zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Surat Balasan untuk Takita


Selamat malam Takita!

Maaf nih, kakak baru sempat balas surat dari Takita. Malam-malan lagi balasnya. Pasti Takita sudah mau tidur ya? Jangan lupa gosok gigi ya?

Baca surat dari Takita kemarin, kaka jadi ingat ponakan kakak. Namanya Riska. Umurnya ga jauh beda sama Takita. Tapi dia masih belajar menulis. Belum pintar menulis seperti Takita.

Surat dari Takita membawa ingatan kakak melayang bertahun-tahun ke belakang. Teringat saat kakak masih kecil. Saat ayah dan ibu kakak masih suka mendongeng buat kakak. Sekarang juga mereka masih suka mendongeng. Tapi buat ponakan kakak. Kadang dongeng yang diceritain adalah dongeng umum. Istilahnya dongeng pasaran. Kadang karangan mereka sendiri. Dari pengalaman yang pernah mereka alami.

Ada satu dongeng yang merupakan kisah nyata dari keluarga kakak. Takita mau denger ga? Mau ya? Sebelum Takita tidur. Ceritanya begini ....

Di suatu desa hidup bahagia sepasang suami-isteri. Sang suami sangat gemar berburu dan memelihara binatang. Banyak binatang yang mereka pelihara. Ada kuda, ayam, ikan, burung, monyet, dan masih banyak lagi.

Kabar bahagia baru saja berhembus ke dalam rumah mereka. Isterinya ternyata sedang mengandung anak pertamanya. Tapi ada tetangga yang menceritakan mitos tentang binatang peliharaan kepada pasangan yang sedang berbahagia ini.

"Katanya pamali loh melihara monyet pas lagi hamil itu. Nanti kelakuan anak kalian bisa kayak monyet." kata seorang tetangga.

"Duh.. gimana dong, Pa?" isterinya mulai khawatir.

"Baik lah Bu, kita lepasin aja monyet itu. Daripada nanti ada apa-apa sama anak kita."

Mereka pun memutuskan untuk melepas monyet yang sudah lama mereka pelihara. Komplek pekuburan di perbatasan desa dipilih sebagai tempat untuk melepas monyetnya. Di sana banyak pohon-pohon tinggi dan besar yang cocok untuk rumah baru monyet itu.

Sesampainya di komplek pekuburan, dipilihlah sebuah pohon besar. Kemudian monyet itu disuruh memanjat. Baru beberapa langkah, sang suami menoleh ke belakang. Menengok monyet tadi. Tiba-tiba... HAP!! Monyet itu melompat kepangkuannya. Butiran air mata tak terbendung lagi. Perpisahan itu menjadi sangat mengharukan. Ada ikatan batin antara mereka. Tetapi sang calon ayah dengan terpaksa tetap melepas monyet itu. Demi kebaikan anaknya kelak.

Beberapa minggu kemudian ada kabar dari desa tetangga. Seekor monyet liar masuk ke perkampungan. Lalu monyet itu dibunuh oleh penduduk setempat. Mereka mengira monyet itu buas. Padahal itu adalah monyet yang dilepaskan di pekuburan di pinggir desa beberapa minggu sebelumnya. Monyet itu masuk perkampungan karena sudah biasa hidup dengan manusia. Monyet yang malang.

Ini dongeng favorit kakak. Coba kalau mereka tidak percaya mitos. Mungkin monyet itu tidak akan sampai terbunuh ya? Semoga Takita juga suka dengan dongeng ini.

Semoga ada lebih banyak ayah, ibu, dan kakak yang mau mendongeng untuk Takita dan teman-teman Takita. Karena dari dongeng ada limpahan pelajaran dan kasih sayang yang tiada tara. Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Didiklah anakmu untuk suatu zaman yang bukan zamanmu.” Kalau dulu dongeng hanya disampaikan dari mulut ke mulut. Apa salahnya jika sekarang kita juga menyebarluaskannya dengan media yang sesuai zamannya, internet?

Salam,
Baca Juga
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

6 komentar

  1. Ibuku sampe sekarang masih suka mendongeng lho.... dan Javas paling seneng didongengin ama ibuk. :)

    ada dongeng lainnya gak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah ibunya keren. :)
      ada tapi udah pada lupa, maklum faktor usia. nanti bikin dongeng karangan sendiri deh. hihi

      Hapus
  2. hehehehehhehehhee, mengingatkan saya ketika mau tidur dulu, di dongengi CERITA yang SAMA tapu gak ada bosennya hahhahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang penting bukan dongengnya tapi siapa yang ngedongengnya. haha

      Hapus
  3. Saya malah sering didongengin sama bapak saya, bukan ibu.

    BalasHapus