaran bahkan penganiayaan tentunya menimbulkan luka fisik dan psikis. Bukan tidak mungkin juga bahwa ormas ini diselipi kepentingan pihak yang berkuasa. Apalagi ketika saya mebaca berita bahwa ormas diikutsertakan dalam pengawasan subsidi BBM.


Tambah lagi ketika mendengar FPI meborong ratusan tiket konser Lady Gaga. Darimana mereka mendapatkan dana sebanyak itu? Beranikan untuk transparan siapa yang menjadi penyandang dananya? Kenapa mereka tidak memakai dana tersebut untuk membantu modal kerja bagi tunawisma misalnya. Bukankah dana itu akan lebih bermanfaat dibandingkan apabila hanya dihabiskan dalam rangka meneror kelompok lain? Tapi itu hanyalah pendapat dari orang awam seperti saya.


Kenapa baru sekarang banyak bermuncul kasus seperti ini? Ketika perbedaan yang ada bukannya menjadi sebuah khasanah, tapi menjadi alasan untuk memperlebar jurang perpecahan. Mungkin ada yang sakit di negeri ini, entah saya, kamu, atau mereka.


Polisi juga seharusnya bisa bertindak tegas. Jangan besikap abu-abu dan hanya bertindak ketika ada tekanan. Di mana taringnya sebagai aparat penegak hukum? “Tegakkan hukum setegak-tegaknya, adil dan tegas tak pandang bulu, pasti kuangkat engkau, menjadi Polisi setengah dewa”.


____________________
Ssstt! Gambarnya nyomot dari blog orang loh.


Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

10 komentar

  1. saya jg agak2 geli pas baca berita FPI beli 150 tiket empok gaga.
    dalam hati "ye bilang aje mw ntn jg."
    sy jg bukan fans empok gaga jd ya gak ngaruh mw jd ato gak tu konser. Cuma ya ky'a rempong bgt ngurusin 1 org doank..klo mereka anggep si empok pengikut setan,,lah coba aj dlu tengok org Indonya,,lgan tu konser kn tertutup,,ga terbuka kya konser dangdut yg masih aje pke gaya2 erotis..

    -kumat bawelnya-

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Ca Ya: berasa diomelin emak-emak. :P
      apalagi kalau konser dangdut koplo sering ga ada filter, jadi penoton di bawah umur juga bisa ikutan nonton. padahal kadang penampilan penyanyinya sangat tidak senonok. :3

      Hapus
  2. yg nomer 3 itu ga ada om, sudah diklarifikasi kalo ternyata fitnah.
    harus berkepala dingin kalo masalah kayak gini, ada pihak2 yg ingin mengail di air keruh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Helioz: makasih om buat infonya. :)
      ngomong-ngomong di mana ya diklarifikasinya?

      Hapus
  3. paling bingung kalo udah ada postingan kayak gini, entah karena emang udah paham atau karena apa. Tapi gue salut, good job. Lanjutkan!

    BalasHapus
  4. Mungkin karena polisi kita sebenarnya masih, maaf, kurang bermoral.

    Saya melihat tweeti di akun HRW_ID (Human Right Watch). Di situ katanya ada negara (saya lupa negaranya apa) yang meminta Indonesia meningkatkan pendidikan moral bagi aparat.

    Ini yang miris. Polisi sebagai penegak hukum seharusnya "lebih bermoral" daripada masyarakat yang diayominya. Mungkin ini dampak dari usng pelicin masuk ke akademi kepolisian, yang saya dengar dari beberapa teman.

    Kapan ya justifikasi hukum dan peningkatan moral di Indonesia bisa benar-benar dilaksanakan? Semoga jangan cuma jadi bangsa yang bilang barat barbar di saat kita lebih barbar dari mereka.


    That's all.

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Stevanus: ya, mungkin pola rekrutmennya juga harus dibenahi.
      kapan ya? akhirnya cuma bisa mengamini.

      Hapus
  5. bhahahhah eyke juga ngikik pas denger FPI ngeborong tiket Ladygaga XD
    Jd? apa coba bedanya mereka dengan yg laen -__-
    walaupun menjunjung tinggi agama Islam, tp gw gak pernah suka caranya =.=

    BalasHapus
    Balasan
    1. @dhilooo: ngikik karena ngiri ga dapet tiketnya ya? :P
      yang lain yang mana nih?

      Hapus
  6. satu kata 'bingung'
    bingung sama semua yg udah terjadi di indonesia--"

    semuanya jadi berasa ga adil aja gitu.. entahlah.. susah di mengerti

    BalasHapus