zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Malam Puncak Pekan BedaIsMe

"Satu nusa, satu bangsa. Satu bangsa tuk slamanya. Bertahanlah bertahan, jangan pernah menyerah. Dan mimpi merah putihku terbenam saat ku mati." -Superman Is Dead


Pekan BedaIsMe adalah sebuah acara yang dirancang untuk memperingati hari lahirnya Pancasila. Di mana 1 Juni adalah hari di mana untuk pertama kalinya Bung Karno mengenalkan konsep Pancasila. Acara yang diselenggarakan dari tanggal 1 Juni 2012 ini mengambil tema "Tribute to the Victims of Religious Violence". Tema ini sengaja diambil karena belakangan ini banyak terjadi aksi intoleran berkedok agama yang tentunya sangat tidak sesuai dengan konsep Pancasila. Lebih parahnya, negara yang seharusnya menjamin keamanan malah terkesan melakukan permbiaran terhadap aksi-aksi kelompok radikal tersebut.

Acara ini sengaja dirancang berbeda untuk menghilangkan kesan bahwa berbicara tentang Pancasila tidaklah selalu harus diadakan di seminar-seminar atau di forum-forum resmi dan oleh tokoh-tokoh. Tapi juga adalah hak generasi muda yang di kemudian hari akan menjadi generasi penerus bangsa. BedaIsMe adalah penjabaran dari Bhinneka Tunggal Ika. Anak muda harus sadar bahwa Indonesia dibangun oleh bangsa yang beragam suku, kelompok, dan agama.


***

Acara pada malam puncak ini diawali dengan pemutaran perdana film "Romi dan Yuli dari Cikeusik". Film berdurasi sekitar 40 menit yang terinspirasi oleh tragedi Cikeusik ini merupakan salah satu dari beberapa film yang dibuat oleh Denny JA dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo yang bertemakan tentang perbedaan. Film ini mengisahkan Juleha (Yuli), putri seorang pengurus pesantren di Jakarta, yang harus ditinggalkan kekasihnya karena menderita penyakit yang tak dapat disembuhkan. Sampai suatu hari Juleha bertemu dengan Rochmat, seorang anak pengurus Ahmadiyah yang karena kepintarannya mendapatkan beasiswa di Jakarta, yang bisa menerima segala kekurangan Juleha.

Tetapi kisah mereka dihadang aral melintang ketika orang tua Juleha tidak merestuinya. Begitu pula dengan orang tua Rochmat. Tragedi yang menimpa keluarga Rochmat di Cikeusik membuat ayahnya tidak merestui hubungan mereka. Namun setelah memalui berbagai peristiwa, singkat cerita ayahnya merestui Juleha untuk kawin lari dengan Rochmat. Karena dia tidak mau jemaahnya berbicara yang bukan-bukan ketika anak semata wayangnya menikah dengan seorang Ahmadi. Tak berapa lama Juleha pun dipanggil Yang Maha Kuasa. 

Film yang diperankan oleh Zaskia Adya Mecca dan Ben Kasyafani sebagai tokoh utamanya ini membawa pesan bahwa perbedaan tidaklah seharusnya menimbulkan kebencian dan dijadikan sebagai alasan untuk adanya perpecahan. Selain itu, dalam beragama juga tidak boleh adanya pemaksaan, “Tidak boleh ada paksaan dalam agama." (QS Al-Baqarah ayat 256). Karena perbedaan adalah fitrah. Bahkan kita pun bisa lahir ke dunia ini karena adanya perbedaan.

***


Acara kemudian dilanjutkan dengan konser parodi Lady Gaga sebagai bentuk kekecewaan atas gagalnya konser penyanyi asal Amerika Serikat tersebut.

Kemudian ditayangkan video "Pancasila Rumah Kita". Sebuah video klip yang dibuat oleh MalesBanget.com dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia tahun lalu. Video ini menampilkan sejumlah musisi dan selebritis seperti Tompi, Imela Kei, Sherina, Dhira Sugandhi, Lembu Club 80's, Be Three, Davina 'Xtra Large', Endah n Ressa, Desta, Indra Bekti, dan artis serta musisi lainnya termsuk salah seorang seleb blogger, Bena Kribo.


Usai penayangan video klip, ada pembacaan maklumat oleh isteri almarhum Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid, yang didampingi oleh putrinya, Allisa Qothrunnada. Hadir juga perwakilan dari berbagai kelompok agama yang terdiskriminasi seperti Ahmadiyah, GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, dan gereja di Aceh Singkil.

Penyegelan GKI Yasmin Bogor, HKBP Filadelfia Bekasi, 17 Gereja di Singkil Aceh, penyerangan warga Syiah Sampang, tidak meredanya kekerasan terhadap jemaat Ahmadiyah, penyerangan diskusi Irshad Manji di LKiS, dan penggagalan konser Lady Gaga adalah sedikit yang bisa didaftar dari rangkaian aksi intoleransi berkedok agama yang mengemuka belakangan ini.

Berdasarkan keprihatinan bersama terhadap meningkatnya aksi-aksi intoleransi atas nama agama dan pengabaian negara atasnya, maka gerakan Beda.Is.Me membuat maklumat yang intinya mengajak segenap elemen bangsa:
  1. Menyelamatkan Pancasila dari upaya-upaya pemaksaan dan penyeragaman yang mengatasnamakan agama,
  2. Memulihkan martabat bangsa dengan menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tegas memerintahkan aparat pemerintahan menegakkan konstitusi dan mematuhi International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) yang telah diratifikasi,
  3. Menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera mengambil tindakan nyata atas komitmen pemerintah Indonesia dalam sidang Universal Periodic Review (UPR) Dewan HAM PBB di Jenewa 23 – 25 Mei 2012 untuk secara tegas menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran kebebasan beragama,
  4. Menuntut negara tidak berada di bawah tekanan dan kontrol kelompok-kelompok agama yang intoleran,
  5. Menuntut negara menindak tegas pelaku aksi-aksi kekerasan atas nama agama,
  6. Mendesak pemerintah untuk merivisi UU No.1/PNPS/1965 sesuai dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 140/PUU-VII/2009 of 2010,
  7. Mendesak pemerintah untuk menghapus kebijakan dan praktek diskriminasi dalam pembangunan rumah ibadah dan merevisi SKB 2 Menteri tentang Pembangunan Rumah Ibadah serta mencabut seluruh kebijakan yang restriktif dan diskriminatif, baik di tingkat pusat maupun daerah.
***

Pekan BedaIsMe ini ditutup dengan sebuah Diversity Concert yang menghadirkan beberapa musisi indie yang juga turun menyuarakan nasionalisme dan indahnya perbedaan seperti Lokal Ambience, Marjinal, Jogja Hip Hop Foundation, Melanie Subono, dan puncaknya adalah penampilan dari Superman Is Dead.

"Ooo Marsinah. Kau termarjinalkan. Ooo Marsinah. Matimu tak sia sia." Marjinal yang malam itu juga membawakan lagu miliknya yang berjudul Marsinah mengingatkan, "Seharusnya kita malu sama Marsinah, buruh perempuan yang berani mati buat ngelawan tirani, kalau cuma berani berantem sesama rakyat kecil."

Malam itu Superman Is Dead mengawali penampilannya dengan lagu "Luka Indonesia". Jerinx, Bobby Kool, dan Eka Rock berhasil mengajak outSIDer dan Lady Rose yang hadir malam itu untuk meneriakkan nasionalisme, perlawanan terhadap penindasan, dan keserakahan. "Karena perbedaan perlu diperjuangkan, dimenangkan, dan dirayakan." ujar Jerinx. Selain itu, Jerinx juga menyesalkan ketika ada penonton yang hendak mengambil topinya, "Bukan masalah seberapa harga topi ini, tapi kita harus mulai dari hal kecil buat ga ngambil hak orang lain. Termasuk ngambil hak orang lain buat beribadah."


Kelompok ormas radikal pun tak berani membubarkan acara ini karena puluhan Banser NU juga ikut mengamankan jalannya acara. Tentunya kita masih ingat ketika diskusi Irshad Manji di kantor AJI, FPI tak berani membubarkan ketika Banser NU mengawal jalannya diskusi. Acara di pelataran Taman Ismail Marzuki yang dihadiri oleh orang-orang dari berbagai ras, suku, golongan sosial, dan agama ini ditutup dengan lagu "Lady Rose". Sebuah lagu cinta paling romantis yang dibawakan secara akustik. Dan Si Blogger STABIL pun harus kembali ke kosan karena besoknya harus ikut diklat aktuaria.

Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

7 komentar

  1. Wah.. si abang eksis banget sama event-event keren, ah gak pernah kasih tauk nih! :/ Ya, jangan memaksakanlah ya intinya.
    Cie blogger stabil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Retno Dwi Lestari: kirain ga akan tertarik kalau dikasih tahu juga. :D

      Hapus
  2. Betul sob, perbedaan jangan sampai menimbulkan kebencian :)

    BalasHapus
  3. masalah perbedaan beragama sebenarnya tidak dipermasalahkan. Tapi penyimpangannya, sbg contoh ahmadiyah kan itu emg bener2 udah menyimpang bgt

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Annisa Solikha: terkadang manusia begitu angkuh sampai lupa bahwa yang berhak menentukan seseorang sesat atau menyimpang hanyalah Sang Pemilik agama itu sendiri. mengaku benar dan mendakwa yang lain salah (truth claim) inilah yang menggiring agama-agama ke dalam arena konflik bahkan peperangan yang menghiasi perjalanan dan sejarahnya selama ini. ironis memang, semakin nama Tuhan digemakan semakin deras darah yang tertumpah. sungguh tak pantas ketika orang-orang yang merasa paling benar sembari menggemakan nama Tuhan malah mengeroyok layaknya preman orang yang tak sepaham dengannya.

      mari kita tanya kepada diri kita sendiri? apakah masih bergetar hati kita ketika mengumandangkan takbir sambil memukuli orang? ataukah hanya ada amarah? karena bahkan dalam merajam pun tangan kiri kita harus memeluk Al-Quran untuk mengurangi amarah dan kekuatan tangan yang dihasilkan?

      Hapus
  4. INDONESIA INDONESIA INDONESIA.. Unity in Diversity :D

    BalasHapus
  5. Berbeda tetap satu jua, keren sob postingannya...

    setuju banget ama di atas,..
    gue teringat ama lirik lagunya Milisi Kecoa : "Ini Bukan Arab Bung!!

    BalasHapus